Cikarang, CNN Indonesia —
PT United Automotive Battery System Indonesia (UABS Indonesia) mengumumkan mulai merakit baterai mobil listrik di Indonesia.
UABS Indonesia beroperasi di lahan seluas 5.000 meter persegi di SAIC International Industrial Park, Cikarang, Jawa Barat, dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 20 ribu unit. Total investasi mencapai 45 juta yuan atau setara Rp 100 miliar.
Di Indonesia, UABS menggandeng PT Agung Kentjana Abadi untuk memasok baterai kendaraan listrik Morris Garage (MG) yang dipasarkan di Indonesia.
“Kami berharap langkah ini menjadi bukti nyata kontribusi MG dalam percepatan elektrifikasi kendaraan untuk masa depan Indonesia yang lebih hijau,” kata Chief Executive Officer MG Motor Indonesia, He Guowei.
UABS merupakan perusahaan patungan dari induk MG, SAIC Motor dengan komposisi 51 persen kepemilikan saham dan sisanya dimiliki produsen baterai CATL. Sementara itu UABS Indonesia dengan pecah saham SAIC-CATL 67 persen, sisanya milik Kentjana Group.
Jenis baterai yang diproduksi dalam fasilitas manufaktur PT UABS Indonesia adalah baterai lithium iron phosphate (LFP) dan nikel mangan kobalt (NMC) dinamai E1 dan E2.
Saat ini, PT UABS Indonesia sudah memproduksi tiga tipe baterai yakni E1-51 kWh, E2-51 kWh, dan E2-64 kWh. Seluruh baterai ini diklaim telah memenuhi standar global.
PT United Automotive Battery System Indonesia (UABS Indonesia) mengumumkan mulai merakit baterai mobil listrik di Cikarang, Jawa Barat. (CNNIndonesia/Muhammad Ikhsan)
Naikkan bobot TKDN baterai
Perusahaan akan terus meningkatkan komposisi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk baterai kendaraan listrik. Hal ini untuk mendukung pemerintah Indonesia yang menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 28/2023 tentang perubahan atas Permenperin No.6/2022.
Berdasarkan Pasal 11 ayat (1) Permenperin No. 28/2023 tertuang bahwa komposisi baterai diperhitungkan sebesar 40 persen dari nilai TKDN untuk periode 2020-2029. Selanjutnya untuk rangka dan/atau bodi diperhitungkan sebesar 5 persen dan sistem penggerak motor listrik 5 persen.
Kemudian Pasal 11 ayat (2) mengatur komposisi untuk baterai naik menjadi 50 persen, rangka dan/atau bodi 5 persen, dan sistem penggerak motor listrik 5 persen pada 2030.
Menurut General Manager UABS Indonesia, Joy Zheng, TKDN baterai masih relatif kecil, namun bobotnya akan terus ditingkatkan mengikuti roadmap kendaraan listrik di Tanah Air.
“Dalam waktu singkat ini kami menghasilkan perkembangan yang luar biasa. Untuk TKDN saat ini masih 10 persen. Pada 2026 akan ditingkatkan menjadi 60 persen. Kami tengah mencari perusahaan rekanan untuk beberapa komponen seperti aluminium pack dan bahan cell lain,” ucap Joy.
Pada 2027 UABS Indonesia mengklaim akan memproduksi sel baterai di Tanah Air, termasuk potensi memanfaatkan sumber mineral di Indonesia.
“Indonesia baru saja memulai era mobil listrik. Ini seperti yang terjadi di Tiongkok sepuluh tahun lalu. Saat itu hanya sedikit orang yang membeli mobil listrik di sana, tapi sekarang proporsi mobil listrik di Tiongkok sudah separuh dari mobil konvensional,” tutup Presiden Direktur PT UABS Indonesia, Wang Wei.
UABS Indonesia mengklaim terbuka untuk memenuhi kebutuhan kendaraan listrik selain MG.
(tim/mik)
[Gambas:Video CNN]