JAKARTA – Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengumumkan pada Hari Rabu, otoritas pendudukan Israel akan merampas hak atas pendidikan dari 800 anak karena enam sekolahnya di Yerusalem Timur akan ditutup.
“Dalam waktu kurang dari 10 hari, perintah penutupan yang dikeluarkan oleh pejabat Israel terhadap enam sekolah UNRWA di Yerusalem Timur akan mulai berlaku,” kata Direktur Urusan UNRWA di Tepi Barat Roland Friedrich dalam pernyataan di platform X, dilansir dari WAFA 30 April.
Ia menjelaskan, penutupan sekolah tersebut “mengancam hak atas pendidikan bagi sekitar 800 anak, yang merupakan pelanggaran terhadap kewajiban Israel berdasarkan hukum internasional.”
“Sekolah-sekolah UNRWA di kamp Shu’fat telah menjadi bagian dari tatanan sosial kamp selama beberapa dekade, yang memungkinkan anak-anak untuk menerima pendidikan berkualitas tinggi di dekat rumah mereka,” jelasnya.
“Para gadis kini khawatir impian mereka untuk menjadi dokter atau ilmuwan akan pupus jika mereka kehilangan hak atas pendidikan,” tambahnya.
Diketahui, otoritas pendudukan memutuskan untuk menutup enam sekolah UNRWA di kamp pengungsi Shuafat, Silwan, Wadi al-Joz dan Sur Baher di Yerusalem pada tanggal 8 Mei mendatang.
Itu tidak lepas dari keputusan Parlemen Israel. Pada tanggal 28 Oktober 2024, Knesset Israel dengan suara bulat menyetujui dua undang-undang yang melarang UNRWA melakukan aktivitas apa pun di dalam Israel, mencabut hak istimewa dan fasilitasnya, serta melarang segala kontak resmi dengannya. Keputusan tersebut mulai berlaku pada akhir Januari lalu.
