Jakarta, CNN Indonesia —
Umat Katolik di Jalur Gaza saat ini tengah bersiap menyambut Hari Raya Natal 2024 di tengah perang yang terus berkecamuk karena agresi Israel.
Di Gaza sendiri terdapat komunitas Katolik yang beranggotakan sekitar 500 orang. Dalam sebuah foto yang beredar di media sosial, terlihat sekumpulan keluarga dari komunitas tersebut tengah menghiasi pohon Natal di salah satu gereja kudus Katolik yang ada di Gaza.
Selain itu, terlihat pula sekumpulan umat Kristiani yang sedang memanjatkan doa bersama para pastor untuk menyambut Hari Raya Natal yang jatuh pada 25 Desember mendatang.
Seorang pastor di salah satu gereja Katolik di Gaza, Gabriel Romanelli, mengatakan, Hari Raya Natal di Gaza tetap harus dirayakan meski para warga sedang berada dalam keadaan sulit.
Sebab, perayaan Natal merupakan bentuk harapan kepada Tuhan Yesus bagi seluruh umat Kristiani di seluruh dunia, termasuk di Gaza, untuk memohon keberkahan dan kemudahan di dalam hidup.
“Di masa-masa sulit ini, kami ingin memberikan tanda harapan, khususnya bagi anak-anak kami. Itulah sebabnya, bersama anak-anak, kami menyiapkan adegan kelahiran Yesus dan pohon Natal,” tulis Pastor Romanelli di laman Facebook-nya dilansir Catholic News Agency.
Namun, Romanelli juga mengakui bahwa perayaan Natal di Gaza merupakan tantangan yang tidak bisa dianggap remeh.
Dalam sebuah wawancara yang digelar bersama Catholic News Agency (CNA) beberapa waktu lalu, Romanelli menjelaskan bahwa situasi di Gaza sebetulnya tidak layak untuk dijadikan momen perayaan Natal bersama keluarga. Sebab, umat Kristiani di Gaza harus dibayangi serangan militer Israel di tengah perayaan Natal yang mereka lakukan.
“Situasinya mengerikan. Secara manusiawi, ini adalah tempat kematian, di mana harapan tampaknya tidak punya tempat. Sebagian besar penduduk kekurangan segalanya, seperti makanan, air, obat-obatan, listrik, tempat berteduh, tempat tidur, kursi, kacamata, buku, buku catatan, tisu toilet, sabun, dan semuanya,” jelasnya.
Oleh karena itu, Romanelli berharap kekacauan di Gaza antara Israel dan Palestina segera berakhir agar umat Kristiani di Gaza bisa merayakan Natal dengan penuh sukacita tanpa dibayangi peperangan.
“Yang paling kita butuhkan adalah perdamaian agar yang terluka dapat dirawat, sekolah dapat dibuka kembali, orang-orang dapat berjalan dengan bebas dan melihat laut, dan kita dapat mulai berpikir tentang pembangunan kembali. Agar ada secercah harapan, perang yang mengerikan ini harus berakhir,” tutup Romanelli.
Hingga saat ini, Israel masih tak henti-hentinya melancarkan rentetan serangan ke Gaza. Pada Minggu (22/12), misalnya, pasukan Zionis melancarkan serangan ke sebuah sekolah di Gaza hingga menyebabkan beberapa anak tewas di tempat.
(gas/bac)