Jakarta, Beritasatu.com – Indeks utama Wall Street kembali melemah pada awal 2025 atau Kamis (2/1/2025), melanjutkan tren negatif yang terjadi sejak akhir 2024.
Indeks S&P 500 turun 0,2%, memperpanjang penurunan empat hari berturut-turut. Setelah sempat bergerak fluktuatif antara kenaikan 0,9% dan penurunan sebesar 0,9%, S&P 500 mencatatkan penurunan terpanjang sejak April 2024.
Indeks Dow Jones Industrial Average juga melemah 151 poin atau 0,4%, menghapus kenaikan awal 360 poin. Sementara itu, Nasdaq Composite tergelincir 0,2%.
Secara keseluruhan, S&P 500 turun 13,08 poin menjadi 5.868,55, Dow turun 151,95 menjadi 43.392,27, dan Nasdaq Composite turun 30,00 menjadi 19.280,79.
Dilansir dari AP, pada saat indeks utama Wall Street melemah, saham Tesla anjlok 6,1% setelah perusahaan tersebut melaporkan pengiriman kendaraan yang lebih rendah dari perkiraan pada kuartal terakhir 2024. Hubungan dekat CEO Elon Musk dengan Donald Trump sempat memicu optimisme investor. Namun, kekhawatiran bahwa valuasi saham terlalu tinggi semakin meningkat.
Menurut Savita Subramanian, ahli strategi dari Bank of America, tingkat rekomendasi beli oleh analis Wall Street mencapai level tertinggi sejak awal 2022. Hal ini menjadi indikator potensial adanya koreksi harga saham.
Sementara itu, sektor energi mencatatkan kinerja positif seiring kenaikan harga minyak mentah dan gas alam. Saham Constellation Energy melesat 8,4% setelah memenangkan kontrak senilai lebih dari US$ 1 miliar untuk penyediaan listrik dan program penghematan energi.
Di sektor teknologi, Nvidia melonjak 3%, melanjutkan kenaikan signifikan dalam dua tahun terakhir. Saham perusahaan ini didorong oleh optimisme terhadap adopsi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Namun, para analis memperingatkan risiko overvaluasi saham di sektor ini.
Pada saat Wall Street melemah, pasar saham Asia juga mengalami pelemahan signifikan. Indeks di Hong Kong dan Shanghai masing-masing turun 2,2% dan 2,7% setelah data menunjukkan perlambatan aktivitas manufaktur di Tiongkok. Sebaliknya, bursa saham Eropa mencatatkan penguatan moderat.