Upaya RSUD Datu Beru Aceh Tengah Jaga Pelayanan di Tengah Bencana

Upaya RSUD Datu Beru Aceh Tengah Jaga Pelayanan di Tengah Bencana

Aceh Tengah, Beritasatu.com – RSUD Datu Beru Takengon nyaris lumpuh ketika wilayah Aceh Tengah terisolasi akibat banjir bandang dan longsor yang memutus seluruh akses jalur darat.

Terhentinya jalur distribusi berdampak langsung pada operasional rumah sakit, mulai dari kelangkaan logistik medis, gangguan listrik, hingga keterbatasan layanan kesehatan bagi masyarakat.

Direktur Utama RSUD Datu Beru Takengon, Gusnarwin, mengatakan kondisi terberat terjadi pada hari-hari awal bencana saat seluruh pasokan logistik benar-benar terhenti.

“Pada awalnya kami sangat terganggu karena jalur darat terputus total. Pasokan bahan medis habis, termasuk untuk layanan cuci darah, sehingga sempat kami tunda bahkan kami hentikan sementara,” kata Gusnarwin kepada Beritasatu.com, Selasa (16/12/2025).

Selain kekurangan alat dan bahan medis, operasional rumah sakit juga terganggu akibat padamnya listrik serta terputusnya jaringan telekomunikasi. Dalam kondisi darurat tersebut, RSUD Datu Beru sepenuhnya bergantung pada genset berkapasitas besar yang membutuhkan sekitar 300 liter bahan bakar minyak (BBM) per hari.

Untuk menjaga layanan tetap berjalan, manajemen rumah sakit terpaksa menerapkan penghematan ekstrem. Sejumlah ruangan ditutup dan pelayanan dipusatkan hanya pada unit prioritas, seperti instalasi gawat darurat (IGD) dan ruang perawatan kritis.

Masalah lain yang tak kalah serius adalah krisis air bersih. Pada hari pertama bencana, pasokan air masih dibantu oleh petugas pemadam kebakaran. Namun, bantuan tersebut tidak dapat berlanjut karena keterbatasan BBM.

“Kami akhirnya menggunakan ambulans untuk mengambil air dari danau, jaraknya sekitar satu setengah kilometer. Dalam sehari bisa bolak-balik sampai 15 hingga 20 kali,” kata Gusnarwin.

Dampak keterisolasian juga dirasakan langsung oleh pasien. Banyak warga dari kecamatan sekitar tidak dapat segera mencapai rumah sakit karena seluruh akses darat terputus.

“Selama masa bencana, ada sekitar empat korban meninggal yang ditangani di RSUD Datu Beru, satu di antaranya tanpa identitas,” ujarnya.

Hingga saat ini, Gusnarwin menyebut kondisi layanan kesehatan di Aceh Tengah masih dalam situasi rentan. Pasokan obat-obatan dan bahan medis belum sepenuhnya pulih, sementara stok oksigen di rumah sakit diperkirakan hanya cukup untuk beberapa hari ke depan.

“Kami berharap akses darat segera terbuka. Aceh Tengah punya tiga jalur utama, cukup satu atau dua jalur saja yang bisa dilalui agar pasokan BBM, logistik, dan obat-obatan bisa masuk,” kata Gusnarwin.