Jakarta, CNBC Indonesia – Artificial Intelligence (AI) merubah tatanan manusia dan masuk ke berbagai industri. Salah satu yang terancam adalah industri media.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menjelaskan newsroom akan digantikan AI. Reporter di lapangan tidak perlu lagi mengirimkan berita ke kantor namun langsung menuju ke platform.
“Salah satu platform digital yang paling besar itu sedang mengembangkan news yang berbasis dengan AI. Jadi nanti newsroom itu mungkin sudah bisa ditutup, karena apa? Karena yang berhubungan adalah reporter di lapangan langsung ke platform,” jelas Nezar dalam sambutan Seminar Digitalisasi Penyiaran Tahun 2025-2029, Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Selain itu dia menyinggung keberadaan platform yang bisa mengubah suara menjadi teks. Di masa depan platform akan terhubung dengan model algoritma yang sudah diatur sebelumnya.
Aplikasi transkrip itu akan bisa dibuat dengan gaya media tertentu. Jadi pembuatan konten akan berdasarkan AI nantinya.
“Sehingga kita bisa memilih misalnya transcribe itu nanti ditulis dengan struktur style media tertentu. Kita bisa memilih media-media terbesar yang terpercaya, yang stylenya itu cukup menarik. Dan itu diolah oleh AI,” jelas dia.
Konten tersebut akan langsung hadir di situs atau media yang menggunakannya. Disrupsi pada produksi berita itu akan terjadi tidak lama lagi.
“Dan itu langsung dihadirkan di situs yang kita miliki yang bekerjasama dengan platform digital ini. Nah ini tentu saja akan mendisrupsi pola produksi dari newsroom. Ini juga tantangan yang sangat serius dan ini nggak lama lagi,” kata Nezar.
Nezar memperkirakan disrupsi akan terjadi mulai tahun depan. Ini juga akan membuat model bisnis baru akan terjadi lebih cepat kurang dari lima tahun karena disrupsi teknologi yang terjadi dalam waktu singkat.
Menurutnya inovasi tidak akan ada batasnya. Bahkan saat industri dikatakan sudah sangat mapan tidak akan terlepas dari disrupsi teknologi baru.
“Dengan teknologi artificial intelligence, inovasi-inovasi itu nyaris gak ada batasnya. Apa saja bisa diolah termasuk mendisrupsi akan kita anggap sudah mapan saat ini. Tapi sejujurnya tidak ada kemapanan yang permanen di tengah disrupsi ini,” tutur Nezar.
(fab/fab)