Liputan6.com, Jakarta – Institute for Essential Services Reform (IESR) mendorong Indonesia untuk memperkuat komitmen dalam transisi energi guna mengurangi emisi gas rumah kaca sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dalam acara briefing bersama media terkait Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024, EISR memaparkan berbagai peluang dan tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam lima tahun mendatang.
Program Manager IESR Deon Arinaldo menjelaskan, global stocktaking terbaru menunjukkan dunia masih menghadapi peningkatan suhu global sebesar 2,1–2,8°C apabila komitmen pengurangan emisi tidak diperkuat.
“Kita perlu melihat ini sebagai panggilan untuk aksi kolektif, di mana target global mencakup pengurangan emisi hingga 43% pada 2030 dan 90% pada 2035,” jelas Deon dikutip pada Jumat (1/11/2024).
Untuk mencapai target tersebut, IESR menekankan pentingnya investasi energi terbarukan.
“Potensi energi terbarukan kita besar, hingga 3680 gigawatt, namun kapasitas terpasang baru sekitar 13 gigawatt. Jika ini dikembangkan, kita dapat menarik investasi besar serta menciptakan lapangan kerja,” ujarnya.
Deon juga menyoroti peluang besar dalam teknologi energi bersih yang lebih mudah dikuasai dan dikembangkan secara lokal.
IESR berharap IETD 2024 dapat menjadi wadah untuk memperkuat kebijakan transisi energi dan melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan dalam upaya mencapai komitmen iklim Indonesia.