Transportasi: mobil listrik

  • Penjualan Honda di Indonesia Merosot, Ini Model Paling Larisnya

    Penjualan Honda di Indonesia Merosot, Ini Model Paling Larisnya

    Jakarta

    Penjualan mobil Honda di Indonesia turun 35 persen. Ini model yang masih memberi sumbangan penjualan terbesar.

    Pangsa pasar mobil Honda di Indonesia tergerus dengan kedatangan sederet mobil China. Dalam setahun belakangan, penjualan Honda secara wholesales maupun retail turun 30 persenan. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, secara wholesales Januari-November 2025, penjualan Honda hanya mencapai 53.301 unit. Padahal setahun sebelumnya menyentuh 86.350 unit dalam waktu 11 bulan tahun lalu.

    Penjualan retail juga demikian. Data Gaikindo menunjukkan, pada Januari-November 2024, Honda membukukan penjualan sebanyak 92.327 unit. Sementara pada periode yang sama tahun 2025, penjualannya baru menyentuh 64.225 unit. Pangsa pasarnya juga ikut tergerus. Kalau dulu bisa menyentuh 11,4 persen, kini hanya 8,7 persen secara retail sales.

    Secara produk, Honda sejatinya merilis beberapa model baru tahun ini. Beberapa di antaranya Honda HR-V Hybrid dan juga Step Wgn Hybrid. Di tengah gempuran mobil listrik China, Honda justru percaya mobil hybrid jadi jembatan sebelum akhirnya beralih sepenuhnya ke era elektrifikasi. Sejatinya, Honda juga sudah meluncurkan mobil listrik e:N1. Namun mobil tak bisa dibeli putus. Kamu yang tertarik bisa meminangnya dengan skema sewa selama lima tahun. Pun kalau ditotal, biaya yang dikeluarkan cukup fantastis yakni mencapai Rp 1 miliar meski tak repot mikirin pajak dan juga perawatannya.

    Meski sudah punya beberapa produk elektrifikasi, nyatanya mobil paling laris Honda justru masih bermesin konvensional. Adalah Honda Brio yang merupakan mobil Honda dengan harga paling murah. Honda Brio bisa dimiliki dengan mahar mulai Rp 170 jutaan hingga yang termahal Rp 258,2 juta.

    Secara penjualan, Brio masih memikat. Setiap bulan nama Brio yang terdiri dari Satya dan RS itu kerap mengisi daftar mobil terlaris di Indonesia. Di segmen LCGC dan city car, Honda Brio jadi rajanya. Sepanjang Januari hingga November 2025, Honda telah mendistribusikan 31.068 unit Brio ke dealer-dealernya.

    Namun kini keberadaan Brio mulai terganggu dengan pendatang baru dari China BYD Atto 1. Bermodalkan baterai sebagai sumber tenaga dan harga yang mirip-mirip, Atto 1 perlahan-lahan merebut pasar Brio. Penjualan Atto 1 pun meledak dan menjadikannya mobil terlaris dalam dua bulan terakhir tahun 2025. Ini bisa menjadi sinyal bagi Honda untuk segera berbenah. Kalau tidak, bukan tak mungkin pangsa pasarnya jadi makin tergerus rival-rival baru.

    (dry/lth)

  • BYD Bicara Peluang Bawa Mobil Hybrid ke Indonesia

    BYD Bicara Peluang Bawa Mobil Hybrid ke Indonesia

    Jakarta

    Sejak masuk ke Indonesia mulai awal 2024, BYD fokus memasarkan mobil listrik full baterai. Namun ke depannya, tak menutup kemungkinan bagi BYD untuk meluncurkan mobil hybrid di Tanah Air.

    “Sampai pada hari ini fokus BYD adalah di industri EV. Itu juga sejalan dengan visi dari pemerintah untuk energy transition lebih optimal,” bilang Head of PR & Government Relations PT BYD Motor Indonesia, Luther Panjaitan kepada wartawan di Sentul, Bogor, Kamis (11/12/2025).

    “Tapi kami juga tak menutup kemungkinan terhadap adanya teknologi transisi dan di mana teknologi yang kita miliki memang ada PHEV (plug-in hybrid) yaitu satu teknologi yang sebetulnya di pasar luar itu dikonsider sebagai EV,” tambah Luther.

    Luther menekankan, teknologi plug-in hybrid memberikan kontribusi efisiensi bahan bakar yang jauh lebih signifikan ketimbang hybrid biasa. Dan BYD pun sudah siap untuk membawa teknologi itu ke Indonesia, karena memang mereka sudah menguasainya.

    “Buat kita selama produknya kita sudah miliki secara patent, secara kepemilikan tipe dan produknya, bukan tak mungkin dalam waktu dekat atau dalam jangka panjang kita bisa bawa (ke Indonesia),” tegas Luther.

    “Kami meyakinkan kepada masyarakat bahwa BYD tak berhenti sampai disini dengan pencapaian penjualan tersebut. Bahkan dengan teknologi kita yang sangat advance ini pun kita masih akan membawa yang lebih mutakhir kembali di tahun depan,” bilang Luther.

    Di global sendiri, BYD memang sudah memiliki beberapa line up mobil hybrid, seperti BYD Qin L DM-i, BYD Atto 2 DM-i, BYD Sealion 07 DM-i, BYD Song L DM-i, dan model Sealion 6 yang baru saja masuk pasar Jepang.

    (lua/din)

  • Insentif Disetop Tahun Depan, Penjualan Mobil Listrik Bakal Terjun Bebas?

    Insentif Disetop Tahun Depan, Penjualan Mobil Listrik Bakal Terjun Bebas?

    Jakarta

    Pemerintah akan menyetop insentif untuk mobil listrik mulai tahun depan. Tak dipungkiri, adanya insentif bikin mobil listrik laris manis lantaran harganya bisa dijangkau oleh banyak konsumen. Andai insentif atau subsidi tersebut dihentikan, maka harga mobil listrik bisa melonjak signifikan. Apakah bisa berpengaruh ke penjualan mobil listrik?

    Head of PR & Government Relations PT BYD Motor Indonesia Luther Panjaitan mengatakan, pemberian insentif telah terbukti bisa bikin harga mobil listrik kompetitif sehingga penjualan mobil listrik pun terus meningkat setiap tahunnya. Maka seharusnya insentif buat mobil listrik tidak disetop, bahkan semestinya ditambah.

    “Tentunya kita juga harus akui bahwa salah satu motor atas tren positif dari EV ini adalah insentif dan policy (kebijakan) yang ditetapkan oleh pemerintah,” kata Luther di sela-sela acara Media Gathering 2025 di Sentul, Bogor, Kamis (11/12/2025).

    “Dan kami mungkin kurang confidence dapat tren ini bisa dapat continuous growth-nya rapidly seperti sekarang, kalau tidak adanya konsistensi atau perpanjangan dari policy yang sama dengan tahun ini. Dan kami masih berharap ya sebenarnya policy itu bisa diperpanjang insentif EV,” tambah Luther.

    “Bahkan sebetulnya, kalau berkaca pada negara-negara lainnya, insentif seperti ini bila growth-nya cukup baik, malah bisa dibikin lagi satu pengembangan dan penambahan, serta adjustment di sisi implementasinya. Kami masih berharap mudah-mudahan industri otomotif semakin bisa berkembang di tahun depan,” bilang Luther.

    Sebelumnya pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa tahun depan tidak akan ada insentif untuk sektor otomotif.

    “Insentif tahun depan tidak ada, karena industrinya sudah cukup kuat,” ungkap Airlangga di Tangerang, belum lama ini.

    Diketahui saat ini ada beberapa insentif yang berlaku di industri otomotif, salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 10% untuk mobil listrik.

    Pemerintah memberikan insentif PPN DTP 10% atas mobil listrik melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025. Kendaraan listrik produksi lokal dengan TKDN tertentu berhak mendapatkan PPN DTP. Jadi, PPN yang ditanggung pembeli lebih kecil. Syaratnya, mobil listrik tersebut harus diproduksi lokal dan punya TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) minimal 40%.

    (lua/din)

  • BYD Atto 1 Salip Innova-Avanza dkk, Cuma Bulan Madu atau Bisa Tahan Lama?

    BYD Atto 1 Salip Innova-Avanza dkk, Cuma Bulan Madu atau Bisa Tahan Lama?

