Transportasi: mobil listrik

  • Segini Kekayaan Ridwan Kamil vs Atalia Praratya, Siapa Lebih Tajir?

    Segini Kekayaan Ridwan Kamil vs Atalia Praratya, Siapa Lebih Tajir?

    Jakarta, Beritasatu.com – Perbincangan mengenai Ridwan Kamil dan Atalia Praratya belakangan kembali mengemuka seiring kabar gugatan cerai yang didaftarkan di Pengadilan Agama Bandung.

    Di balik dinamika rumah tangga yang kini memasuki proses hukum, publik juga menaruh minat besar pada gambaran kekayaan masing-masing tokoh.

    Wajar saja, keduanya dikenal memiliki rekam jejak panjang di ruang publik, baik dalam pemerintahan maupun aktivitas profesional dan sosial.

    Kabar gugatan cerai antara Ridwan Kamil dan Atalia Praratya dikonfirmasi langsung oleh Pengadilan Agama (PA) Bandung. Panitera PA Bandung Dede Supriadi, menyampaikan bahwa perkara tersebut telah resmi terdaftar dan kini berada pada tahap awal proses persidangan. Pernyataan ini disampaikan di Bandung pada Senin (15/12/2025).

    Menurut penjelasan pengadilan, gugatan cerai diajukan oleh Atalia Praratya melalui kuasa hukum yang ditunjuk. Sidang perdana pun dijadwalkan akan digelar dalam waktu dekat.

    Seiring bergulirnya proses hukum tersebut, perhatian publik tak hanya tertuju pada aspek rumah tangga, tetapi juga pada persoalan pembagian dan gambaran harta kekayaan kedua belah pihak.

    Lantas, berapa sebenarnya kekayaan Ridwan Kamil dan Atalia Praratya ini? Mengutip dari laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) KPK pada Selasa (16/12/2025), berikut ulasannya:

    Harta Kekayaan Ridwan Kamil

    Selama menjabat sebagai gubernur Jawa Barat dalam kurun waktu lima tahun, Ridwan Kamil tercatat mengalami peningkatan kekayaan yang cukup signifikan.

    Berdasarkan LHKPN tahun 2022, total harta yang dilaporkannya mencapai Rp 23,76 miliar. Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar Rp 8,7 miliar atau setara 57% dibandingkan laporan awal tahun 2018 yang berada pada kisaran Rp 15,05 miliar.

    Jika ditelusuri lebih jauh, porsi terbesar kekayaan Ridwan Kamil berasal dari aset properti berupa tanah dan bangunan. Nilainya mencapai Rp 19,44 miliar.

    Aset tersebut merupakan gabungan dari hasil kepemilikan pribadi dan hibah, dengan lokasi tersebar di sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta Selatan, hingga Gianyar, Bali. Meski demikian, sebagian besar properti tercatat berada di wilayah Bandung, Jawa Barat.

    Selain properti, mantan Wali Kota Bandung ini juga melaporkan kepemilikan alat transportasi dan mesin dengan total nilai Rp 488,70 juta.

    Rinciannya meliputi sebuah mobil Hyundai senilai Rp 351 juta, sepeda motor Royal Enfield Classic seharga Rp 80 juta, Honda Beat senilai Rp 8,7 juta, Kawasaki dengan nilai Rp 24,70 juta, serta Honda CBR yang ditaksir Rp 24,30 juta.

    Ridwan Kamil juga mencatat harta bergerak lainnya senilai Rp 429,08 juta. Di luar itu, terdapat kepemilikan surat berharga dengan nilai Rp 720 juta. Untuk aset likuid, kas dan setara kas yang dimilikinya mencapai Rp 6,94 miliar. Ia turut melaporkan kategori harta lainnya sebesar Rp 213,29 juta.

    Pada sisi kewajiban, Ridwan Kamil masih memiliki utang sebesar Rp 3,47 miliar. Meski demikian, jumlah tersebut menunjukkan penurunan sekitar Rp 1,8 miliar dibandingkan posisi utang pada tahun 2018 yang sempat mencapai Rp 5,29 miliar.

    Harta Kekayaan Atalia Praratya

    Sementara itu, berdasarkan LHKPN, Atalia Praratya tercatat memiliki total kekayaan sebesar Rp 26,5 miliar. Nilai tersebut mencakup berbagai jenis aset, mulai dari tanah dan bangunan, alat transportasi, hingga kas dan surat berharga.

    Aset terbesar Atalia Praratya berasal dari kepemilikan tanah dan bangunan dengan nilai total Rp 19,56 miliar. Properti ini tersebar di beberapa lokasi, terutama di Kota Bandung dan Gianyar.

    Sebagian besar merupakan hasil perolehan sendiri, sementara sebagian lainnya berasal dari hibah yang telah dilengkapi akta resmi.

    Di antara aset tersebut terdapat tanah seluas 1.585 meter persegi di Kota Bandung dengan nilai lebih dari Rp 6,58 miliar.

    Selain itu, terdapat pula sejumlah bidang tanah dan bangunan lain dengan luasan dan nilai yang bervariasi, termasuk properti dengan luas bangunan mencapai 825 meter persegi yang nilainya ditaksir sekitar Rp 6,55 miliar.

    Tidak sedikit pula aset hibah berupa tanah dengan luasan ratusan hingga ribuan meter persegi yang turut memperkaya portofolio properti Atalia Praratya.

    Untuk kategori alat transportasi dan mesin, total nilai yang dilaporkan mencapai Rp 1.838.700.000. Aset ini meliputi mobil Hyundai keluaran 2017, sepeda motor Royal Enfield, Honda Beat, Kawasaki W175, Honda CBR, mobil listrik Wuling tahun 2022, Vespa matic, hingga mobil Hyundai Ioniq 6 tahun 2023 dengan nilai lebih dari Rp 1,1 miliar.

    Selain itu, Atalia Praratya juga memiliki harta bergerak lainnya senilai Rp 678,518 juta. Kepemilikan surat berharga tercatat sebesar Rp 720 juta.

    Untuk aset kas dan setara kas, jumlahnya mencapai Rp 8,61 miliar, yang menunjukkan likuiditas keuangan cukup kuat. Ia juga melaporkan kategori harta lainnya senilai Rp 157,065 juta.

    Namun demikian, Atalia Praratya juga memiliki kewajiban berupa utang sebesar Rp 5,07 miliar yang turut diperhitungkan dalam total kekayaan bersihnya.

    Siapa Lebih Tajir?

    Jika membandingkan total kekayaan yang dilaporkan, Atalia Praratya tercatat memiliki nilai harta yang lebih besar dibandingkan Ridwan Kamil. Dengan total kekayaan sekitar Rp 26,5 miliar, Atalia unggul sekitar Rp 2,7 miliar dari Ridwan Kamil yang melaporkan harta sebesar Rp 23,76 miliar.

    Perbedaan ini terutama terlihat pada jumlah kas dan setara kas, serta akumulasi aset properti yang dimiliki masing-masing. Meski Ridwan Kamil memiliki nilai properti yang sangat dominan, Atalia Praratya mencatat aset likuid yang lebih tinggi serta jumlah total kekayaan yang sedikit lebih besar, meskipun juga dibarengi kewajiban utang yang relatif tinggi.

    Berdasarkan data resmi LHKPN, perbandingan kekayaan menunjukkan bahwa Atalia Praratya memiliki total harta yang lebih besar dibandingkan Ridwan Kamil, meski selisihnya tidak terlalu jauh. Keduanya sama-sama memiliki portofolio aset yang kuat, baik dalam bentuk properti, kendaraan, maupun kas.

  • Insentif Mobil Listrik Tidak Diperpanjang, Bakal Dialihkan Buat Mobil Nasional

    Insentif Mobil Listrik Tidak Diperpanjang, Bakal Dialihkan Buat Mobil Nasional

    Jakarta

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan, tidak akan memperpanjang insentif kendaraan listrik pada 2026. Apa alasannya?

    Airlangga mengatakan langkah untuk tidak memperpanjang insentif agar menghidupkan industri otomotif dalam negeri. Di sisi lain, pemberian insentif untuk produsen mobil listrik punya tujuan yang jelas. Insentif itu sekaligus menjadi pancingan agar para pabrikan mau berinvestasi di dalam negeri.

    Selain itu, Airlangga membocorkan tidak diperpanjangnya insentif kendaraan listrik pada 2026, karena pemerintah tengah fokus untuk melahirkan mobil nasional.

    “Anggaran insentif mobil listrik mau dialihkan ke mana? Anggarannya tentu kita punya perencanaan mobil nasional (fokus pada mobil nasional-Red), sehingga kita bisa belajar sebetulnya dari VinFast,” kata Airlangga saat ditemui saat peresmian pabrik VinFast di Subang, Jawa Barat.

    “Sedang dalam proses,” Airlangga menegaskan.

    PT Teknologi Militer Indonesia (TMI) memperkenalkan sebuah konsep mobil listrik yang diprakarsai dan didesain langsung oleh talenta-talenta terbaik bangsa Indonesia di ajang GIIAS 2025, Jumat (25/7/2025). Foto: Grandyos Zafna

    Airlangga pun mengatakan, bagi pabrikan otomotif yang sudah merasakan insentif kendaraan listrik dari pemerintah kini sudah waktunya menjawab janji mereka untuk membangun pabrik di Indonesia.

    “Pemerintah sudah memberikan berbagai insentif, jadi mereka tinggal buat (mendirikan pabrik),” kata Airlangga.

    “Existing, dan VinFast bisa melakukan kedua-duanya (investasi dan membuat pabrik). Jadi yang lain (produsen mobil listrik lainnya), yang belum punya pabrik tapi menikmati insentif harus ikut seperti VinFast ini,” tegas Airlangga.

    (lth/dry)

  • Dirakit di Subang, Harga Mobil VinFast Bakal Turun?

    Dirakit di Subang, Harga Mobil VinFast Bakal Turun?

    Jakarta

    Pabrik VinFast di Subang, Jawa Barat, resmi beroperasi. Pabrik ini memiliki kapasitas terpasang 50 ribu unit per tahun. Sudah dirakit lokal, apakah nantinya harga mobil listrik VinFast bakal turun?

    “Pabrik ini selesai dalam waktu 17 bulan. Total lahannya 171 hektare, tapi untuk saat ini belum semuanya dikembangkan. Pengembangan dilakukan bertahap, terdiri beberapa fase. Fase satu ini yang kami kembangkan kurang lebih 9-10 hektare,” ungkap CEO VinFast Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto di lokasi peresmian pabrik, Subang, Senin (15/12/2025).

    Buat pembangunan pabrik tahap pertama ini, Kariyanto mengatakan VinFast telah mengucurkan dana sekitar 300 juta USD atau sekitar Rp 4,8 triliun. Model-model yang akan dirakit meliputi VF3, VF5, VF6, VF7, dan MPV listrik 7-seater, Limo Green.

    Dijelaskan Kariyanto, mobil VinFast rakitan lokal ini siap dikirim ke konsumen mulai Januari 2026. Soal harga, Kariyanto memastikan tidak ada penurunan, sebab sejak pertama VinFast datang ke Indonesia, mereka sudah menjual unit mobil listrik dengan skema insentif dari pemerintah Indonesia.

    “Dalam hal harga, unit yang kita sudah jual saat ini meski (impor) CBU sudah dapat insentif dari pemerintah. Jadi secara harga, tidak ada perbedaan meski CBU maupun CKD (lokal), karena CBU-nya sendiri sudah dapat insentif. Jadi tidak serta-merta, karena sudah CKD, ada perubahan harga dan sebagainya,” bilang Kariyanto.

    Dan pabrik VinFast yang dibangun saat ini masih dalam tahap pertama atau fase 1. Nanti VinFast Indonesia akan mengembangkan pabrik ke fase 2 dan fase 3, hingga pabrik tersebut bakal memiliki kapasitas terpasang hingga 350 ribu unit per tahun.

    (lua/dry)

  • Insentif Bikin Harga Mobil Listrik di RI Murah, Jadi Ada yang Rp 150 Juta!

    Insentif Bikin Harga Mobil Listrik di RI Murah, Jadi Ada yang Rp 150 Juta!

    Jakarta

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan tidak akan memperpanjang insentif mobil listrik pada 2026. Menurut Airlangga, sudah tak perlu lagi ada insentif yang diberikan di sektor otomotif. Sebab, meski insentif disetop, industri otomotif RI akan tetap berputar.

    “Justru dengan berhenti (Insentif kendaraan listrik tidak diperpanjang), semuanya pada jalan (para pelaku industri akan membangun industri di dalam negeri-Red),” ucap Airlangga Hartarto, saat ditemui dalam peresmian pabrik VinFast di Subang, Jawa Barat, pada 15 Desember 2025.

    “Stimulus itu diberikan supaya mereka bangun pabrik. Sekarang setelah mereka bangun pabrik, maka struktur biaya masuknya lebih rendah,” Airlangga menambahkan.

    Airlangga juga mengatakan, langkah pemerintah untuk memberi insentif kendaraan listrik di Tanah Air, juga berhasil memberikan stimulus kepada masyarakat atas kepemilikan kendaraan listrik. Sebab, harga jual mobil listrik jadi lebih murah.

    Ilustrasi – VinFast, merek kendaraan listrik Vietnam di bawah Vingroup, menghadirkan dua model baru pada ajang Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2025 di ICE BSD City, Jumat (21/11/2025). Foto: Andhika Prasetia/detikcom

    “Nah makanya kan ada mobil yang harganya Rp 152 juta. Nah sebelum kebijakan ini, nggak ada mobil yang harganya di bawah Rp 200 juta (setelah pemerintah memberikan insentif kendaraan listrik-Red).

    Sebagai catatan, diketahui hingga akhir 2025 ada beberapa insentif yang berlaku di industri otomotif, salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 10% untuk kendaraan listrik.

    Pemerintah memberikan insentif PPN DTP 10% atas mobil listrik melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025. Kendaraan listrik produksi lokal dengan TKDN tertentu berhak mendapatkan PPN DTP. Jadi, PPN yang ditanggung pembeli lebih kecil. Syaratnya, mobil listrik tersebut harus diproduksi lokal dan punya TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) minimal 40%. Ada juga insentif PPnBM yang diberikan untuk mobil listrik dan mobil hybrid. Kalau mobil listrik dikenai tarif PPnBM 0 persen, sedangkan mobil hybrid 3 persen pajaknya ditanggung pemerintah.

    (lth/dry)

  • Dirakit di Subang, Harga Mobil VinFast Bakal Turun?

    Pabrik Sudah Berdiri, VinFast Bakal Gelontorkan Lagi Investasi Rp 17 Triliun di RI

    Jakarta

    VinFast menepati janji mereka untuk bisa ikut membangun industri otomotif Tanah Air dengan meresmikan pabrik di Subang. Langkah ini disambut baik oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto yang menyebut pabrik VinFast itu mampu memaksimalkan kapasitas produksi hingga 50 ribu unit.

    Tak cuma itu, VinFast juga sudah menggelontorkan investasi senilai 300 juta USD. Kendati demikian, VinFast akan tetap memenuhi komitmen mereka untuk berinvestasi hingga 1 miliar USD di Indonesia.

    “Di second phase (investasi tahap kedua), rencananya investasi lagi 1 miliar dolar atau Rp 17 triliun dengan kapasitas pabrik dari 50 ribu menjadi 350 ribu. Jadi pemerintah mengapresiasi bahwa setelah fasilitas PPnBM, import duty, dan yang lain, nah ini pabrik daripada VinFast berdiri di Indonesia,” ujar Airlangga dalam pembukaan peresmian pabrik VinFast di Subang, Jawa Barat, 15 Desember 2025.

    Langkah VinFast ini, Airlangga menilai berkat market Indonesia yang berpotensial untuk terus tumbuh.

    “Dan tentu VinFast melihat domestic market Indonesia yang kuat yang bisa lahan untuk 1 juta otomotif dan electric vehicle baru kurang dari 100 ribu,” Airlangga menambahkan.

    Airlangga juga menyampaikan rasa takjub dirinya, akan strategi VinFast di Indonesia. Terutama dalam memperbanyak kendaraan listrik VinFast di Indonesia.

    “Apa-lagi bisnis modelnya VinFast juga belum pernah dilakukan oleh yang lain, di mana pembeli itu tidak beli baterai, tapi sewa baterai. Nah itu perubahan mind,” Airlangga menambahkan.

    Ilustrasi Pabrik mobil listrik VinFast di Vietnam Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    VinFast memang sudah menjanjikan akan meresmikan pabrik mereka di Subang pada akhir Desember 2025 dan memulai produksi pada Maret 2026.

    “Jadi pabrik kami saat ini sudah 95%. Kita akan technical trial di Desember 2025. Tahun depan kita mulai test istilahnya regional production itu di Maret tahun 2026,” ujar CEO VinFast Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto dalam acara detikcom Leaders Forum di Jakarta.

