Jakarta, Beritasatu.com – Pergerakan harga Bitcoin yang cukup fluktuatif dalam beberapa hari terakhir dinilai sebagai respons pasar terhadap perkembangan kebijakan perdagangan internasional, serta dampak dari rendahnya likuiditas pasar saat akhir pekan.
CEO Indodax Oscar Darmawan menyebut, lonjakan harga Bitcoin yang sempat menembus level US$ 86.000 per koin disebabkan oleh optimisme pasar terhadap berita terkait pelonggaran tarif perdagangan, meskipun efeknya hanya bersifat sementara.
“Kabar tersebut sempat memberi dorongan singkat pada pasar,” ujarnya pada Minggu (20/4/2025).
Namun, menurut Oscar, ketidakpastian arah kebijakan dagang dari AS, ditambah kondisi likuiditas yang tipis di akhir pekan, membuat sentimen pasar kembali berhati-hati. Hal inilah yang kemudian menyebabkan koreksi harga secara wajar hingga turun ke kisaran US$ 84.000 per koin.
Meski demikian, Oscar menambahkan bahwa selama pertengahan April 2025, Bitcoin menunjukkan ketahanan dengan bergerak stabil di rentang US$ 84.000 hingga US$ 86.000.
Meskipun belum menunjukkan tren kenaikan yang signifikan, kestabilan ini dinilai sebagai sinyal kekuatan Bitcoin di tengah situasi ekonomi dunia yang belum pasti dan meningkatnya ketegangan geopolitik.
Lebih lanjut, Oscar menilai bahwa meningkatnya minat institusi terhadap Bitcoin, termasuk melalui instrumen seperti Exchange-Traded Fund (ETF), menunjukkan bahwa aset kripto mulai dilihat sebagai bagian dari strategi keuangan jangka panjang.
“Pandangan bahwa Bitcoin hanyalah instrumen spekulatif perlahan mulai berubah. Kini ia mulai dianggap sebagai penyimpan nilai dan pelindung kekayaan dalam jangka panjang,” katanya.
Oscar juga menyoroti bahwa apabila negara-negara besar, seperti AS, secara terbuka mempertimbangkan akumulasi Bitcoin dalam portofolio keuangannya, hal ini akan mendorong kepercayaan global terhadap teknologi blockchain dan aset digital, tidak hanya dari kalangan investor individu, tetapi juga dari lembaga keuangan serta negara-negara lainnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa berbagai risiko makroekonomi, seperti potensi resesi atau konflik dagang tetap menjadi faktor yang perlu dicermati.
“Bitcoin memang bisa menjadi alternatif investasi yang telah teruji, tetapi penting untuk tetap menjaga disiplin dalam manajemen risiko. Hindari keputusan investasi yang didorong oleh euforia,” tambahnya.
Oscar menyarankan para investor untuk menerapkan pendekatan investasi jangka panjang seperti Dollar-Cost Averaging (DCA), terutama mengingat harga Bitcoin saat ini sedang berada pada fase konsolidasi. Strategi ini efektif untuk mengurangi tekanan psikologis dalam menghadapi fluktuasi pasar, khususnya di tengah ketidakstabilan ekonomi global.
