Warga Muara Baru Keluhkan Limbah Bangunan di Tanggul NCICD, Sempat Sebabkan Gatal-gatal Megapolitan 28 Agustus 2025

Warga Muara Baru Keluhkan Limbah Bangunan di Tanggul NCICD, Sempat Sebabkan Gatal-gatal
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        28 Agustus 2025

Warga Muara Baru Keluhkan Limbah Bangunan di Tanggul NCICD, Sempat Sebabkan Gatal-gatal
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Aktivitas pembuangan limbah bangunan ke tanggul pengaman pantai atau
National Capital Integrated Coastal Development
(NCICD) di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, kembali dikeluhkan warga.
Sejak 2024, warga sekitar sudah merasakan dampak buruk dari aktivitas ilegal tersebut, mulai dari gangguan kesehatan hingga lingkungan yang kotor.
“Terus sempat ada komplain dari masyarakat juga, bahwa mereka gatal-gatal,” ujar Priyono (bukan nama sebenarnya), 48 tahun, saat ditemui
Kompas.com
di lokasi, Kamis (28/8/2025).
Selain keluhan gatal, warga juga terganggu oleh debu dari limbah bangunan yang menempel di rumah-rumah mereka.
“Terus juga ada debu-debu, jadi rumahnya cepat kotor atau ngeres,” lanjut Priyono.
Priyono menuturkan, akibat banyaknya protes, aktivitas pembuangan limbah bangunan di tanggul NCICD sempat dihentikan.
Hasil diskusi antara Wali Kota, Polairud, Kementerian PUPR, lurah, hingga camat menghasilkan kesepakatan untuk menutup pembuangan ilegal tersebut.
“Dikhawatirkan tanggulnya jebol, retak materialnya,” jelasnya.
Namun, belakangan, aktivitas pembuangan limbah kembali berlangsung. Warga dan pengurus lingkungan mengaku sudah menegur pekerja berkali-kali.
Sayangnya, para pekerja justru mengaku dilindungi oleh oknum organisasi masyarakat (ormas).
“Waktu kami bersinggungan langsung dengan pekerjanya, mereka ngomong kalau dia itu anak buah oknum ormas,” ucap Priyono.
Dampak dari aktivitas tersebut masih dirasakan hingga kini. Debu dari limbah bangunan membuat lingkungan sekitar cepat kotor dan mengganggu kenyamanan warga.
“Debu mungkin kena lah cuma saya enggak melihat secara kasat mata. Gampang berdebu pasti setiap harinya gara-gara puing,” kata Desi (bukan nama sebenarnya), 65 tahun.
 
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.