7 Penyebab Umum Rasa Terbakar di Vagina yang Perlu Diketahui

7 Penyebab Umum Rasa Terbakar di Vagina yang Perlu Diketahui

JAKARTA – Rasa terbakar di vagina adalah sensasi panas, nyeri, atau iritasi yang muncul di area vagina. Kondisi ini sering kali disertai dengan gatal, nyeri, kesemutan, dan rasa tidak nyaman secara keseluruhan.

Rasa terbakar di vagina merupakan salah satu gejala paling umum dari vaginitis, yaitu peradangan pada vagina atau area genital. Vaginitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi bakteri, alergi terhadap produk tertentu, hingga perubahan hormon.

Kondisi ini cukup umum terjadi. Sekitar 8–18% orang dengan vagina melaporkan gejala seperti rasa terbakar dan ketidaknyamanan vagina kepada dokter mereka setiap tahun.

Ada berbagai kondisi yang dapat menyebabkan rasa terbakar pada vagina, mulai dari infeksi hingga perubahan hormon. Faktor lingkungan, seperti pakaian dan produk perawatan pribadi yang digunakan, juga bisa menjadi pemicunya.

Berikut 7 penyebab rasa terbakar di vagina, seperti dilansir dari laman Health.

1. Bacterial Vaginosis (BV)

Vagina secara alami mengandung bakteri, tetapi ketika jumlah bakteri tertentu tumbuh berlebihan, bisa muncul kondisi yang disebut bacterial vaginosis.

Gejala yang umum terjadi meliputi rasa terbakar di vagina, kemerahan, iritasi, serta keputihan dengan bau tidak sedap. BV merupakan penyebab paling umum dari rasa terbakar di vagina.

2. Infeksi Jamur

Infeksi jamur atau vaginal candidiasis adalah penyebab kedua paling sering setelah BV. Kondisi ini terjadi karena pertumbuhan berlebih jamur Candida di vagina. Gejalanya antara lain rasa terbakar, nyeri, gatal, kemerahan, pembengkakan pada bibir vagina (labia), serta keputihan kental seperti susu atau keju.

3. Trikomoniasis

Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh parasit bernama Trichomonas vaginalis. Gejalanya dapat berupa keputihan berwarna hijau kekuningan dengan bau tidak sedap dan berbusa.

Selain itu, penderita bisa mengalami rasa terbakar atau gatal pada vagina, nyeri saat buang air kecil, sering ingin buang air kecil, nyeri di perut bagian bawah, atau nyeri saat berhubungan seksual.

4. Iritasi Akibat Produk atau Pakaian

Beberapa produk yang bersentuhan langsung dengan area genital dapat menyebabkan iritasi atau reaksi alergi yang menimbulkan rasa terbakar. Produk tersebut bisa berupa sabun, deterjen, atau pelembut kain.

Selain itu, produk yang digunakan langsung di dalam vagina seperti semprotan vagina, spermisida, atau cairan pembersih (douche) juga dapat menimbulkan rasa terbakar, gatal, kemerahan, dan nyeri.

5. Perubahan Hormon

Perubahan kadar hormon sering terjadi pada orang dengan sistem reproduksi perempuan, terutama karena penurunan kadar hormon estrogen. Estrogen berperan penting dalam menjaga kelembapan vagina.

Ketika kadar estrogen menurun, vagina bisa menjadi kering dan menimbulkan iritasi serta rasa terbakar.

Penurunan estrogen dapat terjadi setelah melahirkan, selama menyusui, serta secara signifikan selama masa menopause atau perimenopause (periode menjelang menopause).

6. Infeksi Saluran Kemih (ISK/UTI)

Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri berbahaya menumpuk di kandung kemih, ginjal, atau uretra (saluran tempat keluarnya urine).

Gejala yang sering muncul adalah rasa nyeri atau terbakar saat buang air kecil, keinginan buang air kecil yang sangat sering, sulit menahan kencing, urine berdarah, atau tekanan di area perut bagian bawah.

7. Virus Herpes Simpleks (HSV)

HSV merupakan infeksi menular seksual yang ditandai dengan munculnya luka atau lepuhan nyeri pada vagina atau labia, rasa terbakar saat buang air kecil, demam, kelelahan, dan sakit kepala.

Sebagian orang mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun. Virus ini bersifat seumur hidup karena dapat tetap tidak aktif di dalam sel dan kambuh sewaktu-waktu.