TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG – Aksi unjuk rasa atau demonstrasi ratusan orang gabungan petani singkong, mahasiswa, dan organisasi kepemudaan di halaman kantor Pemprov Lampung, berlangsung panas, Senin (5/5/2025).
Dalam aksinya, mereka mendesak Pemprov Lampung menetapkan regulasi terkait harga singkong yang tak kunjung menemukan titik terang.
Namun, aksi tersebut berlangsung memanas. Belum sampai 15 menit berlangsung, terjadi kerusuhan.
Massa merasa emosi karena diadang menggunakan kawat berduri.
Dari pantauan Tribunlampung.co.id, ratusan peserta aksi tiba di lokasi sekira pukul 12.15 WIB.
Setiba di sana, mereka diadang kawat berduri.
Tak terima, mereka lantas berteriak meminta kepolisian memberi akses untuk memasuki halaman kantor DPRD Lampung.
Merasa permintaan tersebut tak digubris, massa merangsek masuk dengan merobohkan kawat berduri yang terpasang.
Aksi tersebut mendapat adangan dari sejumlah aparat kepolisian yang dilengkapi tameng dan pentungan.
“Kami ini rakyat yang terzalimi. Kami ingin menyampaikan aspirasi kami secara damai. Jangan halangi kami menyampaikan pendapat,” ujar salah satu pendemo melalui pengeras suara.
Sejurus kemudian, para demonstran dan aparat kepolisian terlibat saling dorong, bahkan saling pukul.
Sebagian massa yang tersulut emosi kemudian mulai melemparkan batu dan kayu ke arah petugas.
Hal tersebut membuat polisi menyemprotkan air ke arah pengunjuk rasa.
Tak mau kalah, massa kembali membalasnya dengan lemparan batu dan kayu.
Setelah sempat bersitegang, petugas akhirnya memberikan kesempatan kepada massa menyampaikan aspirasi di halaman kantor DPRD Lampung.
Hingga saat ini, unjuk rasa tersebut masih terus berlangsung.
Gubernur temui massa
Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menemui massa pendemo di halaman kantor DPRD Lampung untuk meredam massa.
Gubernur Mirza menemui para pendemo dengan didampingi Ketua DPRD Lampung Ahmad Giri Akbar, Kapolresta Bandar Lampung Kombes Alfret Jacob Tilukay, dan beberapa pejabat Pemprov Lampung.
Dalam pertemuan tersebut, Mirza mengajak perwakilan demonstran bermediasi di Balai Keratun.
“Terima kasih kepada para petani, mahasiswa, yang sudah menyampaikan aspirasinya. Percayalah, Pemerintah Provinsi Lampung berpihak kepada perjuangan rakyatnya,” ujar Mirza di hadapan para demonstran.
Sejumlah koordinator perwakilan demonstran sepakat dengan ajakan gubernur.
Namun, ada beberapa mahasiswa yang menginginkan mediasi dilakukan di hadapan pengunjuk rasa. Mirza pun kembali meminta perwakilan pendemo untuk mediasi di dalam ruangan.
“Semua ada caranya. Kalau mau semuanya masuk, tidak muat ruangan. Tapi semua koordinator perwakilan silakan masuk,” kata Mirza.
Selanjutnya, Mirza berjalan menuju Balai Keratun dengan diikuti sejumlah perwakilan demonstran.
Sesampainya di Ruang Abung Balai Keratun, mediasi tertunda hingga 30 menit lantaran situasi unjuk rasa di lapangan tak kunjung kondusif.
dan
Gubernur Mirza Temui Pendemo, Minta Mediasi di Balai Keratun