    Jakarta

    Penjualan BYD Atto 1 melesat dalam dua bulan terakhir. Bahkan Atto 1 juga menyalip deretan mobil ternama sekelas Avanza hingga Kijang Innova. Akankah berlangsung lama atau cuma sesaat?

    BYD Atto 1 untuk kedua kalinya memuncaki daftar mobil terlaris di Indonesia. Pertama terjadi pada Oktober dan berlanjut pada November 2025, demikian dilihat dalam data penjualan yang dihimpun Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Ini merupakan kali pertama ada mobil listrik yang berada di posisi puncak daftar mobil terlaris.

    Fenomena ini tentu membetot perhatian. Sebab, sebagai pendatang baru Atto 1 sanggup melampaui penjualan deretan model ternama sekelas Kijang Innova hingga Toyota Avanza. Melihat fenomena ini lantas muncul pertanyaan, apakah Atto 1 hanya ‘bulan madu’ atau justru bisa bertahan lama? Pengamat otomotif sekaligus akademisi ITB Yannes Pasaribu menilai fenomena BYD Atto 1 memuncaki penjualan justru menjadi sinyal kuat persaingan baru di industri otomotif dalam negeri.

    “Keberhasilan Atto 1 menunjukkan bahwa hambatan utama adopsi EV selama ini bukan soal minat atau penerimaan teknologi, melainkan semata-mata terbuktinya ada affordability gap di masyarakat terkait capex terhadap EV,” ujar Yannes saat dihubungi detikOto, Kamis (11/12/2025).

    Yannes menambahkan, keberanian BYD memposisikan harga Atto 1 yang ramah di kantong justru membuat pandangan masyarakat justru berubah.

    “Begitu BYD berani menempatkan Atto 1 di rentang harga yg menyenggol LCGC dan city car konvensional (di bawah Rp 250 jutaan), resistensi konsumen terhadap EV langsung runtuh,” tambahnya lagi.

    Artinya, kepercayaan konsumen terhadap mobil listrik makin meningkat. Mereka yang dulu ragu malah jadi penasaran dan justru meminang mobil listrik. Khusus Atto 1, kehadirannya jadi penantang serius bagi mobil-mobil di segmen LCGC (Low Cost Green Car) ataupun mobil konvensional jenis city car.

    “Konsekuensinya, fenomena ini sangat mungkin semakin membesar seiring waktu dan bakal memaksa pabrikan Jepang yang ada di Indonesia untuk merespons dengan mau tidak mau harus segera menciptakan BEV entry-level yang sama agresifnya,” tuturnya lagi.

    (dry/din)

  • BYD Berharap Insentif Mobil Listrik Lanjut Tahun Depan

    BYD Berharap Insentif Mobil Listrik Lanjut Tahun Depan

    Jakarta

    BYD berharap pemerintah bisa memberi insentif lagi untuk mobil listrik pada tahun depan. Insentif mobil listrik diketahui akan segera berakhir tahun ini dan pemerintah tidak memiliki rencana untuk memperpanjangnya.

    “Insentif tahun depan tidak ada, karena industrinya sudah cukup kuat,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Tangerang, belum lama ini.

    Diketahui saat ini ada beberapa insentif yang berlaku di industri otomotif, salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 10% untuk kendaraan listrik.

    Pemerintah memberikan insentif PPN DTP 10% atas mobil listrik melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025. Kendaraan listrik produksi lokal dengan TKDN tertentu berhak mendapatkan PPN DTP. Jadi, PPN yang ditanggung pembeli lebih kecil. Syaratnya, mobil listrik tersebut harus diproduksi lokal dan punya TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) minimal 40%.

    Kalau insentif tersebut tidak diperpanjang tahun depan, maka akan menyulitkan pabrikan seperti BYD yang akan memulai merakit mobil listrik di Indonesia pada awal 2026.

    Menurut Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao, perkembangan EV di Indonesia sangat luar biasa. Indonesia menjadi salah satu negara dengan perkembangan EV tercepat di Asia Tenggara, di mana dalam dua tahun, penjualan EV di Indonesia meningkat dari 2% ke 12%.

    “Dan capaian ini tidak akan terjadi tanpa adanya dukungan dari pemerintah (Indonesia),” ungkap Eagle dalam Media Gathering di Sentul, Bogor, Kamis (11/12/2025).

    “BYD juga sangat berkomitmen dengan ekosistem EV di Indonesia. Itu mengapa kami akan mengoperasikan pabrik kami (di Subang, Jawa Barat) pada kuartal pertama 2026,” tambah Eagle.

    Eagle menambahkan, saat ini pertumbuhan penjualan EV memang hanya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta. Tapi jangan lupa, konsumen-konsumen di daerah juga banyak yang menanti perkembangan produk-produk mobil listrik. Tak hanya dari brand BYD, tapi juga brand-brand mobil listrik lainnya.

    Dia juga mengingatkan bahwa pada tahun 2024 dan 2025, industri otomotif di Indonesia banyak mengalami tantangan, di mana penjualan mobil mengalami penurunan. Meski begitu, mobil listrik bisa memberi kontribusi terhadap total volume industri otomotif dengan penjualan yang terus meningkat setiap tahunnya.

    “Dan untuk peningkatan produksi, kami masih membutuhkan waktu, karena dalam memproduksi EV itu tidak bisa cepat. Kami juga harus membuat ribuan lapangan kerja di bidang manufaktur kami,” bilang Eagle.

    “Pada 2026, tentunya kami membutuhkan dukungan lebih lanjut dari pemerintah terkait perpanjangan insentif untuk EV (mobil listrik),” tukasnya.

    (lua/dry)

  • Kehadiran BYD-Chery Cs di Indonesia Bikin Mobil Jepang Mulai Tergerus

    Kehadiran BYD-Chery Cs di Indonesia Bikin Mobil Jepang Mulai Tergerus

    Jakarta

    Selama puluhan tahun, merek mobil Jepang menjadi penguasa jalanan Indonesia. Namun, data penjualan terbaru menunjukkan dominasi itu kini mulai terkikis.

    Berdasarkan data retail sales yang diolah dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan total pangsa pasar lima merek besar Jepang telah turun 11% dalam waktu lima tahun. Penurunan ini hampir sepenuhnya direbut oleh pabrikan mobil dari Tiongkok (China), yang datang dengan produk listrik.

    Ketatnya persaingan ini terlihat jelas dari perbandingan data penjualan (retail sales) lima merek Jepang teratas Toyota, Daihatsu, Honda, Suzuki, Mitsubishi.

    Mulai dari tahun 2020, di tengah kondisi pasar yang lesu akibat pandemi dengan total penjualan 578.762 unit, kekuasaan Jepang tak tergoyahkan. Lima merek teratas; Toyota, Daihatsu, Honda, Suzuki, Mitsubishi secara kolektif menguasai 84,6% pangsa pasar.

    Toyota di puncak 31,6 %, Daihatsu mengambil porsi 17,3 persen, Honda mendapatkan 13,7 persen, Suzuki 12,5 persen, dan Mitsubishi 9,5 persen. Saat itu, bendera China hanya diwakili oleh Wuling yang berhasil menembus 10 besar dengan porsi kecil, yakni 1,6%.

    Memasuki tahun 2024, seiring dengan pulihnya kondisi pasar, merek China berbondong-bondong datang. Dua yang membetot perhatian adalah BYD dan juga Chery.

    Pada tahun tersebut juga menjadi awal mula pangsa pasar Jepang tergerus. Meskipun Toyota tetap kokoh di puncak dengan 33%, jika ditotal, pangsa lima besar merek Jepang turun menjadi 79,6%. Turun 5% dari capaian 2020. Sementara itu, pabrikan China mulai membagi kekuatannya. Wuling memperkuat posisinya di 2,8% (25.067 unit), dan yang mengejutkan, BYD yang baru masuk langsung merebut 1,6% pasar (13.964 unit). Mereka menunjukkan keseriusan dengan mengincar segmen mobil listrik yang mulai diminati konsumen. Tren kenaikan itu juga berlanjut tahun 2025. Ini menjadi sinyal bagi pabrikan Jepang untuk makin waspada.

    Total penjualan retail hingga November 2025 tercatat 739.977 unit. Angka kolektif lima merek Jepang teratas kini hanya menyisakan 73,6% pangsa pasar.

    Terlihat jelas, dominasi Jepang yang dulu mencapai 85% kini berada di angka 73,6%. Angka yang hilang itu-sekitar 11%-hampir seluruhnya diambil oleh merek China.

