Wujudkan Energi Bersih dan Berkelanjutan, BRIN Kembangkan Riset Sel Surya

Wujudkan Energi Bersih dan Berkelanjutan, BRIN Kembangkan Riset Sel Surya

Liputan6.com, Bandung – Peneliti Kelompok Riset Divais Fotovoltaik dan Fungsional Elektronik Maju Pusat Riset Elektronika Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRE BRIN), Nunik Nurhayati, menyebutkan tengah mengembangkan riset sel surya guna mewujudkan energi yang bersih dan berkelanjutan.

Menurut Nunik salah satu penelitian sel surya yang dilakukan di antaranya adalah dye sensitized solar cells (DSSCs).

“Penelitian ini mengenai sel surya yang menggunakan pewarna (dye) sebagai bahan penyerap cahaya, bukan silikon seperti pada sel surya konvensional yang merupakan bahan utama untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Pewarna ini mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik dengan bantuan elektrolit dan semikonduktor,” ujar Nunik mahasiswa Universitas Bina Sarana Informatika, di Kawasan Sains dan Teknologi Samaun Samadikun, Bandung, pekan kedua Juni lalu dicuplik dari laman BRIN, Rabu (2/7/2025).

Nunik mengatakan selanjutnya adalah penelitian perovskite solar cells, yaitu sel surya yang menggunakan material perovskit sebagai bahan penyerap cahaya yang dapat diubah menjadi energi listrik.

Nunik menerangkan penelitian sel surya yang sedang dikembangkan ini adalah penelitian mengenai material yang dirangkai menjadi suatu divais yang dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik.

“Proses ini terjadi melalui efek fotovoltaik, di mana cahaya matahari diserap oleh bahan semikonduktor dalam sel surya untuk menghasilkan arus listrik,” terang Nunik.

Nunik menambahkan bahwa riset ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, stabilitas, dan keberlanjutan sel surya, serta mencari solusi energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Penelitian tersebut tentunya didukung dengan adanya fasilitas laboratorium penelitian sel surya di BRIN.

“Sel surya berbasis pewarna (DSSCs) dan perovskit dapat diaplikasikan pada perangkat elektronik berdaya rendah, arsitektur bangunan, otomotif, dan IoT (Internet of Things). Pengembangan sel surya berbasis perovskit yang lebih murah dan stabil diharapkan dapat mendukung konektivitas digital di seluruh Indonesia,” jelas Nunik.

Nunik menyebutkan PRE BRIN sendiri memiliki delapan kelompok riset. Saat ini, ada 85 peneliti dan perekayasa yang beberapa diantaranya sedang melanjutkan studi pada jenjang S2 maupun S3.

Selain riset tersebut, PRE BRIN juga melakukan riset biosensor untuk mendeteksi glukosa dan kolesterol, serta biosensor untuk mendeteksi kandungan Rhodamin B (pewarna makanan) yang dapat menyebabkan kanker.

“Komposisi makanan perlu dicek karena bisa membahayakan tubuh,” sebut Nunik.

Selain itu, ada juga biosensor untuk mendeteksi penyakit seperti hepatitis C dan COVID-19, serta sensor yang mendeteksi konsentrasi alkohol di dalam makanan.

Lebih lanjut, Nunik mengajak para mahasiswa minimal semester 5 untuk dapat melakukan riset di BRIN melalui skema yang disediakan oleh BRIN, seperti DBR (Degree by Research) atau semacam beasiswa BRIN, RA (Research Assistance), Barista (Bantuan Riset bagi Talenta Riset dan Inovasi), TA (Tugas Akhir), magang, dan MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka).