Warga Israel Menangis Usai Gencatan Senjata Israel-Iran: Kami Ingin Hidup Normal

Warga Israel Menangis Usai Gencatan Senjata Israel-Iran: Kami Ingin Hidup Normal

PIKIRAN RAKYAT – Suasana haru menyelimuti warga Israel Penjajah pada Rabu, 26 Juni 2025, setelah militer mencabut pembatasan aktivitas menyusul tercapainya gencatan senjata dengan Iran.

Selama 12 hari sebelumnya, kedua negara terlibat dalam konflik mematikan yang membuat banyak kota lumpuh dan warga terpaksa berlindung di tempat aman.

Pantai-pantai di Tel Aviv kembali dipenuhi warga yang berjemur dan bermain sepak bola, sementara jalanan dan pasar tradisional tampak hidup kembali. Sekolah-sekolah pun dibuka setelah hampir dua pekan ditutup akibat perang.

“Akhirnya, kami bisa mulai hidup lagi,” kata seorang guru yoga dan ibu dua anak, Yosi (40), saat duduk di sebuah kafe di Tel Aviv, dikutip dari France 24, Kamis, 26 Juni 2025.

Kota pesisir di barat Israel Penjajah itu menjadi salah satu lokasi yang beberapa kali dihantam rudal dalam saling serang antara Iran dan Israel Penjajah.

“Saya kelelahan, tapi merasa sangat lega saat melihat kedua anak saya berangkat ke sekolah pagi ini dan bertemu teman-teman mereka setelah 12 hari hanya di rumah,” ucap dia.

Pedagang di Pasar Carmel, pusat ekonomi dan teknologi Tel Aviv yang juga terkenal dengan kehidupan malamnya, mulai kembali membuka lapak. Mereka menata kembali barang dagangan seperti rempah, pakaian, dan cendera mata yang sempat mereka simpan selama masa konflik.

“Kami harap pembeli kembali datang. Kami sudah terlalu banyak menderita,” ujar Ori, seorang pedagang perhiasan, kepada AFP.

Bandara Ben Gurion di luar Tel Aviv kembali dipadati penumpang setelah penerbangan komersial dilanjutkan.

Beberapa keluarga yang baru tiba terlihat membawa bendera kecil Israel Penjajah dan tersenyum lega saat menginjakkan kaki kembali di tanah air. Bahkan, ada yang berlutut dan mencium landasan bandara.

Sukacita Penuh Kecemasan

Meski kegembiraan terpancar, sebagian warga masih dihantui kecemasan akan kemungkinan konflik berikutnya.

“Saya bukan orang religius, tapi saya berdoa agar tidak lagi mendengar suara sirene, agar tidak lagi harus lari bersembunyi di tempat perlindungan,” ujar Yafit Sofi (33), sambil menyesap bir di Tel Aviv pada Selasa malam, 24 Juni 2025.

“Kami ingin berpesta, kami ingin hidup, ingin kembali menikmati hidup tanpa beban… Tapi berapa lama ini akan bertahan? Seperti apa perang berikutnya? Terlalu banyak orang ingin membunuh kami, terlalu banyak negara ingin menghancurkan Israel. Dan setiap kali terjadi, semuanya terasa lebih buruk,” tutur dia menandaskan. ****