YOGYAKARTA – Trauma atau psychological trauma terjadi ketika seseorang melewati pengalaman yang sangat menyakitkan, mengejutkan, atau membuat merasa tidak aman. Seperti kekerasan, pelecehan, kecelakaan, atau kehilangan besar. Trauma bisa berdampak jauh ke dalam jiwa, yaitu menyisakan luka batin. Mengutip HelpGuide, Jumat, 28 November, luka batin adalah jejak emosional berupa rasa sakit, kecemasan, ketakutan, ketidaknyamanan batin, atau ketidakmampuan untuk merasa aman dan percaya diri.
Bila trauma tidak diproses dengan baik, bekas emosional ini bisa terus mempengaruhi cara kita berpikir, merasa, dan menjalani hidup. Oleh karena itu, memaafkan terlalu cepat terkadang bukan solusi malah bisa menunda proses penyembuhan yang sejati. Ini penjelasan kenapa luka batin tak sembuh hanya dengan memaafkan.
1. Memaafkan untuk menghindar dari rasa sakit
Saat trauma meninggalkan luka, perasaan seperti marah, sedih, atau kecewa sering terasa sangat berat. Karena itu, muncul keinginan untuk cepat “melupakan” agar sakitnya tidak terus terasa. Memaafkan kadang dipandang sebagai jalan pintas supaya bisa kembali seperti sebelum trauma. Tapi emosi, terutama yang muncul setelah trauma, bukan sekadar perasaan buruk biasa. Perasaan ini membawa pesan penting dari dalam diri kita. Maka jika kita buru-buru memaafkan tanpa memberi ruang untuk merasakan, memahami, dan memproses emosi itu, kita bisa melewatkan kesempatan penting untuk menyembuhkan luka batin secara mendalam. Hasilnya, luka bisa tetap tersembunyi, bahkan jika secara kata Anda sudah “maafkan”.
Ilustrasi alasan memaafkan belum tentu menyembuhkan luka batin (Freepik/stockking)
2. Memaafkan bisa membuat abai terhadap rasa sakit dan kemarahan
Perasaan sakit, marah, atau takut setelah trauma sering kali berperan sebagai sinyal dari tubuh dan pikiran. Bahwa ada sesuatu yang tidak aman dan Anda perlu melindungi diri. Melansir Mental Health Foundation, jika Anda memaafkan sebelum mendengarkan sinyal ini, atau memaafkan sebelum memberi ruang untuk menyembuhkan diri, maka bisa kehilangan kesempatan untuk menetapkan batas sehat dan menjaga keselamatan emosional diri. Dengan begitu, trauma bisa tetap membekas, bahkan tanpa disadari.
3. Memaafkan membuat penyembuhan emosional jadi tidak utuh
Menurut definisi trauma, luka batin sering muncul ketika seseorang mengalami peristiwa yang melukai secara fisik maupun emosional, dan trauma berkaitan dengan kerusakan pada rasa aman serta kesejahteraan psikologis. Bila tidak ada pengakuan atau tanggung jawab dari pelaku, tapi Anda sudah memaafkan, maka luka itu hanya ditutup secara kata, bukan diselesaikan secara emosional. Akibatnya, perasaan terluka dan ketidakaman diri bisa tetap ada, dan penyembuhan batin jadi terhambat.
4. Tanpa ada konsekuensi bagi pelaku, sehingga luka bisa berulang
Memaafkan tanpa ada konsekuensi membuat pelaku seperti “lepas bebas”, ia tidak belajar dari kesalahan, tidak mempertimbangkan efek dari perilakunya. Ini membuka potensi bahwa kesalahan atau penyakitan yang sama bisa terulang. Bagi yang mengalami luka batin, ini berarti risiko luka emosional baru masih terbuka. Dengan begitu, memaafkan prematur bisa membuat seseorang rentan mengalami pengulangan trauma.
5. Memaafkan terlalu cepat bisa rentan terhadap luka ulang
Jika Anda memaafkan sebelum luka batin mulai sembuh, atau sebelum merasa aman secara emosional, Anda mungkin membuka diri terlalu cepat, bahkan sebelum siap. Saat itu terjadi, memaafkan bukannya memberi rasa lega. Malah bisa membuat Anda bersikap terlalu terbuka atau terlalu mempercayai orang lain tanpa perlindungan. Trauma lama bisa muncul kembali, atau trauma baru bisa muncul, karena rasa aman dan perlindungan diri belum terbentuk kokoh.
Memaafkan memang bisa jadi bagian dari proses penyembuhan tetapi ia bukan jaminan bahwa luka batin akan hilang begitu saja. Apalagi bila trauma berasal dari pengalaman berat, pelaku tidak bertanggung jawab, atau Anda belum memberi ruang untuk memproses emosi dengan benar. Kadang, langkah yang lebih bijak adalah memberi waktu bagi diri sendiri untuk mendengarkan perasaan, menetapkan batas, dan memulihkan luka batin secara perlahan. Tidak apa-apa jika Anda belum siap memaafkan sekarang, menghormati proses penyembuhan Anda sendiri jauh lebih penting. Karena menyembuhkan luka batin berarti membangun kembali rasa aman, perlindungan, dan penghormatan terhadap diri sendiri.