    Jika dulu mobil China dianggap sebatas Wuling yang menawarkan harga murah, kini pemain baru datang dengan teknologi listrik yang mumpuni. BYD (Build Your Dreams) menjadi pendatang baru paling mengejutkan.

    Lonjakan ini didorong oleh model-model listrik yang harganya bersaing, terutama mobil listrik kecil seperti BYD Atto 1. Mobil ini berhasil menarik perhatian konsumen yang mencari kendaraan listrik dengan fitur lengkap namun tetap terjangkau.

    BYD mengalami pertumbuhan penjualan signifikan. BYD mengambil pangsa pasar 5,3 persen tahun ini. Atas hasil ini mengantarkan BYD sebagai merek mobil terlaris keenam di Indonesia.

    Kemudian Chery juga bertumbuh. Merek tersebut sudah mengambil pangsa pasar sebesar 2,4 persen, sama seperti Wuling.

    Kemudian satu persen dari total penjualan nasional itu adalah merek Denza, sub brand dari BYD. Merek China lain seperti AION, VinFast, Geely, Jaecoo, GWM, DFSK, Jetour, BAIC, Xpeng, Neta, Maxus, dan Seres itu masih di bawah satu persen.

    (riar/dry)

  • BYD Jadi Raja Mobil Listrik di Indonesia, Penjualan Meroket dalam 2 Tahun

    BYD Jadi Raja Mobil Listrik di Indonesia, Penjualan Meroket dalam 2 Tahun

    Bogor

    BYD berhasil menjadi merek terlaris di Indonesia sepanjang Januari-November 2025. Merek asal China tersebut mencatat market share sebanyak 57%. Dengan tahun 2025 menyisakan satu bulan lagi, BYD berpeluang besar menjadi merek mobil listrik terlaris di Indonesia tahun 2025.

    Seperti dikatakan Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao, dia merasa terkesan dengan pertumbuhan pasar EV (mobil listrik di Indonesia). Sebab hanya dalam dua tahun, pertumbuhan pasar mobil listrik di Indonesia melesat dari 2% ke 12%.

    “Bayangkan dari 2% ke 12% hanya perlu dua tahun, padahal di pasar China sendiri kami butuh setidaknya 8 tahun buat mencapai itu. Maka kita apresiasi pasar domestik (Indonesia) karena dukungan pemerintah dan teman-teman kita dapat mencapai ini,” ungkap Eagle dalam Media Gathering di Sentul, Bogor, Kamis (11/12/2025).

    Dari 12% market share mobil listrik saat ini, sebanyak 25% tersebar di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Kata Eagle, setiap 5 mobil di Jabodetabek, 1 mobil merupakan BEV (mobil listrik full baterai).

    Secara akumulatif, BYD Indonesia telah menjual setidaknya 47.300 unit dari Januari hingga November 2025. BYD Indonesia juga memecahkan rekor penjualan beberapa bulan terakhir sebanyak 10 ribu unit per bulan. BYD juga mengklaim menguasai lebih dari 57% market share mobil listrik full baterai di Indonesia.

    Lebih dari itu, BYD kini juga merangsek ke papan atas sebagai salah satu merek mobil terlaris di Indonesia. Bahkan penjualan BYD bisa mengungguli merek-merek Jepang seperti Mitsubishi, Suzuki, dan Honda.

    Pada November 2025, BYD Indonesia mencatat angka penjualan wholesales 9.481 unit, hanya kalah dari Daihatsu (11.684 unit) dan Toyota (21.642 unit) yang menjadi merek mobil terlaris bulan lalu.

    “Pertumbuhan ini sejalan penambahan ekosistem infrastruktur dan pelayanan optimal kepada pelanggan kami. Kami juga berkomitmen untuk membangun ekosistem NEV (new energy vehicle) terlengkap ke depannya. Juga produksi lokal untuk mendukung industri dalam negeri,” terang Eagle.

    (lua/dry)

  • Toyota Alphard Kejar Penjualan Denza D9, tapi….

    Toyota Alphard Kejar Penjualan Denza D9, tapi….

    Jakarta

    Toyota Alphard mengejar Denza D9 dalam hal penjualan. Pada November 2025, penjualan wholesales Toyota Alphard setara dengan Denza D9.

