Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah telah mengucurkan dana Rp 24,44 triliun yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Rp 23,59 triliun dan pendanaan di luar APBN sebesar Rp 850 miliar.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, menilai manfaat stimulus ekonomi yang dikeluarkan masyarakat hanya menyasar masyarakat bawah dan belum dirasakan masyarakat menengah. Menurutnya, pemerintah cenderung mengabaikan kelas menengah.
Menurut Esther, di tengah perlemahan daya beli masyarakat saat ini, pemerintah seharusnya khawatir kepada masyarakat menengah. Tanpa konsumsi kelas menengah, pendapatan pajak akan menurun, sehingga bisa berdampak pada perlemahan perekonomian nasional.
“Kelompok masyarakat menengah itu kan pembayar pajak. Kalau mereka itu downgrade, daya beli mereka menurun, ya mereka tidak bisa bayar pajak,” kata dia di Jakarta, Senin (9/6/225).
Apalagi, populasi masyarakat kelas menengah di Indonesia saat ini terus mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir. “Sementara pajak ini backbone dari semua aktivitas dari pemerintah. Jadi jangan lupakan kelompok masyarakat menengah,” tambah dia.
Sekadar informasi, terdapat lima jenis stimulus utama yang disiapkan sebagai bagian dari strategi pemerintah dalam menjaga kestabilan perekonomian domestik.
