80 Siswa di Kuningan Diduga Keracunan MBG, 4 Orang Jalani Perawatan Intensif

80 Siswa di Kuningan Diduga Keracunan MBG, 4 Orang Jalani Perawatan Intensif

Bisnis.com, KUNINGAN — Sebanyak 80 siswa SMA Negeri 1 Luragung, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, mendapatkan penanganan medis setelah mengeluhkan gejala gangguan pencernaan.  Mereka diduga keracunan usai mengikuti program makan bergizi gratis (MBG) yang diselenggarakan pada Kamis (2/10/2025).

Kepala Puskesmas Luragung, Nanay Handayani mengatakan, laporan pertama diterima pada Jumat (3/10/2025) 0agi ketika pihak sekolah menghubunginya terkait banyaknya siswa yang mendadak sakit. Gejala yang dialami siswa antara lain sakit perut, mual, muntah, hingga diare.

“Awalnya kepala sekolah menelpon saya karena cukup banyak anak yang mengeluh perut tidak enak. Kami minta segera dibawa ke puskesmas untuk pemeriksaan,” kata Nanay.

Menurut Nanay, jumlah siswa yang datang ke puskesmas terus bertambah hingga mencapai 80 orang. 

Dari total itu, tujuh siswa harus mendapat infus karena kondisi tubuh melemah, sementara lima siswa lainnya terpaksa dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

Sementara itu, mayoritas siswa lain cukup diobservasi di puskesmas dan diperbolehkan pulang setelah kondisinya stabil. “Ketika gejala berkurang dan keadaan umum membaik, siswa dipersilakan pulang dengan obat,” ujarnya.

Hingga laporan dibuat, masih ada empat siswa yang menjalani perawatan intensif di Puskesmas Luragung. Selebihnya, kondisi sudah berangsur pulih. 

Nanay menambahkan, tercatat 103 siswa tidak hadir di sekolah pada hari kejadian, sehingga mereka belum sempat diperiksa tim medis.

Meski penyebab pasti masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium, dugaan awal mengarah pada makanan yang dikonsumsi siswa saat program MBG. Hidangan yang tersaji kala itu meliputi ayam kecap, tahu, tempe, acar, dan buah anggur.

“Sebagian besar siswa mengaku setelah makan menu tersebut, pada malam harinya perut mulai terasa nyeri, disertai pusing dan lemas,” terang Nanay.

Untuk memastikan penyebab keracunan, tim Inafis kepolisian bersama petugas kesehatan telah mengambil sejumlah sampel, baik makanan sisa maupun muntahan dan feses siswa yang terdampak. Hasil uji laboratorium diperkirakan baru keluar dalam sepekan ke depan.

“Apakah benar makanan MBG itu yang menjadi pemicu atau ada faktor lain, akan ditentukan berdasarkan hasil uji laboratorium,” tambahnya.

Kasus keracunan massal ini memicu perhatian serius, mengingat program makan bergizi gratis tengah dijalankan di sejumlah sekolah. Dinas kesehatan daerah setempat diminta memperketat pengawasan, baik terhadap proses penyediaan bahan pangan maupun distribusi hidangan kepada siswa.

Selain itu, pihak sekolah diminta segera melaporkan bila ada keluhan kesehatan dari peserta didik, agar langkah medis bisa cepat diberikan. 

“Kami berharap orang tua dan sekolah tidak ragu melapor jika ada gejala serupa, supaya tidak terlambat penanganannya,” kata Nanay.