Risiko dipandang “cenderung ke arah bawah” karena langkah-langkah pengetatan moneter sebelumnya dan ketegangan geopolitik yang dapat menghambat permintaan global, meningkatkan biaya perdagangan, dan mengguncang pasar, jelas IMF.
“Salah satu risiko utama adalah peningkatan tarif balasan yang saling berbalas di antara mitra dagang utama yang akan memperburuk fragmentasi perdagangan dan menghambat pertumbuhan di kawasan,” kata IMF
IMF juga menyatakan bahwa gejolak pasar baru-baru ini dapat menandakan adanya potensi volatilitas di masa depan saat pasar mempertimbangkan kemungkinan penurunan suku bunga besar dari Federal Reserve AS dan kenaikan suku bunga secara bertahap oleh Bank of Japan.
“Perubahan mendadak dalam ekspektasi terhadap kebijakan ini dapat menyebabkan nilai tukar menyesuaikan secara tajam, dengan dampak merembet ke segmen pasar keuangan lainnya,” ujar IMF .
“Meskipun volatilitas tidak selalu berbahaya, namun bisa merusak kepercayaan konsumen dan investasi,” tutupnya.
IMF memperkirakan ekonomi China akan tumbuh 4,8 persen pada tahun 2024, naik 0,2 poin dari perkiraan bulan April tetapi lebih lambat dari peningkatan 5,2 persen tahun lalu. Pertumbuhan di China diperkirakan akan melambat lebih lanjut menjadi 4,5 persen pada tahun 2025, ungkap IMF.