UMP Jakarta 2025 Naik, Pekerja Lajang Tetap Merasa Terbebani karena Biaya Hidup Tinggi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Jakarta tahun 2025 sebesar Rp 5,3 juta belum memuaskan sejumlah pekerja, termasuk yang masih lajang.
Meskipun pendapatan bakal meningkat, para pekerja menilai, kenaikan UMP belum cukup mengimbangi tingginya biaya hidup di Jakarta.
Tingginya biaya hidup, dari sewa tempat tinggal hingga kebutuhan sehari-hari, memaksa para pekerja cermat mengatur keuangan agar bisa bertahan hingga akhir bulan.
Dita (27), seorang pegawai ritel di Jakarta Selatan misalnya, mengaku khawatir jika peningkatan gaji dibarengi naiknya harga kebutuhan pokok.
“Saya senang ada kenaikan gaji, tapi kalau harga kebutuhan pokok naik terus, tetap saja sulit. Gaji naik sedikit, tapi harga sembako, transportasi, dan listrik naik lebih cepat,” ucap Dita saat diwawancarai
Kompas.com
, Sabtu (14/12/2024).
Dita tinggal seorang diri di Jakarta di rumah indekos, sementara keluarganya tinggal di Kabupaten Bogor.
Oleh karenanya, Dita harus cermat mengatur keuangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sendiri.
“Kenaikan UMP belum benar-benar membantu kalau semuanya serba mahal,” tambah dia.
Senada dengan Dita, Efriza (26) juga menilai, kenaikan UMP belum bisa menutupi pengeluaran hidup di Jakarta.
Setelah dipotong pajak dan dialokasikan untuk kebutuhan harian, gajinya cepat habis.
“Kenaikan UMP itu kelihatannya besar, tapi setelah dipotong pajak dan ditambah biaya harian seperti sewa kos, transportasi, dan makan, gaji cepat habis. Setiap bulan, saya harus memikirkan cara bertahan sampai gajian berikutnya,” ungkap Efriza.
Sementara itu, Syafiera (28) yang bekerja di Jakarta dengan penghasilan Rp 5,3 juta per bulan juga merasa belum cukup.
Sebab, selain membiayai hidup pribadi, ia harus membantu keluarganya di Ciawi, Kabupaten Bogor.
“Walau UMP naik, itu belum mencukupi kebutuhan saya sehari-hari, padahal saya masih lajang. Dari gaji Rp 5,3 juta, saya kirim ke orangtua Rp 1 juta, kos-kosan yang Rp 1,8 juta, lalu menabung untuk biaya kuliah adik sebesar Rp 500.000 sampai Rp 1 juta,” ujar dia.
Sementara, untuk makan, Syafiera maksimal menghabiskan Rp 2.000.000 per bulan. Namun, ia kerap menekan biaya makan agar masih ada sisa untuk ongkos berangkat dan pulang kerja.
Sebab, butuh Rp 500.000 per bulan jika Syafiera pulang-pergi kerja naik TransJakarta. Akan tetapi, Syafiera bisa berhemat ongkos transportasi karena berangkat dan pulang kerja diantar-jemput sang kekasih.
Jika pengeluarannya sedang banyak, gaji Syafiera habis tak bersisa. Namun, jika bisa berhemat, Syafiera bakal menabung sisa gajinya.
“Kalau ada sisa, saya tabung buat beli emas,” tambah dia.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.