    Pabrik VinFast di Subang Jawa Barat Foto: dok. Istimewa/Kurniawan

    Kariyanto menjelaskan, pada tahap awal, pabrik VinFast di Subang yang berdiri di atas lahan seluas 120 hektare itu akan merakit beberapa model mobil listrik andalan VinFast. “Dan tentu harapannya makin ke depan, teknologi akan semakin ditingkatkan, pada suatu saat bisa menjadi juga based production,” sambung Kariyanto.

    Sebagai informasi, pabrik VinFast di Subang dibangun sejak pertengahan tahun 2024 lalu. Kapasitas pabrik VinFast di Indonesia mencapai 50 ribu unit per tahun dengan target penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.000 hingga 3.000 orang.

    Fasilitas pabrik VinFast di Subang ini akan mencakup beberapa area produksi utama, seperti Body Shop, General Assembly Shop, Paint Shop, area pengujian, dan masih banyak lainnya.

    Adapun model mobil listrik pertama yang akan diproduksi di sini adalah mobil listrik mungil VF 3. Dan nantinya, bakal terus ditambah model-model mobil listrik VinFast lainnya.

    Setelah sukses di negara asalnya, VinFast memang gencar melakukan ekspansi ke berbagai negara. Selain Indonesia, VinFast juga telah membangun pabrik di India. Tak hanya itu, VinFast juga bakal membangun pabrik mobil listrik di salah satu negara dengan pasar otomotif terbesar dunia, yaitu Amerika Serikat.

    (lth/dry)

  • Mobil Listrik Vietnam Jadi Penyumbang Investasi Terbesar

    Mobil Listrik Vietnam Jadi Penyumbang Investasi Terbesar

    Subang, Beritasatu.com – Produsen kendaraan listrik asal Vietnam, VinFast, resmi mengoperasikan fasilitas manufaktur terbarunya di Desa Padaasih, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin (15/12/2025).

    Peresmian ini menjadi tonggak penting ekspansi global VinFast sekaligus menegaskan komitmen perusahaan dalam membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

    Pabrik yang berdiri di atas lahan seluas 170 hektare tersebut merupakan fasilitas produksi pertama VinFast di Asia Tenggara dan yang kedua di luar Vietnam. Dengan beroperasinya pabrik di Subang, VinFast kini memiliki empat fasilitas manufaktur aktif di berbagai negara.

    Peresmian pabrik turut dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto. Ia menilai investasi VinFast sejalan dengan agenda pemerintah dalam mempercepat transisi energi serta pengembangan industri kendaraan listrik nasional.

    “Sesuai namanya, VinFast, pembangunan pabrik ini memang sangat cepat. Tidak semua manufaktur mampu melakukannya,” ujar Airlangga.

    Airlangga berharap VinFast dapat terus meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dengan melibatkan pelaku industri lokal agar manfaat ekonomi dapat dirasakan lebih luas.

    Ia juga menyampaikan VinFast berkomitmen menambah investasi hingga US$ 1 miliar untuk meningkatkan kapasitas produksi. Dari kapasitas awal sekitar 50.000 unit per tahun, VinFast menargetkan ekspansi hingga 350.000 unit.

    Menurut Airlangga, pemberian stimulus pemerintah bertujuan mendorong pembangunan pabrik di dalam negeri. Dengan berdirinya fasilitas produksi, biaya struktur dapat ditekan sehingga harga kendaraan menjadi lebih terjangkau.

    “Karena ada kebijakan ini, kini ada mobil dengan harga di bawah Rp 200 juta. Sebelum kebijakan tersebut, belum ada mobil yang harganya di bawah Rp 200 juta,” pungkasnya.

    Pabrik VinFast Subang dirancang untuk memproduksi kendaraan listrik berbasis baterai dengan teknologi efisiensi tinggi serta standar ramah lingkungan. Selain memenuhi kebutuhan pasar domestik, fasilitas ini juga diproyeksikan menjadi pusat ekspor ke negara-negara Asia Tenggara dan kawasan sekitarnya.

  • Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Dibangun dalam 17 Bulan

    Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Dibangun dalam 17 Bulan

    Jakarta

    Pabrik VinFast di Subang, Jawa Barat, resmi beroperasi. Pabrik ini akan digunakan buat merakit mobil-mobil listrik besutan VinFast. Menariknya, pabrik yang berdiri di lahan seluas 171 hektare tersebut dibangun dalam waktu cukup singkat, hanya 17 bulan.

    “Pabrik ini selesai dalam 17 bulan. Total lahannya 171 hektare, tapi saat ini belum semuanya dikembangkan. Pengembangan dilakukan bertahap, terdiri dari beberapa fase. Fase satu ini yang kami kembangkan kurang lebih 9-10 hektare,” ungkap CEO VinFast Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto di lokasi peresmian pabrik, Subang, Senin (15/12/2025).

    Untuk pembangunan pabrik tahap pertama ini, Kariyanto mengatakan VinFast telah mengucurkan dana sekitar 300 juta USD atau kurang lebih Rp 4,8 triliun. “Fase satu ini menyerap tenaga kerja kurang lebih 900 kurang. Kemudian kapasitas terpasang di fase ini adalah 50.000 unit per tahun. Itu kapasitas terpasang. Kalau produksinya akan di level berapa, tentu akan menyesuaikan kebutuhan pasar,” tambah Kariyanto.

    VinFast pun berkomitmen untuk terus mengembangkan pabriknya ini ke fase selanjutnya. Total komitmen hingga selesai seluruh lahan ini terutilisasi mencapai angka sekitar Rp 16 triliun.

    “Kemudian secara penyerapan tenaga kerja jika fase 1, 2, dan 3 kelar, sampai 5.000-15.000 tenaga kerja. Tentu ini menyesuaikan tingkat kebutuhan dari pabrik itu sendiri.
    Jika keseluruhan fase telah dikembangkan untuk produksi mobil bisa meningkat kapasitasnya dari 50.000 hingga menjadi 350.000 unit per tahun,” tambah Kariyanto.

    “Secara penyerapan tenaga kerja tentu kita prioritaskan lokal baik dari masyarakat Subang pada khususnya dan warga Jawa Barat pada umumnya dan tentunya tujuan kami melakukan transfer teknologi kepada masyarakat sekitar,” terangnya.

    Model kendaraan yang akan dirakit pada pabrik tahap pertama ini meliputi VF3, VF5, VF6, VF7, dan tentunya MPV Limo Green yang akan dikembangkan karena merek asal Vietnam itu sadar betul potensi MPV yang sangat besar di Indonesia.

    “Selain merakit kendaraan roda empat, fasilitas ini nantinya juga akan merakit atau memproduksi E-Scooter. Itu yang akan kita perkenalkan pada periode berikutnya,” kata Kariyanto.

    (lua/dry)

  • Ini Daftar Mobil yang Bikin Malaysia Jadi Calon ‘Raja Baru’ di ASEAN

    Ini Daftar Mobil yang Bikin Malaysia Jadi Calon ‘Raja Baru’ di ASEAN

    Jakarta

    Penjualan mobil di Malaysia selama Januari-November 2025 telah mencapai 720 ribuan unit atau unggul 10 ribuan unit dari Indonesia. Bukan tak mungkin, Tanah Malaya menjadi ‘raja baru’ di ASEAN tahun ini.

    Disitat dari laman data.gov.my, Senin (15/12), penjualan mobil di Malaysia selama November 2025 saja mencapai 77 ribuan unit. Padahal, untuk periode yang sama, Indonesia hanya tembus 74 ribuan unit.

    Secara umum, penjualan mobil di Malaysia masih didominasi mobil bensin dengan catatan 65 ribuan unit, kemudian mobil diesel 4 ribuan unit, mobil listrik 5 ribuan unit dan hybrid 2 ribuan unit.

    Foto: Perodua

    Di Malaysia, mobil ‘buatan’ lokal masih menjadi primadona konsumen setempat. Pada November 2025, Perodua Bezza menjadi kendaraan terlaris dengan penjualan 9 ribuan unit, kemudian disusul Perodua Axia dengan 7 ribuan unit dan Proton Saga dengan 6 ribuan unit.

    Menariknya, dari tujuh mobil terlaris di Malaysia, enamnya disumbang produk buatan Perodua. Sementara brand Jepang hanya menempatkan dua wakil, yakni Toyota Vios dan Honda City di daftar 10 besar produk terlaris di sana.

    Hingga sekarang, Malaysia belum mengubah target penjualannya pada 2025, yakni masih 800 ribu unit. Sedangkan Indonesia baru menurunkan angka dari yang semula 900 ribu unit, menjadi hanya 780 ribu unit. Jika melihat tren dan pergerakkan pasar, Malaysia berpeluang menjadi ‘raja baru’ di ASEAN.

