Jakarta –
Dampak dari pemanasan global terlihat di depan mata. Salah satu yang paling mencolok adalah fenomena cuaca ekstrem yang membahayakan.
Saat ini, kenaikan suhu Bumi mencapai titik yang meresahkan, yakni 1,52° Celsius pada periode Februari 2023 hingga Januari 2024. Akibatnya pun mengerikan karena dapat menimbulkan potensi cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.
Dr Erma Yulihastin Pakar Klimatologi Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN di acara ‘Eureka!: Waspada Cuaca Ekstrem’, Senin (12/2/2024), menjelaskan cuaca ekstrem jelas berhubungan dengan kenaikan suhu Bumi.
“Kalau kita bisa bicara cuaca ekstrem, harusnya tidak normal, kejadiannya sangat langka yaitu kurang dari 10%. Nah, ternyata karena ada faktor perubahan iklim yang naiknya sudah rata-rata tahun 2023 sudah lebih dari plus 1,5° Celcius, konsekuensinya adalah intensitas dan frekuensi dari cuaca ekstrem ini semakin naik,” ujar Dr Erma.
Akibat global warming, intensitas dan frekuensi dari cuaca ekstrem naik menjadi 1,5 kali lipat dari sebelumnya, hampir mendekati dua kali lipat. Itu artinya bencana akan semakin sering terjadi.
Contohnya adalah potensi bencana banjir besar di Jakarta yang biasanya memiliki siklus 5 tahun sekali. Dengan kenaikan hampir dua kali lipatnya, berarti angka lima tahun itu bisa dikorting.
“El Nino juga sama, dulu kita menyangka itu 5-7 tahun sekali. Nah sekarang bisa 2 tahun sekali gitu ya, sudah sampai 3 tahun sekali terjadinya si El Nino ini,” lanjut pemilik akun X @EYulihanti ini.
Sementara itu, pemanasan global juga terlihat dari panas laut yang meningkat hingga 1,8° Celcius. Saat terjadi kelebihan panas, berlangsung yang namanya ketidakseimbangan panas. Selanjutnya, akan terjadi proses pencarian titik-titik keseimbangan yang menjadikan cuaca ekstrem.
(ask/fay)