TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan permintaan kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk menyelamatkan nyawa pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk, Rusia barat.
Permintaan ini disampaikan Trump setelah pasukan Rusia melancarkan serangan balasan untuk merebut kembali wilayah yang diduduki Ukraina sejak Agustus tahun lalu.
Menurut Institut Studi Perang (ISW), Rusia telah berhasil merebut kembali 655 km persegi wilayah Kursk, lebih dari separuh area yang sebelumnya diduduki oleh Ukraina.
Trump menyatakan bahwa ribuan tentara Ukraina kini berada dalam posisi yang sangat buruk dan rentan di Kursk.
“Saya mendesak Presiden Putin untuk menyelamatkan nyawa mereka. Jika tidak, ini akan menjadi pembantaian yang belum pernah disaksikan dunia sejak Perang Dunia II,” ungkap Trump, Jumat (14/3/2025).
Pertemuan dan Usulan Gencatan Senjata
Trump sebelumnya mengunggah di media sosial mengenai pertemuan utusannya, Steve Witkoff, dengan Putin di Moskow pada Kamis, 13 Maret 2025.
Trump menggambarkan pertemuan tersebut sebagai “sangat bagus dan produktif” serta menyatakan harapan bahwa perang yang mengerikan ini dapat segera berakhir.
Ia juga mengisyaratkan bahwa usulan gencatan senjata dari AS yang diterima Ukraina sedang dipertimbangkan oleh Rusia.
Tanggapan Putin
Menanggapi permintaan Trump, Putin menyatakan bahwa pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk akan dijamin keamanannya jika mereka menyerahkan diri.
“Jika mereka meletakkan senjata dan menyerah, pasukan Ukraina di wilayah Kursk akan dijamin kehidupan dan perlakuan yang layak,” kata Putin dalam pidatonya, Jumat.
Sementara itu, militer Ukraina membantah adanya ancaman pengepungan dan menyatakan bahwa mereka telah mundur ke posisi yang lebih baik.
Sehari sebelumnya, Putin mempertanyakan usulan AS mengenai gencatan senjata selama 30 hari antara Rusia dan Ukraina, serta menyoroti pelaksanaan teknis dari usulan tersebut.
Putin menegaskan, “Haruskah kita membebaskan mereka setelah mereka melakukan kejahatan serius terhadap warga sipil?”
Ia juga menolak upaya untuk menempatkan pasukan penjaga perdamaian dari Eropa di Ukraina.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).