    Berikut Mobil Terlaris di Malaysia

    1. Perodua Bezza

    Oktober: 9.990 unitNovember: 9.073 unit

    2. Perodua Axia

    Oktober: 7.668 unitNovember: 7.558 unit

    3. Proton Saga

    Oktober: 7.852 unitNovember: 6.571 unit

    4. Perodua Myvi

    Oktober: 6.978 unitNovember: 5.795 unit

    5. Perodua Ativa

    Oktober: 2.795 unitNovember: 4.606 unit

    6. Perodua Alza

    Oktober: 4.998 unitNovember: 4.343 unit

    7. Toyota Vios

    Oktober: 2.793 unitNovember: 2.651 unit

    8. Honda City

    Oktober: 2.425 unitNovember: 2.290 unit

    9. Perodua Aruz

    Oktober: 1.687 unitNovember: 2.264 unit

    10. Proton X50

    Oktober: 2.693 unitNovember: 2.123 unit.

    (sfn/dry)

  • Bos BYD Berharap Penjualan Mobil Listrik di Indonesia Bisa Naik 2 Kali Lipat

    Bos BYD Berharap Penjualan Mobil Listrik di Indonesia Bisa Naik 2 Kali Lipat

    Jakarta

    Bos BYD terkesan dengan pertumbuhan pasar mobil listrik di Indonesia yang begitu cepat. Tahun ini, pasar mobil listrik di Indonesia sudah menembus dua digit alias 12%. Harapannya, tahun depan penjualan mobil listrik di Indonesia bisa meningkat lagi, jadi 25%, atau meningkat dua kali lipat.

    “Perkembangan EV di Indonesia sangat luar biasa dan membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan perkembangan pasar mobil listrik tercepat di kawasan,” ujar Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao dalam acara media gathering di Bogor belum lama ini.

    Eagle memang sangat terkesan dengan pertumbuhan penjualan mobil listrik di Indonesia. Kata Eagle, dengan dukungan insentif dari pemerintah, banderol mobil listrik jadi terjangkau, sehingga banyak konsumen yang mampu membeli kendaraan tanpa emisi tersebut. Eagle pun membandingkannya dengan pasar di negaranya, China.

    “Bayangkan dari 2% ke 12% hanya perlu dua tahun, padahal di pasar China sendiri kami butuh setidaknya 8 tahun buat mencapai itu. Maka, kita apresiasi pasar domestik (Indonesia) karena dukungan pemerintah dan teman-teman semua kita dapat mencapai ini,” terang Eagle.

    Dari 12% market share mobil listrik saat ini, sebanyak 25% tersebar di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Kata Eagle, setiap 5 mobil di Jabodetabek, 1 mobil merupakan BEV (mobil listrik full baterai).

    Secara akumulatif, BYD Indonesia telah menjual sebanyak 47.300 unit dari Januari sampai November 2025. BYD Indonesia juga memecahkan rekor penjualan beberapa bulan terakhir sebanyak 10 ribu unit per bulan. BYD juga mengklaim menguasai lebih dari 57% market share mobil listrik full baterai di Indonesia.

    Lebih dari itu, BYD kini juga merangsek ke papan atas sebagai salah satu merek mobil terlaris di Indonesia. Bahkan, penjualan BYD bisa mengungguli merek-merek Jepang seperti Mitsubishi, Suzuki, dan Honda. Eagle juga berharap pasar mobil listrik secara umum bisa naik dua kali lipat di tahun depan, meski belum ada kejelasan insentif.

    “12% adalah pencapaian untuk tahun ini. Kami berharap pasar mobil listrik bisa mencapai 25% di tahun depan,” tambahnya lagi.

    “Pada 2026, tentunya kami membutuhkan dukungan lebih lanjut dari pemerintah terkait perpanjangan insentif untuk EV (mobil listrik),” terang Eagle.

    (lua/dry)

  • LCGC Diserbu Mobil Listrik Murah, Daihatsu Bilang Begini

    LCGC Diserbu Mobil Listrik Murah, Daihatsu Bilang Begini

    Jakarta

    Mobil listrik di bawah Rp 200 juta kian masif di pasar otomotif Indonesia. Namun, di tengah gempuran model-model bertenaga baterai ini, Daihatsu masih optimistis segmen Low Cost Green Car (LCGC) tetap menjadi raja di hati para pembeli mobil pertama.

