Tunjuk Bos Baru, Coca-Cola Tegaskan sang CEO Warga AS

Tunjuk Bos Baru, Coca-Cola Tegaskan sang CEO Warga AS

Jakarta, Beritasatu.com – Coca-Cola menegaskan identitas Amerika Serikat (AS) dari jajaran pimpinan baru di tengah menguatnya sentimen nasionalisme ekonomi di AS.

Dalam pengumuman resmi yang dirilis pekan ini, perusahaan minuman raksasa itu secara eksplisit menyebut bahwa Henrique Braun, yang akan menggantikan James Quincey sebagai pimpinan tertinggi perusahaan, merupakan warga negara AS.

Dalam pernyataannya, Coca-Cola menulis bahwa Braun adalah warga negara AS yang lahir di California dan dibesarkan di Brasil.

Penyebutan kewarganegaraan tersebut dinilai tidak lazim bagi perusahaan multinasional berbasis AS dan memunculkan spekulasi adanya pertimbangan geopolitik di balik langkah itu.

Pengamat tata kelola perusahaan menilai penegasan tersebut sulit dilepaskan dari dinamika politik di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, yang dikenal dengan kebijakan America First dan sikap keras terhadap isu imigrasi serta perdagangan global.

“Dengan pemerintahan saat ini dan kontroversi seputar imigrasi, mereka jelas ingin bermain aman,” kata pakar tata kelola perusahaan Charles Elson.

“Dalam iklim yang kuat dengan sentimen ‘Made in America’, Anda ingin memastikan bahwa CEO Anda juga ‘dibuat di Amerika’,” tambahnya.

Coca-Cola tidak memberikan penjelasan resmi mengenai alasan pencantuman kewarganegaraan Braun dalam pengumuman tersebut.

Trump diketahui memiliki perhatian khusus terhadap Coca-Cola. Presiden AS itu bahkan kerap dikaitkan dengan konsumsi Diet Coke, hingga dilaporkan memiliki tombol khusus di meja kerjanya untuk memesan minuman tersebut.

Pada Juli lalu, Trump sempat mengeklaim Coca-Cola telah sepakat mengganti sirup jagung fruktosa tinggi dengan gula tebu pada produk colanya di AS, pernyataan yang memicu spekulasi pasar dan menekan saham perusahaan pengolah jagung.

Tak lama setelahnya, Coca-Cola mengumumkan peluncuran varian cola dengan gula, dengan pengumuman yang disampaikan melalui media yang dekat dengan pemerintahan saat ini.

Brasil juga menjadi perhatian Trump dalam beberapa bulan terakhir. Presiden AS itu sempat mengancam akan mengenakan tarif hingga 50% terhadap produk Brasil sebagai tekanan politik, sebelum akhirnya melunak dan mengecualikan sejumlah produk pangan dari kebijakan tersebut.

Di tengah ketegangan geopolitik dan kebijakan domestik AS yang semakin proteksionis, langkah Coca-Cola menegaskan identitas AS dari pimpinan barunya dinilai sebagai sinyal kehati-hatian. 
Perusahaan yang bermarkas di Atlanta itu beroperasi di lebih dari 200 negara dan wilayah, dengan sekitar dua miliar minuman dikonsumsi setiap hari. Namun, pasar Amerika Utara kini menyumbang kurang dari seperlima total volume penjualannya.

Analis barang konsumsi Jonathan Feeney menilai latar belakang Braun justru menjadi detail yang penting di tengah sejarah panjang Coca-Cola yang kerap dipimpin oleh eksekutif kelahiran luar negeri.

“Rekam jejak CEO Coca-Cola yang lahir di luar AS membuat asal-usul Amerika Braun menjadi sesuatu yang patut dicatat,” katanya.

“Detail ini tidak akan terasa penting jika tidak disebutkan secara eksplisit,” tambahnya.

Sebelumnya, Coca-Cola pernah dipimpin oleh eksekutif asal Irlandia, Australia, hingga Inggris, tanpa penekanan khusus pada latar belakang kewarganegaraan mereka.

Terlepas dari motif di balik langkah tersebut, pakar komunikasi korporasi Paul Argenti menilai strategi seperti ini semakin lazim di era penuh ketidakpastian.

“Ini adalah hal-hal yang memang harus dilakukan perusahaan saat ini. Kita hidup di masa yang tidak biasa,” pungkas  Argenti.