TRIBUNNEWS.COM – Ukraina menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan bantuan militer dari Uni Eropa setelah Hungaria memveto kesepakatan pengiriman paket bantuan senilai 30 miliar euro (sekitar Rp529 triliun).
Kegagalan ini terjadi dalam pertemuan darurat Dewan Eropa di Brussels, Belgia, pada 6 Maret 2025.
Veto Hungaria
Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, menolak usulan yang telah didukung oleh 26 negara anggota Uni Eropa lainnya.
Ia beralasan bahwa dukungan militer untuk Ukraina bertentangan dengan posisi politik Hungaria yang lebih mengutamakan perdamaian. “Hungaria tentu saja tidak mendukungnya karena hal ini sepenuhnya bertentangan dengan posisi kami yang mendukung perdamaian,” ujar Orban.
Dewan Eropa mengumumkan bahwa keputusan final mengenai dukungan militer untuk Ukraina ditunda hingga pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa berikutnya yang dijadwalkan pada 20 Maret 2025.
Meskipun ada keberatan dari Hungaria, Presiden Dewan Eropa Antonio Costa menyatakan bahwa Uni Eropa tetap berusaha mencari jalan untuk melanjutkan bantuan militer kepada Ukraina.
Rencana Alternatif
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengusulkan kemungkinan pembentukan koalisi negara-negara yang bersedia memberikan bantuan militer kepada Ukraina tanpa memerlukan persetujuan bulat dari semua negara Uni Eropa.
Ini mencerminkan pendekatan yang berbeda dari Hungaria, yang terisolasi di antara 27 negara anggota UE.
Kebijakan AS dan Dampaknya
Keputusan Uni Eropa juga dipengaruhi oleh kebijakan baru Presiden AS Donald Trump, yang baru-baru ini membekukan bantuan militer untuk Ukraina.
Trump mendesak Uni Eropa untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dalam mendukung Ukraina, terutama dalam upaya pertahanan negara tersebut.
Meskipun keputusan mengenai bantuan militer Ukraina tertunda, Uni Eropa sepakat untuk meningkatkan anggaran pertahanan Eropa hingga 800 miliar euro (sekitar Rp14 kuadriliun) dalam inisiatif yang dikenal sebagai ReArm Europe.
Referendum Keanggotaan Ukraina di Uni Eropa
Orban juga mengumumkan rencana untuk mengadakan referendum mengenai keanggotaan Ukraina di Uni Eropa.
Situasi Terkini Konflik Rusia-Ukraina
Sementara itu, pada 7 Maret 2025, Rusia melancarkan serangan rudal balistik di Ukraina, mengakibatkan empat orang tewas dan 18 lainnya terluka di kota Dobropillia.
Serangan ini terjadi di tengah persiapan delegasi Ukraina untuk bertemu mitranya dari AS di Arab Saudi untuk membahas kemungkinan akhir perang.
Dengan perkembangan ini, Ukraina kini harus menghadapi tantangan besar dalam memperoleh dukungan internasional, baik dari Uni Eropa maupun negara-negara besar lainnya.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).