Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

5 Fakta Wisma Habibie dan Ainun di Patra Kuningan yang Kini Dibuka untuk Umum

5 Fakta Wisma Habibie dan Ainun di Patra Kuningan yang Kini Dibuka untuk Umum

Jakarta: Kediaman Presiden ke-3 Republik Indonesia, BJ Habibie, yang dikenal sebagai Wisma Habibie dan Ainun (WHA), di Jl Patra Kuningan XIII Nomor 5, Jakarta Selatan, resmi dibuka untuk masyarakat umum.

Pembukaan ini dilakukan secara simbolis oleh keluarga BJ Habibie, baru-baru ini di kawasan Kompleks Patra Kuningan, Jakarta Selatan. Acara ini juga dihadiri oleh Reza Rahadian, aktor yang memerankan BJ Habibie dalam trilogi film biopik yang populer.

WHA tidak hanya menawarkan sekadar wisata sejarah, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran mendalam mengenai filosofi hidup, perjuangan, dan kontribusi besar BJ Habibie untuk bangsa Indonesia. Berikut adalah lima fakta menarik tentang Wisma Habibie dan Ainun yang kini dapat diakses oleh masyarakat umum:
1. Simbol Warisan Keluarga dan Bangsa
Wisma Habibie dan Ainun bukan sekadar rumah, melainkan simbol warisan yang bermakna mendalam bagi keluarga Habibie dan bangsa Indonesia. Nadia Sofia Habibi, cucu tertua BJ Habibie dan Ainun yang juga menjabat sebagai Duta WHA, menegaskan bahwa tempat ini dirancang untuk menjaga nilai-nilai yang diwariskan oleh Eyang Habibie.

“Saya berdiri sebagai duta WHA. WHA membutuhkan perhatian khusus, tidak hanya menjadi legacy bagi keluarga, tapi juga bagi bangsa dan negara,” ungkap Nadya dalam pidatonya, Kamis, 16 Januari 2025.

WHA menjadi bukti nyata bahwa keluarga Habibie ingin memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat melalui pelestarian sejarah dan nilai-nilai luhur yang pernah ditanamkan oleh BJ Habibie.

Baca juga: Rumah Perjuangan BJ Habibie jadi Inspirasi Pembangunan Jawa Barat

2. Perpustakaan dengan Koleksi 5.000 Buku Bersejarah
Salah satu daya tarik utama di Wisma Habibie dan Ainun adalah perpustakaannya yang berisi lebih dari 5.000 buku dalam berbagai bahasa. Buku-buku ini menggambarkan perjalanan intelektual BJ Habibie selama hidupnya, mulai dari inovasi teknologi, pemikiran demokrasi, hingga karya sastra dunia.

Nadia Sofia Habibi menyebutkan bahwa perpustakaan ini tidak hanya menjadi ruang penyimpanan buku, tetapi juga tempat di mana nilai-nilai intelektual dan budaya terpelihara.

“Di pendopo menjadi saksi perjuangan eyang menanami bibit-bibit demokrasi di Indonesia. Setiap sudut WHA memiliki filosofi yang mendalam,” tambah Nadya.

Pengunjung dapat melihat jejak perjuangan BJ Habibie dalam menanamkan nilai-nilai demokrasi dan kemajuan bangsa melalui koleksi yang disimpan di tempat ini.
3. Taman Intelektual: Simbol Kebijaksanaan dan Kolaborasi
Selain perpustakaan, WHA juga memiliki Taman Intelektual, sebuah ruang terbuka yang menjadi refleksi nilai-nilai intelektual dan filosofi BJ Habibie. Taman ini dihiasi oleh sejumlah patung penuh makna, seperti The Thinker, Cycladic, Ganesha, dan Avalokitesvara.

Taman ini dirancang untuk menjadi ruang kolaborasi dan diskusi yang mendorong lahirnya ide-ide besar. Tidak hanya menjadi simbol kebijaksanaan, Taman Intelektual juga mencerminkan visi BJ Habibie tentang pentingnya ilmu pengetahuan sebagai fondasi pembangunan bangsa.

