Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

RI-Tiongkok Teken MoU, Kadin Siapkan 7 Strategi – Page 3

RI-Tiongkok Teken MoU, Kadin Siapkan 7 Strategi – Page 3

Liputan6.com, Jakarta – Sejumlah perusahaan Indonesia dan Tiongkok melakukan penandatanganan kerja sama investasi bernilai USD 10 miliar dalam ajang Indonesia-China Business Forum 2024 di Beijing.

Penandatanganan MoU yang disaksikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, itu meliputi manufaktur canggih, energi terbarukan, kesehatan, hilirisasi, ketahanan pangan, dan keuangan.

Kadin Indonesia di bawah Arsjad Rasjid, mengatakan, penandatanganan nota kesepahaman tersebut sangat penting. Kerja sama investasi ini bisa mendorong pembangunan infrastruktur dan energi hijau serta mewujudkan target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

“Penandatanganan perjanjian investasi senilai lebih dari USD 10 miliar ini mencerminkan kemitraan strategis antara Indonesia dan Tiongkok. Sebagai mitra strategis pemerintah, Kadin mendukung untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi,” kata Arsjad Rasjid.

Menurut Arsjad Rasjid, target pertumbuhan ekonomi yang telah dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto sangat penting untuk menyongsong masa keemasan Indonesia pada 2045. Oleh karena itu, kata Arsjad Rasjid, Kadin mendukung upaya mempererat hubungan dengan Tiongkok untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional.

“Jadi saya sangat setuju dengan target pertumbuhan ekonomi pemerintah. Bagi Indonesia, Tiongkok sangat penting karena jika melihat perdagangan sebagai contoh, 25 persen perdagangan antara Indonesia dan negara lain, Tiongkok sekitar 25 persen dari itu, kan?” kata Arsjad Rasjid.

Tiongkok, lanjut Arsjad Rasjid, terlibat dalam banyak industri di Indonesia, mulai pemrosesan nikel untuk kendaraan listrik hingga proyek infrastruktur besar seperti kereta api cepat Jakarta-Bandung. Peran Tiongkok dalam transisi energi dan hilirisasi nikel menjadi baterai kendaraan sangat penting bagi Indonesia.

“Pertama, mengurangi emisi karbon kita, yang penting bagi Indonesia. Kedua, ini mengurangi subsidi bahan bakar yang kita subsidi dari bahan bakar fosil. Ini akan membantu anggaran pemerintah, benar? Ketiga, tentu saja, investasi untuk Indonesia,” lanjut Arsjad Rasjid.