Blitar (beritajatim.com) – Relokasi Pasar Tumpah Kota Blitar ternyata tidak solutif menyelesaikan masalah, terutama soal kemacetan dan kawasan kumuh. Relokasi itu hanya bisa menggeser kemacetan dan kawasan kumuh yang biasa terjadi di Jalan Anggrek Kota Blitar ke lokasi baru.
Bahkan di Jalan Kaca Piring yang kini jadi lokasi baru Pasar Tumpah Kota Blitar muncul kawasan kumuh baru. Sepanjang jalan tersebut kini banyak lapak-lapak semi permanen yang tak sedap dipandang mata.
Tentu hal ini menjadi gambaran bahwa relokasi yang dilakukan Pemkot Blitar hanya memindahkan permasalahan kemacetan dan wilayah kumuh ke tempat yang lain.
“Jadi gini permasalahan pedagang ini meraka ini kita akui biar jualannya cepat habis dia mencoba cari tempat yang strategis. Kalau seperti itu kita mau gimana lagi,” kata Yohan Tri Waluyo, Ketua Komisi II DPRD Kota Blitar, Rabu (22/5/2024).
Terkait hal itu, DPRD Kota Blitar mengaku tidak bisa berbuat apa-apa. Pasalnya pedagang pasti mencari lokasi yang mudah dijangkau pembeli agar dagangnya cepat habis.
Sehingga para pedagang tersebut mendirikan lapak-lapak semi permanen di pinggir jalan. Kondisi itu tentu menimbulkan pemandangan tidak sedap dan daerah kumuh baru.
“Sah-sah saja tapi itu, tapi kalau di luar area pasar kita bisa apa? Ini bukan wewenang kita,” imbuhnya.
Kondisi ini pun perlu di atasi bersama. DPRD Kota Blitar dan Disperindag Kota Blitar pun harus duduk bersama dengan pedagang untuk mencari permasalahan tersebut.
Sejauh ini memang relokasi Pasar Tumpah Kota Blitar masih menimbulkan polemik di internal pedagang. Selain lokasinya dianggap tidak strategis, masih banyak pedagang yang belum mendapatkan lapak.
Terakhir DPRD dan Disperindag Kota Blitar mengusulkan 3 solusi. Namun solusi itu masih akan ditawarkan ke pedagang. [owi/beq]