Laporan Wartawan TribubJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, PANCORAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta memastikan, belasan warga yang terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat uji coba RDF Plant Rorotan kini sudah sembuh.
Kepala Dinkes DKI Jakarta Ani Ruspitawati pun menyebut, belasan orang itu sudah mendapat penanganan medis dari puskesmas setempat.
“Teman-teman dari puskesmas sudah turun, disamperin ke rumahnya masing-masing. Sebagian besar diagnosisnya adalah ISPA sebenarnya, ISPA ringan ringan-sedang,” ucapnya
Dari belasan warga yang terkena ISPA, Ani mengakui, ada dua orang yang didiagnosis mengalami bronkitis.
Hanya saja, warga tersebut tak perlu sampai mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
“Ada memang dua orang yang bronchost, tapi enggak sampai dirawat. Mungkin itu memang kami harus lihat lagi apakah memang dari awal sudah ada gejala asma dan lain-lain,” ujarnya.
Anak buah Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung ini bahkan menyebut, saat ini seluruh korban uji coba RDF Plant Rorotan itu kini sudah beraktivitas normal.
“Sekarang semuanya sudah dalam keadaan sehat. Beberapa waktu disamperin bahkan sudah sekolah,” tuturnya.
Bagi warga di sekitar RDF Plant Rorotan yang kembali mengalami gangguan kesehatan, Ani mempersilakan mereka untuk melapor ke puskesmas setempat.
“Apabila ada keluhan apapun terkait kesehatan, masyarakat bisa akses puskesmas,” kata Ani.
Sebelumnya, dampak uji coba operasional fasilitas pengolahan sampah RDF Plant di Rorotan, Jakarta Utara diklaim warga sekitarnya makin parah.
Terkini, sedikitnya 17 warga Jakarta Garden City (JGC) dilaporkan jatuh sakit, diduga akibat polusi udara yang ditimbulkan dari uji coba aktivitas pengolahan sampah di RDF yang telah berjalan sejak Februari 2025.
Ketua RT 18 RW 14 Cakung Timur, Wahyu Andre, mengatakan, keluhan utama warga adalah gangguan pernapasan dan iritasi mata yang semakin banyak terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
“Sudah banyak korban dari warga kami. Sudah sekitar 17 orang yang terkena ispa dan juga radang selaput mata,” kata Wahyu dalam aksi unjuk rasa di RDF Plant, Jumat (21/3/2025).
Menurut Wahyu, proyek RDF yang menelan anggaran Rp 1,4 triliun tersebut semestinya membawa manfaat bagi warga Jakarta.
Namun kenyataannya, warga sekitar justru mengalami kerugian kesehatan.
“Ini kan proyek pemerintah yang nilainya juga besar, fantastis, Rp 1,4 triliun. Kami berharap sebenarnya proyek ini bisa bermanfaat buat warga Jakarta. Tapi kalau ternyata proyek yang nilainya besar ini membuat warga Jakarta dan Bekasi merugi, kami meminta ini ditutup. Karena sudah banyak korban dari warga kami,” tegas Wahyu.
Lebih lanjut, warga meminta agar operasi RDF dihentikan sementara sampai ada evaluasi mendalam dan solusi konkret dari pihak pemerintah dan pengelola RDF.
Warga juga meminta pihak pengelola tidak terburu-buru dalam menyelesaikan masalah, melainkan melakukan perbaikan menyeluruh tanpa harus dikejar deadline.
“Kalau bisa setahun (tidak beroperasi) lebih bagus, kita tidak mencium bau RDF. Semakin lama mereka melakukan improvement, mencari letak kesempurnaan, itu jauh lebih baik. Maksud kami, tidak usah terburu-buru. Tidak usah dikejar-kejar oleh deadline. Tapi warga ini terjamin,” pungkasnya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya