Jakarta, CNBC Indonesia – Raksasa chip Amerika Serikat (AS), Intel, kembali menyediakan kopi dan teh gratis untuk para karyawan di kantor mereka. Sebelumnya, penyediaan kopi dan teh gratis dihapus untuk menghemat biaya operasional.
Penghematan itu merupakan bagian dari kebijakan pemangkasa biaya operasional Intel senilai US$10 miliar, menurut laporan The Oregonial.
Langkah kecil untuk mengembalikan kopi dan teh gratis di kantor dinilai penting untuk menggenjot moral karyawan, menyusul penghematan gila-gilaan perusahaan dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam pesan internal ke karyawan, Intel mengakui tantangan berat yang dihadapi perusahaan. Di saat bersamaan, Intel juga menekankan pentingnya penghargaan kecil dalam dinamika kantor sehari-hari.
Perusahaan mengatakan kembalinya kopi dan teh gratis sebagai cara untuk mendukung budaya kerja yang lebih nyaman.
Kendati begitu, kebijakan buah gratis yang tersedia pada saat-saat tertentu belum akan dikembalikan, dikutip dari Mashable India, Senin (11/11/2024).
Sebelumnya, pada Oktober lalu Intel mengumumkan rencana PHK yang berdampak pada 2.000 pekerja di AS. PHK itu merupakan bagian dari rencana PHK total 15.000 pekerja yang diungkap pada Agustus 2024.
Selain itu, bagi karyawan yang tetap bekerja, Intel juga menetapkan pemangkasan beberapa manfaat yang diberikan. Misalnya reimburse internet, ponsel, serta biaya perjalanan dinas.
Pada september lalu, Intel mengumumkan rencana untuk memisahkan bisnis chip dengan operasi desain sebagai salah satu bagian dari efisiensi perusahaan.
Menurut Livemint, CEO Pat Gelsinger mengatakan “meningkatkan pemisahan antara kedua operasi akan memungkinkan perusahaan manufaktur mendapatkan pembiayaan secara mandiri, menghilangkan kekhawatiran pelanggan tentang independensinya, dan menjadikannya lebih selaras secara budaya dengan pembuat chip kontrak.”
Intel yang dulunya merupakan pemain dominan di industri teknologi kini menghadapi kesulitan dan berdampak pada posisinya di pasar.
Di era 1990-an, Intel menjadi salah satu pendorong popularitas PC dengan fokus menggarap komputer pribadi. Namun, Intel kurang menangkap momentum dalam pengembangan chip mobile, sehingga membuat Apple memimpin dengan iPhone.
Pada 2013, mantan CEO Intel Paul Otellini mengaku dirinya menyesal telah menolak kesepakatan dengan Apple untuk memproduksi chip iPhone. Kala itu Intel masih meremehkan potensinya di masa depan.
Hal serupa terjadi pada 2017 dan 2018, ketika Intel salah kalkulasi dan menolak berinvestasi ke OpenAI yang kini menjadi pemimpin sektor AI. OpenAI mulanya mendekati Intel untuk mengurangi ketergantungannya ke Nvidia, sekaligus membantu mengembangkan infrastruktur sendiri.
Kala itu, CEO Bob Swan juga mempertanyakan potensi pasar AI dan menolak berinvestasi. Akhirnya, kini Nvidia menjadi raja chip AI dan Intel yang tertinggal susah untuk mengejar posisi serupa dengan Nvidia.
(fab/fab)