Jakarta, Beritasatu.com – Indeks utama Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Selasa (10/12/2024) menjelang pembaruan penting mengenai inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis pada Rabu (11/12/2024). Data tersebut menjadi perhatian utama pelaku pasar yang akan memengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).
Pada saat Wall Street melemah, indeks S&P 500 tercatat turun 0,3% menjadi 6.034,91 dan mencatat penurunan beruntun pertama dalam hampir sebulan. Dow Jones Industrial Average melemah 154,10 poin (0,3%) menjadi 44.247,83, sementara Nasdaq Composite turun 0,3% atau 49,45 poin ke posisi 19.687,24.
Dilansir dari AP, tekanan terbesar pada S&P 500 datang dari raksasa teknologi Oracle yang anjlok 6,7%. Laporan keuangan Oracle mencatat pertumbuhan kuartalan yang sedikit di bawah ekspektasi analis. Meski demikian, CEO Safra Catz mengungkapkan optimismenya atas permintaan tinggi terhadap teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk bisnis infrastruktur cloud mereka.
Sementara itu, laporan inflasi yang dirilis Rabu dan data inflasi grosir pada Kamis (12/12/2024) diperkirakan menjadi referensi utama bagi The Fed sebelum rapat kebijakan pekan depan. Para pelaku pasar memperkirakan The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga ketiga pada tahun ini untuk mendukung perekonomian yang mulai melambat.
Namun, para ahli strategi Barclays menyebutkan, volatilitas pasar saham diperkirakan tetap terkendali, kecuali laporan inflasi menunjukkan kejutan besar di luar ekspektasi.
Secara keseluruhan, S&P 500 turun 17,94 poin menjadi 6.034,91. Dow turun 154,10 poin menjadi 44.247,83, dan Nasdaq Composite turun 49,45 poin menjadi 19.687,24.
Pada saat Wall Street melemah, pasar saham Asia dan Eropa menunjukkan pergerakan beragam. Shanghai Composite naik 0,6% setelah laporan ekspor Tiongkok yang lebih rendah dari perkiraan, sedangkan Hang Seng Hong Kong melemah 0,5%. Sementara itu, mayoritas bursa saham Eropa melemah menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB).