MEDAN – Kepolisian Resor (Polres) Tapanuli Utara (Taput) mencatat 15 orang meninggal dunia akibat bencana alam yang melanda wilayah itu dan 36 orang masih dinyatakan hilang dan masih dalam pencarian tim evakuasi.
Kepala Seksi Hubungan Masyarakat (Humas) Polres Tapanuli Utara Aiptu Walpon mengatakan puluhan warga yang meninggal dunia diantaranya 11 merupakan warga Kecamatan Adiankoting, dua korban meninggal dari Kecamatan Parmonangan dan dua orang merupakan karyawan swasta
Ia menjelaskan tim gabungan terus melakukan evakuasi serta membersihkan longsoran yang menimpa badan jalan guna membuka jalur yang terisolir
Bencana alam yang terjadi di wilayah itu tersebar Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Pahe jahe, Kecamatan Purbatua, dan Kecamatan Tarutung. Selain itu di Kecamatan Simangumban, Kecamatan Siatasbarita, Kecamatan Sipoholon, dan Kecamatan Pahae Julu.
Per Kamis (27/11), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara (Sumut) sebelumnya mendata sebanyak 47 orang meninggal dunia akibat bencana hidrometeorologi melanda 13 daerah tingkat kabupaten/kota di provinsi itu dalam beberapa hari terakhir
Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan Hendro Nugroho mengatakan cuaca ekstrem yang terjadi pada sejumlah wilayah di Sumut beberapa hari terakhir sebagai dampak Siklon Tropis Senyar.
Siklon Tropis Senyar tersebut merupakan Bibit Siklon Tropis 95B yang berkembang sejak 21 November 2025 di perairan timur Aceh, Selat Malaka.
“Dampaknya dalam satu minggu terakhir, wilayah Sumatera Utara dilanda hujan setiap hari,” katanya.
Siklon Tropis Senyar ini memberikan dampak peningkatan intensitas dan memicu cuaca ekstrem berupa hujan lebat hingga ekstrem, gelombang tinggi, dan angin kencang di wilayah Sumut.
“Dengan kelembapan udara terpantau sangat tinggi, sehingga udara cukup basah semakin mendukung potensi hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat di beberapa wilayah Sumatera Utara,” tutur Hendro.
