JAKARTA – Houthi melakukan penggerebekan di kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Sanaa pada Minggu buntut serangan Israel yang menewaskan Perdana Menteri Houth. Sebanyak 11 personel PBB di Yaman ditahan.
Houthi tidak memberikan alasan penggerebekan tersebut. Tapi mereka menahan sejumlah pegawai Yaman di PBB dan badan-badan bantuan lainnya di masa lalu karena dicurigai melakukan mata-mata.
Serangan Israel pada Kamis pekan lalu, yang pertama kali menewaskan para pejabat tinggi, menghantam sejumlah besar orang yang berkumpul untuk menonton pidato yang disiarkan televisi yang direkam oleh pemimpin Houthi Abdul Malik al-Houthi, dan menewaskan sebagian besar anggota kabinet kelompok tersebut.
Israel mengatakan serangan udaranya menargetkan kepala staf Houthi, menteri pertahanan, dan pejabat senior lainnya, dan mereka sedang memverifikasi hasilnya.
Sementara Mohammed Miftah, yang kini secara de facto menjadi kepala pemerintahan yang bersekutu dengan Iran di Sanaa, bersumpah untuk membalas dendam sekaligus menindak tegas para mata-mata dalam keamanan internal.
“Kita menghadapi kekaisaran intelijen terkuat di dunia, yang menyasar pemerintah – seluruh entitas Zionis (yang terdiri dari) pemerintahan AS, entitas Zionis, orang-orang Arab Zionis, dan mata-mata di Yaman,” ujar Miftah kepada kerumunan pelayat di Masjid Al Saleh dilansir Reuters, Senin, 1 September.
Miftah menjadi pelaksana tugas kepala pemerintahan Houthi pada hari Sabtu setelah tewasnya Perdana Menteri Ahmad Ghaleb al-Rahwi dalam serangan Israel.
Al-Rahwi sebagian besar merupakan tokoh figuran dan bukan bagian dari lingkaran kekuasaan dalam. Miftah sebelumnya adalah wakilnya.
