Jakarta: Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Ubaidillah, mengajak lembaga penyiaran televisi dan radio lebih masif mengedukasi publik tentang isu kebencanaan. Ajakan ini bermaksud untuk meminimalisir kerugian jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Hal tersebut disampaikan bertepatan dengan 20 tahun Indonesia dilanda bencana tsunami dahsyat yang memporak-porandakan wilayah Aceh. Salah satu bencana terbesar itu telah menyebabkan kerugian materil dan hilangnya ribuan nyawa.
“Hari ini tepat 20 tahun tsunami Aceh. Salah satu bencana yang sangat banyak menelan korban dan menyebabkan kerusakan. Tentu kita tidak menginginkan ini kembali terjadi lagi, maka diperlukan upaya edukasi dari televisi dan radio terkait kebencanaan,” katanya di Jakarta, Kamis, 26 Desember 2024.
Dalam kesempatan ini, Ubaidillah menyebut bahwa akhir-akhir ini juga terjadi bencana tanah longsor hingga banjir di beberapa daerah di Indonesia. Misalnya, Sukabumi, Cianjur, dan Pandeglang.
“Belakangan juga terjadi longsor dan banjir, pergerakan tanah. Sebagai wilayah yang rawan bencana, saya yakin kebutuhan masyarakat akan informasi salah satunya adalah terkait kebencanaan,” lanjutnya.
Ubaidillah berharap melalui edukasi kebencanaan yang lebih masif dan menyeluruh, kerusakan maupun kerugian yang menimpa warga terdampak bisa diminimalisir. Masyarakat pun menjadi lebih tangguh bencana.
“Saat edukasi kebencanaan dilakukan, masyarakat akan mengetahui hal apa yang perlu dilakukan saat bencana tiba. Mitigasi dan penanggulangan bisa dilakukan oleh masyarakat secara mandiri,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ubaidillah menyampaikan keinginannya agar isu-isu kebencanaan ditayangkan melalui program-program yang punya banyak minat penonton dan waktu primetime. Dengan begitu, lebih banyak masyarakat akan teredukasi.
“Agar informasi mengenai edukasi kebencanaan ini bisa disisipkan di program-program yang bagus, yang penontonnya banyak, juga bisa di saat-saat waktu primetime,” pungkasnya.
Jakarta: Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Ubaidillah, mengajak lembaga penyiaran televisi dan radio lebih masif mengedukasi publik tentang isu kebencanaan. Ajakan ini bermaksud untuk meminimalisir kerugian jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Hal tersebut disampaikan bertepatan dengan 20 tahun Indonesia dilanda bencana tsunami dahsyat yang memporak-porandakan wilayah Aceh. Salah satu bencana terbesar itu telah menyebabkan kerugian materil dan hilangnya ribuan nyawa.
“Hari ini tepat 20 tahun tsunami Aceh. Salah satu bencana yang sangat banyak menelan korban dan menyebabkan kerusakan. Tentu kita tidak menginginkan ini kembali terjadi lagi, maka diperlukan upaya edukasi dari televisi dan radio terkait kebencanaan,” katanya di Jakarta, Kamis, 26 Desember 2024.
Dalam kesempatan ini, Ubaidillah menyebut bahwa akhir-akhir ini juga terjadi bencana tanah longsor hingga banjir di beberapa daerah di Indonesia. Misalnya, Sukabumi, Cianjur, dan Pandeglang.
“Belakangan juga terjadi longsor dan banjir, pergerakan tanah. Sebagai wilayah yang rawan bencana, saya yakin kebutuhan masyarakat akan informasi salah satunya adalah terkait kebencanaan,” lanjutnya.
Ubaidillah berharap melalui edukasi kebencanaan yang lebih masif dan menyeluruh, kerusakan maupun kerugian yang menimpa warga terdampak bisa diminimalisir. Masyarakat pun menjadi lebih tangguh bencana.
“Saat edukasi kebencanaan dilakukan, masyarakat akan mengetahui hal apa yang perlu dilakukan saat bencana tiba. Mitigasi dan penanggulangan bisa dilakukan oleh masyarakat secara mandiri,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ubaidillah menyampaikan keinginannya agar isu-isu kebencanaan ditayangkan melalui program-program yang punya banyak minat penonton dan waktu primetime. Dengan begitu, lebih banyak masyarakat akan teredukasi.
“Agar informasi mengenai edukasi kebencanaan ini bisa disisipkan di program-program yang bagus, yang penontonnya banyak, juga bisa di saat-saat waktu primetime,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(WAN)