Sumenep (beritajatim.com) – Sekitar 60 mahasiswa yang tergabung dalam aliansi badan eksekutif mahasiswa (BEM) berunjuk rasa ke Pemkab Sumenep pada Kamis (16/5/2024). Mereka protes ke Bupati Sumenep Ach. Fauzi lantaran Sumenep menjadi daerah termiskin ketiga di Jawa Timur.
Berdasarkan data yang ada, dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Kabupaten Sumenep menduduki nomer tiga dengan jumlah penduduk miskin 206.100 jiwa (18,70 persen).
Di sisi lain, Bupati Sumenep berdasarkan laporan harta kekayaan pejabat negara (LHKPN), tercatat sebagai bupati terkaya di Madura dengan nilai kekayaan Rp18 miliar.
“Bupatinya terkaya di Madura, tapi rakyatnya termiskin. Ini kan ironis. Mana yang katanya keberhasilan Bupati menurunkan kemiskinan?” teriak Ketua Aliansi BEM Sumenep, Moh. Syauki.
Ia menduga tingginya angka kemiskinan ini berkaitan dengan tidak tepat sasarannya penerima bantuan sosial (bansos) dari pemerintah. Berdasarkan temuan-temuan, penerima bansos adalah orang dekat, bukan orang miskin.
“Orang miskin justru banyak yang tidak pernah tersentuh bansos. Temuan kami, ada lebih dari 100 warga miskin di Sumenep yang sama sekali belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah,” ujarnya.
Beberapa kali aksi unjuk rasa sempat memanas ketika mahasiswa mencoba memaksa masuk ke dalam kantor Pemkab Sumenep, untuk mengecek keberadaan Bupati. Apakah tengah berada di kantor dan sengaja tidak mau keluar menemui mahasiswa, atau memang benar-benar ke luar kota?
Ketika para pengunjuk rasa mencoba merangsek masuk, terjadilah aksi saling dorong dengan aparat kepolisian yang tengah siaga membentuk pagar betis. Namun akhirnya suasana bisa diredam dan aksi dilanjutkan dengan orasi bergantian para pengunjukrasa.
“Pak Bupati, ayo keluar temui kami. Kami ingin berdiskusi. Kami tidak mau bertemu dengan yang lain. Hanya dengan Bupati sebagai pucuk pimpinan daerah. Jangan hanya pandai menyanyi dan mencipta lagu. Kami tidak butuh itu,” tukas Syauqi.
Setelah menunggu dan berorasi lebih dari 1 jam, mahasiswa mulai terlihat jengkel karena Bupati Sumenep, Ach. Fauzi Wongsojudo tak kunjung keluar menemui mereka. Karena itu, para pengunjukrasa pun memasang banner melintang di pintu masuk kantor Bupati.
Banner itu bertuliskan ‘Bupati Terkaya se-Madura, Rakyatnya Termiskin no.3’. Setelah menempelkan banner, pengunjukrasa pun membacakan pernyataan sikap.
“Pernyataan sikap kami. Satu: Bupati Sumenep takut menemui kami. Dua: Bupati Sumenep gagal mengentas kemiskinan. Tiga: Kami tidak perlu pernytaaan sikap dari siapapun selainnBupati. Kalau Bupati tidak merespkn, maka jangan salahkab kami kalau kami tidak percaya lagi,” ucapnya.
Menurutnya, kemiskinan adalah persoalan serius yang membutuhkan penanganan serius pula. Karena itu, Aliansi BEM berjanji akan mengawal penanganan kemiskinan ini hingga tuntas.
“Kami akan kawal, apa yang dilakukan Bupati untuk meniadakan kemiskinan. Karena hari ini diskusi dengan Bupati gagal dilakukan, maka kami akan datang kembali dengan massa yang lebih besar,” ucapnya. [tem/beq]