Dalam perlawanan terhadap Belanda, Thomas Matulessy mengangkat Paulus Tiahahu sebagai kapitan Nusalaut. Ia dibantu oleh pimpinan pejuang lainnya, seperti Martha Christina, Kapitan Abubu, dan Hehanussa Raja Titawaai.
Untuk memperkuat dan mempersiapkan strategi perjuangan di Nusalaut, Thomas Matulessy mengirim panglimanya yang terkenal, Anthone Rhebok. Pasukan ini melakukan penyerangan terhadap Benteng Beverwijk di Sila-Leinitu dan berhasil merebut benteng.
Dalam pertempuran di Ulat dan Ouw, Martha Christina dengan semangat membara turun ke medan perang. Ketika senjata api kehabisan mesiu, ia menggunakan batu untuk menggempur musuh.
Pertempuran dahsyat tersebut merenggut nyawa pemimpin pasukan musuh, Mayor Mayer. Namun, Kapten Vermeulen Krieger mengambil alih pasukan dan Belanda pun melakukan serangan bertubi-tubi.
Akhirnya, pasukan rakyat terpaksa mundur dan jatuhlah kubu pertahanan yang terakhir di Lease. Para pemimpin pasukan rakyat ditangkap, termasuk Pattimura, Lucas Latumahina, Anthone Rhebok, Thomas Pattiwael, Said Perintah, Paulus Tiahahu, Martha Christina Tiahahu, Raja Hehanusa, Raja Ulat, dan Patih Ouw ditangkap.
Mereka divonis hukuman mati dan beberapa ada yang dibuang ke Jawa untuk dipekerjakan di kebun kopi. Namun, Martha Cristina dibebaskan dari hukuman karena dianggap masih terlalu muda.
Paulus Tiahahahu dijatuhi hukuman mati. Sementara itu, seluruh rakyat Nusalaut dikerahkan ke lapangan yang terletak di benteng Beverwijk untuk menyaksikan eksekusi tersebut.
Setelah membebaskan Martha Christina, Belanda menyadari bahwa gadis keturunan Kapitan itu memiliki pengaruh besar terhadap penduduk, sehingga berpotensi membahayakan kedudukan Belanda.
Belanda pun kembali menangkap Martha Christina dan membuangnya untuk kerja paksa di kebun kopi bersama dengan tawanan lainnya, seperti Pattiwael (Raja Tiouw), J. Sahetappy (Guru sekolah di Saparua yang selama perang Pattimura bertindak sebagai Pendeta), Pattigoela (orang kaya dari Wakkal), dan Hehanusa (Raja Titawasi). Dalam perjalan menuju Jawa, Martha Christina mogok makan hingga jatuh sakit.
Ia kemudian meninggal dunia pada 2 Januari 1918. Jenazahnya dibuang ke Laut Banda. Pada 20 Mei 1969, Martha Christina Tiahahu tercatat sebagai Pahlawan Nasional berkat keberaniannya melawan penjajah Belanda pada 1816.
Penulis: Resla