Wamentan Sudaryono sebut NTP dijaga dengan peningkatan produktivitas

Wamentan Sudaryono sebut NTP dijaga dengan peningkatan produktivitas

Ya caranya meningkatkan produksi. Kan gini loh, nilai tukar itu apa sih? Nilai tukar itu kan uang yang dia dapat dibanding yang dia belanjakan

Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menegaskan tren positif Nilai Tukar Petani (NTP) mencapai 123,57 pada Agustus 2025, terus dijaga melalui peningkatan produktivitas lahan dan hasil panen, agar kesejahteraan petani meningkat serta daya beli masyarakat tetap stabil.

“Ya caranya adalah meningkatkan produksi. Kan gini loh, nilai tukar itu apa sih? Nilai tukar itu kan uang yang dia dapat dibanding yang dia belanjakan,” kata Wamentan ditemui di Jakarta, Rabu.

Mas Dar sapaan akrab Wamentan Sudaryono menjelaskan NTP merupakan rasio antara pendapatan petani dari hasil bertani dengan pengeluaran kebutuhan sehari-hari, sehingga nilai di atas 100 menunjukkan pendapatan petani lebih besar dibanding pengeluarannya.

“Kalau dibawa 100 berarti lebih banyak yang dikeluarkan daripada yang didapat. Ini kan sekarang sudah 100 lebih, 120, 123 (NTP). Nah artinya, kalau mau naik lagi di atas itu berarti apa? Kan pengeluaran rata-rata konstan, Nah maka pendapatannya harus dinaikkan dengan peningkatan produksi,” jelasnya.

Ia menyebut kenaikan NTP tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan, memastikan ketersediaan hasil pertanian, serta memberikan dukungan agar pendapatan petani terus mengalami peningkatan.

Menurut dia, pendapatan petani diperoleh dari perkalian antara harga dasar gabah atau harga pembelian pemerintah (HPP) dengan jumlah hasil panen, sehingga keduanya harus dijaga untuk mempertahankan kesejahteraan petani.

“Coba petani nanam-nanam, duit yang didapat dari mana? Kan dari faktor perkalian antara HPP (gabah Rp6.500 per kg) dikali jumlah panen yang dia dapat,” jelasnya.

Sudaryono menekankan dua cara utama meningkatkan pendapatan petani, yakni dengan menaikkan produktivitas per hektare lahan serta memperbanyak jumlah panen dalam satu tahun pada lahan yang dipanen.

“Jumlah panen ada dua faktor. Jumlah panen dalam satu hektare dapatnya berapa dinaikkan. Namanya itu yield, yield-nya dinaikkan dalam satu hektar. Atau sawah yang sama panennya lebih banyak dalam setahun, itu juga menambah pendapatan petani,” kata Wamentan.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional meningkat 0,76 persen menjadi 123,57 pada Agustus 2025 dari sebelumnya 122,64 pada Juli 2025.

“Peningkatan NTP terjadi karena Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) naik 0,84 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) naik sebesar 0,08 persen,” kata Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam Rilis BPS di Jakarta, Senin (1/9).

Dengan demikian, Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) menjadi 153,95 dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) menjadi 124,58.

Pudji menjelaskan komoditas yang mendominasi kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) nasional adalah gabah, kelapa sawit, jagung, dan bawang merah.

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.