Laporan wartawan TribunJakarta.com Yusuf Bachtiar
TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI SELATAN – Sejumlah pemudik motor nekat bawa balita saat momen mudik ke kampung halaman.
Alasannya ongkos jauh lebih murah dan perjalanan praktis jadi alasan memilih kendaraan roda sebagai moda transportasi lintas provinsi.
Hal ini berdasarkan pantauan TribunJakarta.com di jalur mudik Kalimalang simpang Bekasi Cyber Park (BCP) Jalan KH Noer Ali Kalimalang Kota Bekasi pada Kamis (27/3/2025).
Lalu lintas kendaraan telah didominasi pemudik dari arah Jakarta menuju Pantura Jawa, terdiri dari roda empat dan roda dua.
Kendaraan roda empat pemudik biasanya dicirikan dengan muatan barang bawaan di atap mobil, hal ini untuk memaksimalkan ruang agar nyaman dalam perjalanan panjang.
Sementara untuk kendaraan roda dua, biasanya dicirikan dengan menambah muatan barang yang diletakkan di bagian belakang motor menggunakan box atau handle tambahan.
Dari sekian banyak pemudik motor, tidak sedikit yang nekat membawa balita untuk diajak melakukan perjalanan lintas provinsi.
Seperti yang dilakukan Hari, pemudik motor asal Lebak Bulus, Jakarta Selatan dengan tujuan Purwodadi, Jawa Tengah.
“Kalau ramai gini biasanya 20 jam perjalanan,” kata Hari.
Ketika ditanya mengapa nekat membawa balita, Hari merasa perjalanan mudik hanya dilakukan setahun sekali serta ongkos menggunakan motor relatif murah.
“Pertama karna setahun sekali ya, karna rame ya. Jadi happy aja, kalau BBM mungkin lebih irit ya pengeluaran transportasi,” jelas dia.
Untuk sekali perjalanan Lebak Bulus Purwodadi, Hari bisa menghabiskan sekitar Rp170.000.
Jumlah tersebut jauh lebih murah ketimbang menggunakan bus atau angkutan umum lain.
Meski lebih murah, Hari mengaku, mudik menggunakan sepeda motor memang jauh lebih melelahkan.
“Enggak tentu (mudik naik motor), iya (ada kepuasan) tapi kalau capeknya dua kali lipat,” terangnya.
Hal yang sama dilakukan Ahmad, Pemudik asal Kramat Jati, Jakarta Timur itu memilih menggunakan motor membawa balita dan istrinya dengan tujuan Tegal.
“Mau ke Tegal dari Pasar Induk (Kramat Jati),” kata Ahmad.
(TribunJakarta)