“Dihiasi patung-patung penuh makna, seperti The Thinker, Cycladic, Ganesha, dan Avalokitesvara, taman ini bukan hanya simbol pengetahuan dan kebijaksanaan, tetapi juga ruang kolaborasi serta diskusi yang mendalam. Tempat di mana ide-ide besar dilahirkan,” tulis WHA di akun instagramnya.
4. Pendopo Bersejarah dengan Ukiran Jati yang Indah
Pendopo WHA, yang dibangun pada tahun 1978, menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Dengan ukiran kayu jati yang megah pada pilar dan atapnya, pendopo ini menjadi tempat berlangsungnya dialog penting para pemimpin bangsa, termasuk saat masa transisi demokrasi.

Hingga kini, pendopo ini tetap digunakan untuk berbagai acara yang memiliki nilai-nilai yang selaras dengan prinsip hidup BJ Habibie dan Ainun. Pengunjung dapat merasakan nuansa sejarah yang kental di setiap sudut pendopo ini.
5. Ruang Publik yang Tetap Sakral
Meskipun kini dibuka untuk umum, WHA tetap menjadi tempat yang sakral bagi keluarga Habibie. Tempat ini tetap menjadi rumah yang dihuni oleh sebagian anggota keluarga, namun kini juga difungsikan sebagai ruang publik untuk mengenalkan warisan BJ Habibie kepada masyarakat luas.

“Wisma Habibie tetap menjadi tempat sakral bagi keluarga, tapi kini sudah waktunya kami membukanya untuk masyarakat agar legacy tersebut dapat dirasakan secara luas,” kata Nadya.

Dengan konsep yang mencakup empat pilar, yaitu tur sejarah, aktivitas program, tempat acara, dan pameran, WHA diharapkan dapat menjadi jembatan bagi generasi mendatang untuk memahami nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh BJ Habibie.

Sebagai penutup, Nadya mengenang pesan mendalam dari sang kakek: “Eyang Habibie pernah berkata, ‘Buat apa saya menjadi luar biasa kalau tidak bisa membantu keluarga, negara, dan bangsa kita.’ Pesan itu menjadi pedoman hidup saya,” ujarnya penuh haru.

Jakarta: Kediaman Presiden ke-3 Republik Indonesia, BJ Habibie, yang dikenal sebagai Wisma Habibie dan Ainun (WHA), di Jl Patra Kuningan XIII Nomor 5, Jakarta Selatan, resmi dibuka untuk masyarakat umum.
 
Pembukaan ini dilakukan secara simbolis oleh keluarga BJ Habibie, baru-baru ini di kawasan Kompleks Patra Kuningan, Jakarta Selatan. Acara ini juga dihadiri oleh Reza Rahadian, aktor yang memerankan BJ Habibie dalam trilogi film biopik yang populer.
 
WHA tidak hanya menawarkan sekadar wisata sejarah, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran mendalam mengenai filosofi hidup, perjuangan, dan kontribusi besar BJ Habibie untuk bangsa Indonesia. Berikut adalah lima fakta menarik tentang Wisma Habibie dan Ainun yang kini dapat diakses oleh masyarakat umum:

1. Simbol Warisan Keluarga dan Bangsa

Wisma Habibie dan Ainun bukan sekadar rumah, melainkan simbol warisan yang bermakna mendalam bagi keluarga Habibie dan bangsa Indonesia. Nadia Sofia Habibi, cucu tertua BJ Habibie dan Ainun yang juga menjabat sebagai Duta WHA, menegaskan bahwa tempat ini dirancang untuk menjaga nilai-nilai yang diwariskan oleh Eyang Habibie.

“Saya berdiri sebagai duta WHA. WHA membutuhkan perhatian khusus, tidak hanya menjadi legacy bagi keluarga, tapi juga bagi bangsa dan negara,” ungkap Nadya dalam pidatonya, Kamis, 16 Januari 2025.
 
WHA menjadi bukti nyata bahwa keluarga Habibie ingin memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat melalui pelestarian sejarah dan nilai-nilai luhur yang pernah ditanamkan oleh BJ Habibie.
 
