Beirut –
Pemerintah Amerika Serikat (AS) berusaha menengahi Israel dengan kelompok Hizbullah yang bermarkas di Lebanon ketika pertempuran antara kedua pihak terus berlanjut. Sebagai mediator, Washington sedang mengupayakan proposal untuk mengakhiri pertempuran, yang dimulai dengan gencatan senjata selama 60 hari di Lebanon.
Upaya AS itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (30/10/2024), diungkapkan oleh dua sumber yang memahami upaya perundingan yang sedang berlangsung. Kedua sumber itu terdiri atas seseorang yang mendapat penjelasan soal perundingan itu dan seorang diplomat senior yang bertugas di Lebanon.
Dituturkan kedua sumber itu kepada Reuters bahwa periode dua bulan itu, selama gencatan senjata berlangsung nantinya, akan dimanfaatkan untuk menyelesaikan implementasi penuh Resolusi 1701 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) — yang diadopsi tahun 2006 untuk menjaga wilayah Lebanon bagian selatan bebas dari senjata yang bukan milik Angkatan Bersenjata Lebanon.
Kedutaan Besar AS di Lebanon belum menanggapi laporan tersebut.
Resolusi 1701 itu telah menjadi landasan perundingan untuk mengakhiri pertempuran antara Israel dan Hizbullah, yang meletus sejak tahun lalu bersamaan dengan perang yang berkecamuk di Jalur Gaza. Pertempuran di wilayah Lebanon bagian selatan itu meningkat secara dramatis selama lima pekan terakhir.
Utusan kepresidenan AS, Amos Hochstein, yang sedang mengerjakan proposal terbaru itu, mengatakan kepada wartawan di Beirut pada awal bulan ini bahwa diperlukan mekanisme pelaksanaan yang lebih baik, karena baik Israel maupun Lebanon belum sepenuhnya menerapkan resolusi itu.