TRIBUNNEWS.COM – Lebanon dilaporkan makin ditekan Amerika Serikat (AS) yang memberikan ultimatum kepada negara Timur Tengah itu.
Media Lebanon Al-Akhbar menyebut AS meminta Lebanon untuk melucuti paksa kelompok Hizbullah dengan tenggat waktu tertentu.
Jika Lebanon mengabaikannya, negara itu bisa menghadapi perang yang dikobarkan kembali oleh Israel.
Sementara itu, utusan AS untuk kawasan Timur Tengah, Morgan Ortagus, memuji perang yang dilakukan Israel di Lebanon. Ortagus dikabarkan akan berkunjung ke Lebanon pada Sabtu (5/4/2025).
“Kunjungan itu membawa pesan AS yang meminta inisiasi rencana untuk melucuti senjata Hizbullah sebagai syarat untuk semua persoalan lainnya, mulai dari penarikan Israel hingga pembangunan kembali,” kata Al-Akhbar, Kamis (3/4/2025).
“Pesan-pesan ancaman sudah sampai kepada para pejabat yang menyimpang dari Resolusi PBB 1701 dan membawa usul yang buruk sekali untuk Lebanon,” ujar narasumber media itu.
Menurut media itu, para pejabat Lebanon merasa terpojokkan dan tidak bisa menghindari tekanan AS dan Israel.
Jika nekat melucuti Hizbullah, pemerintah Lebanon bisa menghadapi konflik internal. Namun, jika Lebanon tidak melucuti Hizbullah, serangan besar Israel bisa terjadi lagi.
LEBANON SELATAN – Foto yang diambil dari The Times of Israel tanggal 11 Februari 2025 memperlihatkan tiga tentara Israel beroperasi di Lebanon selatan, 20 November 2025. Perang Israel-Hizbullah diprediksi kembali meletus. (The Times of Israel/Emmanuel Fabian)
Narasumber media itu menyebut ada kemungkinan operasi militer baru Israel terhadap Lebanon.
“Israel akan melancarkan operasi militer baru dalam jangka waktu tertentu, dan AS sudah memberikan lampu hijau untuk hal itu,” kata narasumber Al-Akhbar.
“Tidak diketahui apakah hal itu akan terjadi setelah kunjungan Ortagus atau apakah dia akan menunda kunjungannya hingga setelah operasi itu dijalankan.”
Narasumber itu juga menyebut Lebanon kini “hidup dalam ketakutan”.
Bulan kemarin AS mengumumkan memfasilitasi perundingan secara tidak langsung antara Lebanon dan Israel.
Kedua belah pihak akan merundingkan warga Lebanon yang ditahan di penjara Israel, 13 titik yang disengketakan di sepanjang perbatasan, dan 5 titik yang diduduki Israel selepas perjanjian gencatan senjata November 2024.
AS dan Israel dilaporkan meminta Lebanon melucuti Hizbullah sebagai bagian dari perundingan itu. Selain itu, AS berusaha menormalisasi hubungan antara Lebanon dan Israel
Namun, The Cradle melaporkan bahwa upaya menyuruh Hizbullah untuk meletakkan senjatanya mungkin sekali akan menimbulkan kekacauan di Lebanon.
Adapun Israel kembali menyerang pinggiran selatan Kota Beirut di Lebanon tanggal 1 April. Serangan itu menewaskan beberapa orang, termasuk anggota senior Hizbullah yang bernama Hassan Bdair dan putranya.
Seminggu sebelumnya Israel juga menyerang Beirut. Serangan itu menjadi serangan pertama Israel ke Beirut sejak gencatan senjata tahun lalu.
Israel dilaporkan terus melancarkan serangan di Lebanon sejak gencatan disepakati. Bahkan, Israel disebut sudah melakukan pelanggaran lebih dari 1.500 kali.
Di samping itu, Israel tetap menempatkan pasukan di lima lokasi di sepanjang perbatasan di Lebanon selatan.
“Kami di sisi tanpa batas waktu. Tidak bergantung pada waktu, tetapi pada situasi,” kata Menteri Pertahanan Israel Katz kepada The Times of Israel hari Rabu.
“Dengan kata lain, selama ancamannya ada, dan Hizbullah tidak menarik diri dari Sungai Litani, tidak melucuti senjata, dan tentara Lebanon tidak memaksakannya, kita di sini untuk menyediakan perlindungan.”
GENCATAN SENJATA (ARSIP) – Penduduk yang melarikan diri dari desa Shebaa di perbatasan selatan Lebanon, memeriksa kerusakan saat mereka kembali setelah gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah berlaku pada 27 November 2024. (AFP)
Hizbullah minta persatuan nasional
Sementara itu, Ibrahim Al-Moussawi yang menjadi anggota dewan Lebanon dari Hizbullah meminta adanya persatuan nasional di Lebanon.
Dia menegaskan komitmen Hizbullah untuk memprioritaskan kepentingan nasional dan menghindari perpecahan internal. Menurut dia, persatuan sangatlah penting dalam menghadapi agresi Israel.
“Kami menolak terseret ke dalam perdebatan internal yang memperparah perpecahan saat Lebanon sangat membutuhkan persatuan dan solidaritas,” kata Moussawi dikutup dari Al Manar.
Dia mendesak semua pihak untuk berfokus menumbuhkan persatuan nasional.
“Mendapatkan tujuan politik bukanlah tujuan kami. Saat momen kritis ini, tak ada yang lebih utama ketimbang menjaga persatuan Lebanon.”