Baca juga: Rumah Perjuangan BJ Habibie jadi Inspirasi Pembangunan Jawa Barat

2. Perpustakaan dengan Koleksi 5.000 Buku Bersejarah

Salah satu daya tarik utama di Wisma Habibie dan Ainun adalah perpustakaannya yang berisi lebih dari 5.000 buku dalam berbagai bahasa. Buku-buku ini menggambarkan perjalanan intelektual BJ Habibie selama hidupnya, mulai dari inovasi teknologi, pemikiran demokrasi, hingga karya sastra dunia.
 
Nadia Sofia Habibi menyebutkan bahwa perpustakaan ini tidak hanya menjadi ruang penyimpanan buku, tetapi juga tempat di mana nilai-nilai intelektual dan budaya terpelihara.
 
“Di pendopo menjadi saksi perjuangan eyang menanami bibit-bibit demokrasi di Indonesia. Setiap sudut WHA memiliki filosofi yang mendalam,” tambah Nadya.
 
Pengunjung dapat melihat jejak perjuangan BJ Habibie dalam menanamkan nilai-nilai demokrasi dan kemajuan bangsa melalui koleksi yang disimpan di tempat ini.

3. Taman Intelektual: Simbol Kebijaksanaan dan Kolaborasi

Selain perpustakaan, WHA juga memiliki Taman Intelektual, sebuah ruang terbuka yang menjadi refleksi nilai-nilai intelektual dan filosofi BJ Habibie. Taman ini dihiasi oleh sejumlah patung penuh makna, seperti The Thinker, Cycladic, Ganesha, dan Avalokitesvara.
 
Taman ini dirancang untuk menjadi ruang kolaborasi dan diskusi yang mendorong lahirnya ide-ide besar. Tidak hanya menjadi simbol kebijaksanaan, Taman Intelektual juga mencerminkan visi BJ Habibie tentang pentingnya ilmu pengetahuan sebagai fondasi pembangunan bangsa.
 
“Dihiasi patung-patung penuh makna, seperti The Thinker, Cycladic, Ganesha, dan Avalokitesvara, taman ini bukan hanya simbol pengetahuan dan kebijaksanaan, tetapi juga ruang kolaborasi serta diskusi yang mendalam. Tempat di mana ide-ide besar dilahirkan,” tulis WHA di akun instagramnya.

4. Pendopo Bersejarah dengan Ukiran Jati yang Indah

Pendopo WHA, yang dibangun pada tahun 1978, menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Dengan ukiran kayu jati yang megah pada pilar dan atapnya, pendopo ini menjadi tempat berlangsungnya dialog penting para pemimpin bangsa, termasuk saat masa transisi demokrasi.
 
Hingga kini, pendopo ini tetap digunakan untuk berbagai acara yang memiliki nilai-nilai yang selaras dengan prinsip hidup BJ Habibie dan Ainun. Pengunjung dapat merasakan nuansa sejarah yang kental di setiap sudut pendopo ini.

5. Ruang Publik yang Tetap Sakral

Meskipun kini dibuka untuk umum, WHA tetap menjadi tempat yang sakral bagi keluarga Habibie. Tempat ini tetap menjadi rumah yang dihuni oleh sebagian anggota keluarga, namun kini juga difungsikan sebagai ruang publik untuk mengenalkan warisan BJ Habibie kepada masyarakat luas.
 
“Wisma Habibie tetap menjadi tempat sakral bagi keluarga, tapi kini sudah waktunya kami membukanya untuk masyarakat agar legacy tersebut dapat dirasakan secara luas,” kata Nadya.
 
Dengan konsep yang mencakup empat pilar, yaitu tur sejarah, aktivitas program, tempat acara, dan pameran, WHA diharapkan dapat menjadi jembatan bagi generasi mendatang untuk memahami nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh BJ Habibie.
 
Sebagai penutup, Nadya mengenang pesan mendalam dari sang kakek: “Eyang Habibie pernah berkata, ‘Buat apa saya menjadi luar biasa kalau tidak bisa membantu keluarga, negara, dan bangsa kita.’ Pesan itu menjadi pedoman hidup saya,” ujarnya penuh haru.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

(DHI)

Merangkum Semua Peristiwa