TRIBUNNEWS.COM – Ukraina dan Rusia mengeluh kepada Amerika Serikat (AS) tentang serangan terhadap lokasi energi masing-masing pada Selasa (1/4/2025).
Kyiv meminta Washington untuk memperkuat sanksi terhadap Moskow karena “melanggar” perjanjian yang dibuat di Arab Saudi.
Masing-masing pihak menuduh pihak lain melanggar kesepakatan yang seharusnya digunakan untuk menghentikan penembakan di lokasi energi, meskipun kesepakatan formal belum dibuat dan komitmen apa yang telah dilakukan masing-masing pihak masih belum jelas.
Setelah pertemuan terpisah dengan pejabat AS, Gedung Putih mengatakan bahwa Ukraina dan Rusia telah sepakat untuk mengembangkan langkah-langkah guna melaksanakan kesepakatan untuk melarang serangan terhadap fasilitas energi Rusia dan Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Menteri Pertahanannya, Rustem Umerov, telah berhubungan dengan pejabat AS.
“Kami telah menyampaikan semua informasi yang diperlukan tentang pelanggaran Rusia di sektor energi,” kata Zelensky dalam pidato malam hariannya, Selasa, dilansir The Moscow Times.
Sebelumnya, Zelensky meminta Washington untuk memperkuat sanksi terhadap Rusia sebagai tanggapan.
“Saya yakin kita telah sampai pada titik peningkatan dampak sanksi, karena saya yakin Rusia melanggar apa yang telah mereka janjikan kepada Amerika.”
“Setidaknya apa yang telah dikatakan Amerika kepada kita, dan secara terbuka,” kata Zelensky dalam sebuah konferensi pers di Kyiv.
“Dan kami sangat berharap bahwa Presiden (Donald) Trump memiliki semua alat yang tepat untuk meningkatkan tekanan sanksi pada pihak Rusia,” jelasnya.
Zelensky mengatakan Ukraina tetap “siap” untuk gencatan senjata tanpa syarat dengan Rusia.
Sementara itu, di Moskow, Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya membahas tuduhan “pelanggaran” Ukraina dalam pertemuan tertutup pejabat tinggi keamanan pada hari Selasa.
Moskow juga mengatakan telah menyampaikan keluhannya kepada Washington.
Kremlin: Tidak Ada Rencana Pertemuan Putin-Trump
Kremlin pada hari Rabu mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak memiliki rencana untuk mengunjungi Arab Saudi, tempat Donald Trump akan berkunjung dalam beberapa minggu mendatang.
Hal ini sekaligus menepis spekulasi bahwa keduanya akan bertemu di sana selama kunjungan Presiden AS.
Trump dan Putin telah mengadakan dua panggilan telepon sejak Februari tetapi belum bertemu langsung, sementara pejabat mereka telah mengadakan pembicaraan di Riyadh.
Pada Senin (31/3/2025), Trump mengatakan bahwa ia dapat mengunjungi Arab Saudi paling cepat bulan depan.
“Ini murni rencana kepala negara AS, sama sekali tidak terkait dengan Putin,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam jumpa pers harian dengan wartawan, dikutip dari Al Arabiya.
“Putin, sejauh ini, tidak punya rencana seperti itu,” imbuhnya, seraya mengatakan bahwa tidak ada tanggal atau tempat pasti untuk “kemungkinan pertemuan” antara Putin dan Trump.
Trump Menyalahkan Putin dan Zelensky
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengecam Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky pada Minggu (30/3/2025).
Trump mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap para pemimpin Rusia dan Ukraina saat ia berjuang untuk mencapai gencatan senjata guna mengakhiri perang.
Meskipun Trump menegaskan kepada wartawan bahwa “kami membuat banyak kemajuan,” ia mengakui bahwa “ada kebencian yang luar biasa” antara kedua pria tersebut, sebuah indikasi baru bahwa negosiasi mungkin tidak menghasilkan kesimpulan cepat seperti yang ia janjikan selama kampanye.
ZELENSKY KUNJUNGI KHARKIV – Foto ini diambil pada Minggu (23/3/2025) dari publikasi resmi Kantor Presiden Ukraina, memperlihatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) berjabat tangan dengan prajurit Ukraina saat ia mengunjungi komando Ukraina di Kharkiv pada Sabtu (22/3/2025). (Kantor Presiden Ukraina)
Diberitakan AP News, Trump tengah berupaya mengakhiri konflik di Ukraina yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Bulan lalu, Washington mengadakan pembicaraan terpisah dengan Kyiv dan Moskow di Arab Saudi, mengumumkan bahwa keduanya telah sepakat untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi dan di Laut Hitam.
Tetapi Moskow dan Kyiv sejak itu saling menuduh satu sama lain melakukan serangan yang disengaja terhadap infrastruktur energi.
Trump mulai menyuarakan kritiknya dalam wawancara dini hari dengan NBC News saat ia berada di Mar-a-Lago, klub pribadinya di Florida.
Ia mengatakan “marah, kesal” karena Putin mempertanyakan kredibilitas Zelensky.
Pemimpin Rusia baru-baru ini mengatakan bahwa Zelensky tidak memiliki legitimasi untuk menandatangani kesepakatan damai dan menyarankan bahwa Ukraina membutuhkan pemerintahan eksternal.
Trump mengatakan dia akan mempertimbangkan untuk menambahkan sanksi baru terhadap Rusia, yang sudah menghadapi sanksi keuangan berat, dan menggunakan tarif untuk melemahkan ekspor minyaknya.
Presiden dari Partai Republik itu jarang mengkritik Putin, dan sebelumnya ia sendiri pernah menyerang kredibilitas Zelensky.
Misalnya, Trump telah menyatakan bahwa Ukraina menyebabkan perang yang dimulai dengan invasi Rusia tiga tahun lalu, dan ia bersikeras bahwa Zelensky harus menyelenggarakan pemilu meskipun menurut konstitusi Ukraina hal itu ilegal untuk dilakukan selama darurat militer.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina