Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump bersumpah bakal mengganti nama Gunung Denali kembali dinamai Gunung McKinley.
McKinley adalah William McKinley, Presiden ke-25 Amerika Serikat (AS) yang tewas dibunuh pada 1901.
Gunung tertinggi di wilayah Amerika Utara itu semula memang bernama McKinley sejak 1917, namun pada 2015 silam diubah Presiden ke-44 AS Barack Obama jadi Denali yang berasal dari bahasa suku lokal (native) Alaska.
“Mereka telah mencabut namanya [Presiden ke-25 AS] dari Gunung McKinley,” ujar Trump dalam pidato di hadapan pendukungnya di Phoenix, AS, Minggu (22/12) waktu setempat seperti dikutip dari Reuters.
“Dia [McKinley] adalah seorang presiden yang hebat,” imbuhnya.
Atas dasar itu, Trump mengatakan setelah resmi menjadi Presiden AS, maka dia akan mengembalikan nama McKinley ke gunung yang menjadi salah satu dari world seven summits tersebut.
“Saya akan kembalikan nama Gunung McKinley, karena saya percaya dia memang pantas,” ujar Trump.
Pada 2015 silam, berdasarkan catatan Departemen Dalam Negeri AS, Obama mengubah nama Gunung McKinley jadi Denali karena sejumlah alasan. Pertama adalah McKinley diketahui tak pernah berkunjung ke gunung tersebut dan tak memiliki sejarah yang signifikan bersama dengan gunung tersebut ataupun Alaska.
Pemandangan taman nasional Denali di Alaska, Amerika Serikat. (Lance King/Getty Images/AFP)
Keinginan Trump mengubah nama Gunung Denali itu tak mendapat sambutan baik.
Senator AS dari Alaska, Lisa Murkowski, memprotes keinginan Trump mengubah nama Denali tersebut.
Lewat akun X, Murkowski yang juga berasal dari Partai Republik menyatakan, “Hanya ada satu nama yang pantas untuk gunung tertinggi di Amerika Utara: Denali-Yang terbesar.”
Denali yang berasal dari nama suku lokal Alaska, Athabascan, memiliki makna “Yang tertinggi”. Kali pertama nama itu diajukan untuk gunung tersebut pada 1975 silam oleh negara bagian Alaska yang mendesak agar diakui pemerintah Federal AS, namu selalu terganjal selama berdekade-dekade hingga masa pemerintahan Obama pada 2015 silam.
(Reuters/kid)
[Gambas:Video CNN]