Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Utang Luar Negeri Indonesia Naik Rp110,87 Triliun dalam Sebulan, tapi BI Klaim Tetap Sehat

Utang Luar Negeri Indonesia Naik Rp110,87 Triliun dalam Sebulan, tapi BI Klaim Tetap Sehat

PIKIRAN RAKYAT – Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Januari 2025 mencapai 427,5 miliar dolar AS (Rp7.002 triliun), mengalami kenaikan signifikan sebesar Rp110,87 triliun dalam sebulan. Meski demikian, BI menegaskan bahwa kondisi ULN tetap terkendali dan sehat.

Kenaikan Utang Luar Negeri Didominasi Sektor Publik

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso menjelaskan bahwa kenaikan ULN dipengaruhi oleh sektor publik, terutama pemerintah dan bank sentral.

“Perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh ULN sektor publik, baik pemerintah maupun bank sentral,” ucapnya di Jakarta, Senin 17 Maret 2025.

Posisi ULN pemerintah tercatat sebesar 204,8 miliar dolar AS (Rp3.382 triliun), tumbuh 5,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan 3,3 persen pada Desember 2024.

Ramdan Denny Prakoso menyebut, kenaikan ini didorong oleh masuknya modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional.

“Peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN internasional seiring dengan tetap terjaganya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia,” ujarnya.

Pemanfaatan ULN untuk Belanja Prioritas

BI menegaskan bahwa pemanfaatan ULN pemerintah terus diarahkan untuk mendukung belanja prioritas, meliputi:

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial: 22,6 persen Administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib: 17,8 persen Jasa pendidikan: 16,6 persen Konstruksi: 12,1 persen Jasa keuangan dan asuransi: 8,2 persen

Lebih lanjut, hampir seluruh ULN pemerintah memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah, menunjukkan pengelolaan yang berhati-hati.

Penurunan Utang Luar Negeri Swasta

Di sisi lain, ULN sektor swasta justru mengalami kontraksi sebesar 1,7 persen (yoy) menjadi 194,4 miliar dolar AS (Rp3.210 triliun). Penurunan ini dipicu oleh kontraksi pada lembaga keuangan sebesar 2,3 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi 1,0 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Menurut BI, sektor ekonomi yang paling dominan dalam ULN swasta adalah:

Industri pengolahan Jasa keuangan dan asuransi Pengadaan listrik dan gas Pertambangan dan penggalian

Keempat sektor tersebut menyumbang 79,4 persen dari total ULN swasta. Mayoritas ULN swasta juga berbentuk utang jangka panjang dengan pangsa 76,6 persen, menandakan struktur utang yang tetap terkendali.

Struktur Utang Luar Negeri Tetap Sehat

BI menekankan bahwa meski mengalami kenaikan, struktur ULN Indonesia tetap sehat. Rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Januari 2025 tercatat 30,3 persen, turun dari 30,5 persen di Desember 2024. Selain itu, 84,7 persen dari total ULN Indonesia terdiri dari utang jangka panjang.

“Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, BI dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN,” tutur Ramdan Denny Prakoso.

BI juga memastikan bahwa ULN akan terus dioptimalkan untuk mendukung pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, sembari meminimalkan risiko yang berpotensi memengaruhi stabilitas ekonomi.

Dengan pengelolaan yang bijak dan kehati-hatian yang terus dijaga, Bank Indonesia optimis ULN tetap menjadi instrumen strategis dalam mendukung pemulihan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.***

Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

Merangkum Semua Peristiwa