Jakarta: Sudah 20 tahun setelah tsunami Aceh yang cukup berkenan di hati dan benak rakyat Indonesia.
Pada 26 Desember 2004, gempa bumi berkekuatan 9,1-9,3 Mw diikuti tsunami menghantam Aceh dan negara-negara di sekitar Samudra Hindia, menimbulkan kerusakan besar dan menelan sekitar 227.898 korban jiwa di 14 negara.
Di tengah kehancuran, banyak masjid di Aceh tetap berdiri kokoh dan menjadi tempat berlindung bagi warga.
Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, misalnya, tidak hancur akibat tsunami, memunculkan interpretasi bahwa masjid tersebut memiliki perlindungan ilahi, benarkah?
Yuk simak, mengapa begitu banyak masjid selamat dari amukan tsunami.
Konstruksi Masjid yang Kokoh
Foto: Bangunan Setelah Tsunami Aceh, 2004. (Michael L. Bak)
Salah satu alasan utama mengapa banyak masjid di Aceh selamat dari tsunami adalah kualitas konstruksinya yang sangat kuat.
Masjid-masjid seperti Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh dibangun dengan bahan dan teknik konstruksi yang lebih baik dibandingkan bangunan-bangunan lain di sekitarnya, yang kebanyakan menggunakan material berkualitas rendah dan tidak tahan bencana.
Menurut Mirza Irwansyah, seorang ahli arsitektur dari Universitas Syiah Kuala, setidaknya 27 masjid di Banda Aceh selamat dari tsunami, dan sering kali menjadi satu-satunya bangunan yang tetap berdiri di lingkungan tersebut.
Mirza menyebutkan bahwa masjid-masjid ini bertahan terutama karena konstruksi mereka yang solid dibandingkan dengan bangunan di sekitarnya, yang sebagian besar menggunakan bahan berkualitas rendah.
Gambar: Banda Aceh, abad 18. (Perpustakaan Nasional Belanda)
Masjid Raya Baiturrahman, misalnya, awalnya dibangun pada masa Kesultanan Aceh dan kemudian dibakar oleh kolonial Belanda saat perang Aceh.
Masjid ini kemudian dibangun kembali oleh Belanda pada tahun 1879 dan selesai pada tahun 1881. Dirancang dengan fondasi yang sangat kuat, sehingga mampu menahan terjangan tsunami.
Foto: Dua Anak bermain di kubah Masjid yang hanyut oleh tsunami. (ANTARA PHOTO/Irwansyah Putra/wsj)
Selain itu, penggunaan struktur yang kokoh dan bahan bangunan yang tahan terhadap getaran turut berperan besar dalam keselamatannya.
Menurut Mirza Irwansyah, masjid dan gereja dibangun oleh lembaga amal, sehingga lebih kecil kemungkinannya untuk ditipu oleh kontraktor korup yang menggunakan bahan berkualitas rendah pada rumah dan bangunan biasa demi menghemat biaya, melansir The National News, 2014.
Baca Juga:
Museum Tsunami Aceh Raih Penghargaan Museum Komunikatif
Jakarta: Sudah 20 tahun setelah tsunami Aceh yang cukup berkenan di hati dan benak rakyat Indonesia.
Pada 26 Desember 2004, gempa bumi berkekuatan 9,1-9,3 Mw diikuti tsunami menghantam Aceh dan negara-negara di sekitar Samudra Hindia, menimbulkan kerusakan besar dan menelan sekitar 227.898 korban jiwa di 14 negara.
Di tengah kehancuran, banyak masjid di Aceh tetap berdiri kokoh dan menjadi tempat berlindung bagi warga.
Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, misalnya, tidak hancur akibat tsunami, memunculkan interpretasi bahwa masjid tersebut memiliki perlindungan ilahi, benarkah?
Yuk simak, mengapa begitu banyak masjid selamat dari amukan tsunami.
Konstruksi Masjid yang Kokoh
Foto: Bangunan Setelah Tsunami Aceh, 2004. (Michael L. Bak)
Salah satu alasan utama mengapa banyak masjid di Aceh selamat dari tsunami adalah kualitas konstruksinya yang sangat kuat.
Masjid-masjid seperti Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh dibangun dengan bahan dan teknik konstruksi yang lebih baik dibandingkan bangunan-bangunan lain di sekitarnya, yang kebanyakan menggunakan material berkualitas rendah dan tidak tahan bencana.
Menurut Mirza Irwansyah, seorang ahli arsitektur dari Universitas Syiah Kuala, setidaknya 27 masjid di Banda Aceh selamat dari tsunami, dan sering kali menjadi satu-satunya bangunan yang tetap berdiri di lingkungan tersebut.
Mirza menyebutkan bahwa masjid-masjid ini bertahan terutama karena konstruksi mereka yang solid dibandingkan dengan bangunan di sekitarnya, yang sebagian besar menggunakan bahan berkualitas rendah.
Gambar: Banda Aceh, abad 18. (Perpustakaan Nasional Belanda)
Masjid Raya Baiturrahman, misalnya, awalnya dibangun pada masa Kesultanan Aceh dan kemudian dibakar oleh kolonial Belanda saat perang Aceh.
Masjid ini kemudian dibangun kembali oleh Belanda pada tahun 1879 dan selesai pada tahun 1881. Dirancang dengan fondasi yang sangat kuat, sehingga mampu menahan terjangan tsunami.
Foto: Dua Anak bermain di kubah Masjid yang hanyut oleh tsunami. (ANTARA PHOTO/Irwansyah Putra/wsj)
Selain itu, penggunaan struktur yang kokoh dan bahan bangunan yang tahan terhadap getaran turut berperan besar dalam keselamatannya.
Menurut Mirza Irwansyah, masjid dan gereja dibangun oleh lembaga amal, sehingga lebih kecil kemungkinannya untuk ditipu oleh kontraktor korup yang menggunakan bahan berkualitas rendah pada rumah dan bangunan biasa demi menghemat biaya, melansir The National News, 2014.
Baca Juga:
Museum Tsunami Aceh Raih Penghargaan Museum Komunikatif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(SUR)