    Persaingan di segmen MPV premium masih cukup ketat. Dua pemain utamanya masih kejar-kejaran dari sisi penjualan. Menariknya pada bulan kesebelas tahun 2025, distribusi keduanya justru seimbang. Baik Denza D9 maupun Toyota Alphard sama-sama mencatatkan angka distribusi 209 unit, sebagaimana terlihat dalam data wholesales yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) periode November 2025. Perbedaannya, distribusi Denza D9 itu hanya disumbang satu varian. Sedangkan Alphard, mendapat sokongan dari dua model yaitu hybrid dan bensin.

    Di sisi lain, Denza mengalami tren penurunan penjualan. Sebab, di awal kemunculannya, Denza D9 mencatatkan distribusi yang fantastis. Jumlahnya bahkan di atas 1.000-an unit dalam waktu satu bulan. Sementara Alphard, kalau dirunut bulan ke bulan, angka distribusi terbesarnya mencapai 400-an unit. Namun dalam tujuh bulan terakhir, distribusinya tak lebih dari 200 unit.

    Kendati demikian, kalau dihitung secara keseluruhan sejak awal tahun 2025, Denza D9 masih unggul jauh. Total distribusinya secara wholesales tembus 7.176 unit. Sebagai perbandingan, untuk periode yang sama distribusi Alphard hanya 2.232 unit.

    Alphard dan Denza D9 sama-sama menghuni segmen yang pembelinya merupakan kalangan atas. Tapi urusan harga, Denza D9 cukup unggul karena lebih murah separuhnya dari Toyota Alphard. Harga Denza D9 OTR Jakarta adalah Ro 950 juta. Bandingkan dengan Toyota Alphard terbaru, paling murahnya dijual Rp 1,6 miliaran. Belum lagi, pajak tahunan Denza D9 juga cukup menggiurkan.

    Meski harganya nyaris Rp 1 miliar, nyatanya tiap tahun pemilik Denza D9 dibebaskan dari pajak. Adapun komponen pajak yang harus dibayarkan hanya berupa Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas (SWDKLLJ) sebesar Rp 143 ribu setiap tahunnya. Ini lantaran mobil listrik dibebaskan dari bea balik nama dan juga pajak kendaraan bermotor.

    Pajak Toyota Alphard justru sebaliknya. Dengan harga tembus miliaran, setiap tahun pemilik Alphard harus membayar Rp 26 jutaan untuk membayar pajaknya. Adapun urusan dapur pacu, Alphard Hybrid masih mengandalkan kombinasi bahan bakar bensin dan baterai sebagai sumber utama tenaganya. Alphard Hybrid menggendong mesin A25A-FXS yang bisa menyemburkan tenaga 140 kW dan torsi 239 Nm. Sementara untuk motor listriknya bertenaga 184 kW dan torsi 270 Nm. Secara keseluruhan sistem hybrid Alphard itu bisa menyemburkan tenaga sebesar 250 PS. Mesin itu dipasangkan dengan transmisi CVT.

    Selanjutnya untuk Denza D9 mengusung baterai BYD Blade (LFP) dengan kapasitas 103 kWh. Baterai tersebut dipadukan dengan motor listrik Permanent Magnet Synchronous Motor bertenaga 230 kW dan torsi 360 Nm. Berkat paduan antara keduanya, di atas kertas Denza D9 bisa menjelajah sejauh 600 km dalam satu kali pengisian baterai secara penuh.

    (dry/din)

  • Waduh! Mobil Listrik Xiaomi Hampir Nyemplung saat Pakai Mode Parkir Otomatis

    Waduh! Mobil Listrik Xiaomi Hampir Nyemplung saat Pakai Mode Parkir Otomatis

    Jakarta

    Sebuah mobil listrik Xiaomi SU7 menjadi sorotan setelah kejadian manuver parkir otomatis yang hampir berakhir di kolam. Mobil itu melaju dengan mode parkir otomatis aktif, tapi hampir nyemplung ke kolam di China.

    Dikutip Carnewschina, video viral di media sosial Weibo menunjukkan mobil Xiaomi SU7 bergerak maju menuju air di kolam. Pengemudinya tampak keluar dari mobil dan sepertinya mengaktifkan mode parkir otomatis.