    Umumnya, profil konsumen yang baru pertama kali memiliki mobil memiliki pertimbangan yang sangat spesifik dan didasarkan pada perhitungan yang matang, terutama soal biaya jangka panjang.

    Marketing and Customer Relations Division Head PT Astra International Tbk. Daihatsu Sales Operation, Tri Mulyono, mengungkapkan keputusan membeli mobil pertama didominasi oleh beberapa faktor kunci.

    “Pembeli mobil pertama itu ketika membeli mobil itu pasti akan mempertimbangkan dengan harga, value kendaraannya seperti apa. Lalu perawatan kendaraannya bagaimana,” ujar Tri Mulyono.

    Model LCGC berujung pada satu kesimpulan: biaya yang terjangkau. Bukan hanya harga beli awal, tetapi juga biaya operasional harian. Kekhawatiran soal perawatan dan ketersediaan suku cadang juga menjadi fokus utama.

    “Lalu juga berikutnya kaitan dengan perawatan kendaraan. Apakah mudah untuk mendapatkan jaringan after sales-nya,” tambahnya.

    Daihatsu memiliki jaringan bengkel yang luas dan mudah dijangkau. Hal ini menjadi nilai plus yang sulit disaingi oleh model-model baru.

    Terakhir, soal resale value. Faktor ini bahkan sudah dipikirkan konsumen Indonesia jauh-jauh hari sebelum membeli mobil.

    “Dan yang berikutnya yang juga menjadi pertimbangan terakhir adalah after sales-nya bagaimana. After sales dalam arti adalah resale value-nya bagaimana. Untuk konsumen pembeli mobil pertama ini menjadi sangat dominan. Belum beli sudah memikirkan menjual segala macam,” tegas Tri.

    Dengan profil konsumen yang sangat sensitif terhadap biaya dan resale value ini, Tri Mulyono meyakini segmen LCGC masih kokoh. Namun, Daihatsu tidak menutup mata terhadap fenomena mobil listrik murah.

    “Dengan profil customer yang seperti ini, kami masih meyakini bahwa untuk di segmen pembeli mobil pertama masih cukup kuat dengan profil yang seperti ini. Sehingga tentunya dengan maraknya tadi mobil yang dengan berteknologi yang sudah lebih advance, dengan harganya yang terjangkau,” papar Tri.

    Meski demikian, Daihatsu akan terus memonitor apakah ada pergeseran (shifting) pola pikir dari konsumen ini. Hal ini karena ada satu variabel penting yang belum bisa dibuktikan oleh mobil-mobil teknologi advance, – termasuk mobil listrik murah) saat ini, yaitu nilai jual kembali.

    “Karena kalau berbicara yang mudah resale value ini kan tidak bisa diidentifikasi dari sekarang. Pasti nanti mungkin setahun dua tahun baru bisa baru asumsinya ini terbukti atau tidak. Jadi memang menurut saya ini pasti proses yang pasti akan kita monitor bersama,” tutup Tri Mulyono.

    Dulu, ada belasan ribu mobil LCGC yang terdistribusi secara wholesales, kini hanya sekitar 8.000-an unit per bulannya. Misalnya pada periode November 2025, total penjualan lima model mobil LCGC itu hanya mencapai 8.879 unit. Jumlahnya turun tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang menyentuh 8.945 unit.

    Pengamat Otomotif senior dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung, Yannes Pasaribu mengungkap mobil listrik di bawah Rp 200 juta seperti Atto 1 memang hadir dengan desain yang lebih segar nan futuristik. Di segmen mobil listrik, dengan harga di bawah Rp 200 juta, jarak tempuhnya juga sudah lumayan jauh.

    “Keunggulan fitur ini bisa menarik konsumen muda yang awalnya ingin membeli LCGC karena dana terbatas khususnya bagi mereka yang mencari value for money,” kata Yannes beberapa waktu lalu.

    Meski begitu, segmen LCGC tak serta merta langsung menghilang. Menurut Yannes, LCGC justru bakalan jadi primadona di daerah-daerah seiring dengan adanya pergeseran tren tersebut.

    “Sehingga bagi konsumen yang butuh mobil siap pakai tanpa ketergantungan pengisian serta mereka yang memikirkan resale value,” terang Yannes.

    (riar/dry)