India –
Dapatkah aplikasi navigasi dianggap bertanggung jawab jika pengguna kecelakaan? Pertanyaan itu mengemuka di India setelah tiga orang tewas ketika mobil yang mereka tumpangi celaka di jembatan yang belum selesai dibangun dan jatuh ke sungai di negara bagian Uttar Pradesh.
Polisi masih menyelidiki insiden yang terjadi pada hari Minggu kemarin itu, tapi mereka yakin Google Maps mengarahkan korban. Sebagian jembatan runtuh awal tahun ini karena banjir. Warga setempat mengetahuinya, tapi ketiga orang itu dari luar daerah. Tak ada barikade atau tanda yang menunjukkan jembatan belum selesai dibangun.
“Awal tahun ini, banjir menyebabkan bagian depan jembatan runtuh ke sungai, tapi perubahan ini belum diperbarui di GPS. Akibatnya, pengemudi disesatkan dan tak menyadari bahwa jembatan itu tidak aman,” kata petugas.
Aparat menyelidiki pihak dari otoritas jalan raya dan seorang pejabat Google Maps yang tak disebut namanya atas tuduhan pembunuhan berencana. Seorang juru bicara Google mengatakan mereka bekerja sama dalam penyelidikan ini.
Kecelakaan tragis itu menyoroti buruknya infrastruktur jalan di India dan memicu perdebatan apa aplikasi seperti Google Maps turut bertanggung jawab. Sebagian menyalahkan Maps karena informasi tak akurat, sebagian berpendapat itu kegagalan pemerintah karena tak menutup jembatan.
Google Maps adalah aplikasi navigasi terpopuler di India dengan sekitar 60 juta pengguna. Namun Google Maps kadang memberi petunjuk salah dan menyebabkan kecelakaan. Di 2021, seorang pria dari Maharashtra tenggelam setelah mobilnya menabrak bendungan, diduga saat mengikuti petunjuk aplikasi. Tahun lalu, dua dokter di Kerala meninggal setelah mobilnya terjun ke sungai. Polisi mengatakan mereka mengikuti rute Google Maps.
Bagaimana Google Maps mengetahui kondisi jalan? Sinyal GPS dari aplikasi pengguna melacak perubahan lalu lintas, peningkatan sinyal menandakan kemacetan, sementara penurunan sebaliknya. Aplikasi ini juga menerima pembaruan dari pemerintah dan pengguna tentang kemacetan atau penutupan lalu lintas.
“Operator peta lalu menggunakan citra satelit, Google Street View, dan pemberitahuan pemerintah untuk mengonfirmasi perubahan dan memperbarui peta,” kata Ashish Nair, mantan karyawan Google Maps. Namun Google tidak memiliki tenaga menangani jutaan keluhan yang masuk setiap hari.
Menurut Nair, aplikasi navigasi tak bertanggung jawab atas kecelakaan karena ketentuan layanan menjelaskan pengguna harus menilai sendiri di jalan dan informasi di aplikasi mungkin berbeda dari kondisi sebenarnya. Selain itu, sulit bagi Google, yang mengelola peta di seluruh dunia, mengikuti tiap perubahan.
Terlebih, India juga tak punya sistem kuat untuk melaporkan masalah. “Data tetap tantangan besar di India. Tidak ada sistem untuk mencatat perubahan infrastruktur ke dalam antarmuka web, yang kemudian dapat dipakai aplikasi seperti Google Maps. Negara seperti Singapura memiliki sistem seperti itu,” kata Nair.
Dikutip detikINET dari BBC, dia menambahkan populasi India yang besar dan pembangunan yang cepat membuat perolehan data akurat dan real time jadi makin sulit.
Adapun pengacara Saima Khan mengatakan karena UU India memberi platform seperti Google Maps status ‘perantara’ (menyebar informasi dari pihak ketiga), mereka terlindungi dari tanggung jawab hukum. Tetapi jika dapat dibuktikan mereka tak memperbaiki data meski telah diberi informasi benar dan tepat waktu, bisa dianggap bertanggung jawab atas kelalaian.
(fyk/fay)