    Sejurus kemudian, mobil itu bergerak mundur, maju dan bermanuver. Tapi, mobil itu malah melaju ke air. Bumper depan menyentuh permukaan air sebelum mobil benar-benar berhenti.

    Komentar dari netizen berfokus pada keputusan pengemudi untuk mengaktifkan parkir otomatis begitu dekat dengan badan air. Menurut pengamat yang dikutip Carnewschina, mode parkir otomatis diaktifkan pada skenario yang tidak menyerupai lingkungan parkir pada umumnya. Hal itu mungkin mempengaruhi interpretasi sistem terhadap ruang yang tersedia.

    Insiden tersebut terjadi tak lama setelah Xiaomi merilis pembaruan OTA (over the air/pembaruan secara online) pada 26 November, Xiaomi Hyper OS 1.11.0. Pembaruan tersebut diluncurkan kepada semua pemilik SU7 dan mencakup perubahan pada bantuan parkir, parkir jarak jauh, dan pencarian posisi parkir. Xiaomi menggambarkan ini sebagai optimasi sistem yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja fungsi terkait parkir.

    Menurut para ahli, sistem parkir otomatis masih bergantung pada pengemudi sebagai pihak utama yang bertanggung jawab. Jadi, tidak bisa serta merta mobil ditinggalkan begitu saja.

    Ahli juga menyoroti bahwa lokasi yang tidak standar, seperti tepi kolam atau medan terbuka yang tidak rata, dapat menyebabkan kesalahan klasifikasi karena sistem dapat menginterpretasikan permukaan air sebagai ruang kosong.

    Dalam kasus ini, mobil sukses berhenti saat bumper depan menyentuh permukaan air, jadi tidak sampai tenggelam. Hal itu menunjukkan bahwa rintangan yang tidak terduga mungkin telah terdeteksi.

    (rgr/dry)

  • Litium Jadi Pemicu Kebakaran Terra Drone, Awas Kejadian Juga di Mobil Listrik

    Litium Jadi Pemicu Kebakaran Terra Drone, Awas Kejadian Juga di Mobil Listrik

    Jakarta

    Gedung Terra Drone di Jakarta Pusat mengalami kebakaran yang menewaskan 22 orang. Pemicu kebakaran diduga dari baterai litium pada drone.

    Dari hasil pemeriksaan saksi, dugaan sementara penyebab kebakaran bersumber dari baterai drone. “Kalau dari keterangan tadi, memang sementara baru karena baterai ya, baterai dari drone yang terbakar. Namun sebabnya terbakar, saat ini tim Labfor masih bekerja. Mohon waktunya agar tim Labfor bisa segera menangani dan mengetahui titik sumber api pertama dari kebakaran ini,” kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Susatyo Purnomo Condro dikutip detikNews.

    Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, Bayu Megantara, mengatakan api sudah dicoba dipadamkan oleh karyawan dengan menggunakan lima alat pemadam api ringan (APAR). Namun upaya tersebut tidak berhasil dan asap semakin tebal.

    “Informasi yang kami terima, sudah berupaya dipadamkan dengan APAR. Itu sekitar lima unit APAR berupaya untuk memadamkan,” jelas Bayu.

    Baterai Litium Dipakai Juga di Mobil Listrik

    Baterai litium juga banyak digunakan di kendaraan listrik saat ini. Baterai litium-ion dinilai cocok untuk kendaraan listrik karena memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi sehingga memungkinkan desain yang ringkas dan ringan pada kendaraan listrik. Ini merupakan keuntungan yang signifikan ketika keterbatasan ruang dan berat menjadi perhatian.

    Sebenarnya dari pabriknya baterai kendaraan listrik sudah dipastikan aman. Baterai tersebut telah melalui serangkaian pengetesan, bahkan dalam kondisi ekstrem.

    Salah satu pengujian baterai kendaraan listrik adalah nail penetration test. Dalam pengetesan ini, sel baterai ditusuk menggunakan semacam paku dalam kondisi baterai terisi 100 persen State of Charge (SOC). Dalam pengujian itu, baterai tidak boleh terbakar atau meledak.

    Lebih lanjut, ada juga pengujian cycler test pada kondisi suhu ekstrem dan kondisi fast CDC (charging-discharging). Dalam pengetesan itu, baterai dicas secara berulang-ulang dari 0-100 persen kemudian discharging dari 100 ke 0 persen dengan kondisi ekstrem. Pengetesan itu membuktikan bahwa baterai tidak mengalami panas berlebih saat dipakai dalam kondisi ekstrem.

