Jakarta –
Pemerintah berencana menerapkan bea masuk anti dumping (BMAD) 199% untuk produk impor keramik asal China. Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri menilai China hanya dijadikan kambing hitam atas permasalahan industri manufaktur RI yang terus merosot.
Faisal mengatakan dalam periode proses penyelidikan yang dilakukan pemerintah, industri manufaktur dalam negeri memang sedang goyah. Kemudian muncul kebijakan BMAD untuk produk impor asal China.
“Periode penyelidikannya. Itu industri itu masih banyak yang merah. Masih banyak yang merah. Jadi ini tren industri. Eh tiba-tiba solusinya BMAD. Jump, conclusion-nya. Cari kambing hitam,” ujar Faisal dalam acara Diskusi Publik, Jakarta, Selasa (16/7/2024).
Selain itu, dia menilai fenomena banjir impor asal China itu tidak terjadi di Indonesia. Berdasarkan data yang diambil dari International Trade Center (ITC) volume impor dari China untuk HS Code 690721 sempat mengalami penurunan pada 2019 dan 2020.
Kemudian Faisal juga menjelaskan untuk HS Code lain juga terjadi hal yang sama. Misalnya, volume impor dari China untuk HS Code 690722 sebesar 27 ribu ton pada 2020. Kemudian naik menjadi 50 ribu ton pada 2021 dan turun menjadi 48 ribu ton pada 2022. Dengan data tersebut, Faisal tidak melihat adanya fenomena banjir impor dari China untuk industri keramik dalam negeri.
“Nah, ini dari International Trade Center. Kita tunjukkan sekali lagi tahun 2019, 2019, 900 ribu ton untuk kode HS Code 690721. Tahun 2020 sebesar 863 ribu ton. Tahun 2021 naik jadi 1,1 juta ton, 2022-nya sudah turun lagi jadi 1 juta ton. Jadi, mana yang namanya dibanjiri oleh import itu saya bingung. Dibanjiri kan? Mana? Ini fenomena sebelum COVID kok. Ini data resmi lho, bukan data saya,” terangnya.
Di sisi lain, dia menyebut kontribusi China dalam ekspor impor ke Indonesia relatif kecil. Dia bilang Indonesia hanya memberikan kontribusi sebesar 1,9% dari total keseluruhan ekspor China. Sementara, untuk impor China, Indonesia hanya menyumbang 2,9% dari total keseluruhan impor China.
“Jadi buat China, Indonesia itu nggak penting-penting amat sebagai mitra dagangnya. Tujuan ekspor hanya 1,9% dari total ekspor. Impor dari Indonesia hanya 2,9%. Kalah dengan Vietnam, Malaysia gitu ya. Jadi lebih banyak China itu impor dari Malaysia dan Vietnam,” terangnya.
(kil/kil)