2 dari 3 orang di Indonesia berinvestasi ke komoditas emas tersebut akan berlanjut selama 12 bulan ke depan
Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Akhmad Wiyagus mengungkapkan emas masih menjadi penyumbang terbesar inflasi nasional, baik secara year-on-year maupun month-to-month.
Wiyagus mengungkapkan angka inflasi secara nasional per Oktober 2025 secara year-on-year tercatat sebesar 2,86 persen. Angka tersebut masih dalam rentang target inflasi nasional yaitu 1,5 persen hingga 3,5 persen.
“Komoditas yang menjadi penyumbang andil inflasi year-on-year yang terbesar di bulan Oktober 2025 adalah emas perhiasan, cabai dan beras,” kata Wiyagus dalam Rapat Pengendalian Inflasi Daerah di Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Senin.
Secara detail, emas menyumbang kenaikan inflasi 0,68 persen, cabai merah menyumbang 0,28 persen, beras, 0,16 persen, tarif air minum PAM 0,14 persen dan ikan segar 0,13 persen.
Secara month-to-month, emas masih menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan rincian emas menyumbang 0,21 persen, cabai merah 0,06 persen, telur ayam ras 0,04 persen, daging ayam ras 0,02 persen, dan wortel 0,01 persen.
“Emas menjadi salah satu komoditas yang mendorong terjadinya inflasi, baik secara year-on-year maupun month-to-month karena beberapa faktor yaitu harga emas yang melonjak cukup tinggi secara internasional akibat demand dan permintaan komoditas emas sehingga harga di Indonesia juga melonjak mencapai Rp2.237.000 per gram,” ujarnya.
Wiyagus juga mengungkapkan data dari World Gold Council yang menyebut 2 dari 3 orang di Indonesia berinvestasi ke komoditas emas tersebut akan berlanjut selama 12 bulan ke depan.
“Emas ini menjadi instrumen pilihan investor Indonesia untuk membangun ketahanan finansial dan menyisihkan dana darurat,” kata Wiyagus.
Oleh karena itu, Wiyagus meminta jajaran pemerintah daerah di seluruh Indonesia untuk mewaspadai tren kenaikan harga dan terus melakukan monitoring terhadap pergerakan harga bahan pangan dan segera bertindak apabila terjadi lonjakan harga.
“Selalu lakukan monitoring secara terkoordinasi berbasis data yang aktual, sehingga dapat ditentukan yang upaya ataupun langkah yang tepat dalam menjaga harga komoditas agar tetap stabil, kemudian dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah masing-masing,” tuturnya.
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