    Kasus Kebakaran Mobil Listrik yang Sulit Dipadamkan

    Meski begitu, ternyata masih ada risiko mobil listrik terbakar. Di luar negeri, sudah ada beberapa kejadian mobil listrik terbakar.

    Baterai mobil listrik yang berbahan litium bisa mengalami kerusakan karena beberapa faktor, di antaranya penyalahgunaan mekanis, kimia, atau termal. Masalah ini kemudian bisa menyebabkan fenomena yang disebut sebagai thermal runaway. Ketika thermal runaway berlangsung, prosesnya hampir mustahil dihentikan. Inilah yang kemudian kerap memicu kebakaran atau bahkan ledakan.

    Tahun lalu, ada kasus kebakaran mobil listrik di Malaysia. Mobil itu disebut tengah dicas dengan menggunakan arus DC. Direktur Jenderal Pemadam Kebakaran Malaysia, Nor Hisham Mohammad berkata, insiden itu terjadi karena adanya kerusakan pada komponen baterai yang kemudian menyebabkan hubungan listrik arus pendek alias korsleting.

    “Hasil investigasi dengan produsen mobil dan tim ahli kami menemukan bahwa kebakaran tersebut tidak disebabkan oleh catu daya atau stasiun pengisian daya. Melainkan karena kerusakan yang sudah ada sebelumnya di dalam kapsul baterai, yang menyebabkan korsleting antarsel,” kata Nor Hisham.

    Ada juga kebakaran kapal kargo di tengah laut yang membawa lebih dari 3.000 mobil dari China, beberapa di antaranya mobil listrik. Kapal tersebut terbakar selama berminggu-minggu dan akhirnya tenggelam. Laporan awal menyebutkan asap besar terlihat dari dek yang memuat kendaraan listrik. Seluruhnya disebut sebagai unit baru.

    Di Amerika Serikat, tepatnya di Pine Level, Carolina Utara, juga pernah ada kejadian kebakaran mobil listrik Tesla Model Y yang sulit dipadamkan. Departemen Pemadam Kebakaran Pine Level memerlukan waktu sejam dan 36 ribu galon berisi air untuk menuntaskan misi pemadaman tersebut. Padahal, untuk mematikan api di mobil konvensional, pemadam hanya perlu 300 sampai 1.000 galon air. Departemen Pemadam Kebakaran Pine Level juga menegaskan, kendaraan elektrik yang terbakar di suhu 2.500 derajat celcius, apinya berpotensi muncul lagi beberapa jam setelah dipadamkan.

    Meskipun kasus ini jarang terjadi, hal ini patut menjadi perhatian bagi semua produsen mobil untuk bersiap menghadapi insiden semacam itu dan mempertimbangkan buat memperkenalkan perlindungan tambahan untuk memperingatkan pengguna.

    Penanganan Kebakaran Mobil Listrik

    Untuk menangani kebakaran mobil listrik dengan baterai litium, dibutuhkan fire blanket khusus kendaraan listrik yang mampu menahan suhu tinggi. Ada juga teknik pemadaman menggunakan cairan AF31 Lithium Fire Killer (LFK) yang efektif menghentikan reaksi berantai pada baterai, sesuai standar keselamatan internasional.

    Fire blanket khusus untuk mengatasi kebakaran mobil listrik Foto: Pool

    Diberitakan detikOto sebelumnya, APAR konvensional saja tidak mempan untuk memadamkan api yang dikeluarkan dari baterai litium. Soalnya APAR konvensional biasanya dibuat berbahan dasar bubuk.

    Disarankan para pemilik kendaraan listrik menyediakan APAR yang mengandung water based chemical dan mengandung senyawa Potassium yang mampu memadamkan api dari baterai litium yang memiliki temperatur lebih dari 1.200 derajat celcius.

    “Karena APAR jenis powder based didesain untuk memadamkan api dengan temperatur 600 derajat celcius ke bawah. Sedangkan api pada baterai lithium memiliki temperatur dari 1.200 derajat celcius,” kata Willy Hadiwijaya selaku CEO PT FAST waktu itu.

    (rgr/dry)