Transportasi: mobil listrik

  • VinFast Hadirkan Mobil Listrik Terjangkau dengan Sistem Baterai Fleksibel

    VinFast Hadirkan Mobil Listrik Terjangkau dengan Sistem Baterai Fleksibel

    Jakarta

    VinFast, pabrikan otomotif asal Vietnam yang saat ini tengah merambah pasar global, berhasil mencuri perhatian dengan inovasi berani dalam industri mobil listrik. Melalui sistem kepemilikan baterai berlangganan, VinFast menawarkan cara baru bagi konsumen untuk memiliki kendaraan listrik tanpa terbebani oleh biaya baterai yang biasanya menjadi komponen paling mahal.

    Sistem ini telah membawa angin segar bagi pasar otomotif, terutama di wilayah yang sedang gencar mendukung penggunaan kendaraan rendah emisi, seperti Indonesia.

    Inovasi Baterai Berlangganan: Solusi Cerdas dan Terjangkau untuk Konsumen

    Salah satu hal yang sering menjadi hambatan bagi calon pengguna mobil listrik adalah harga baterai, yang bisa mencapai 30-40% dari total harga kendaraan. Dengan menyediakan opsi berlangganan, VinFast berupaya memecahkan masalah ini dan memberi konsumen solusi yang lebih fleksibel dan terjangkau.

    Alih-alih membayar penuh untuk kepemilikan baterai, konsumen cukup berlangganan dengan biaya bulanan atau tahunan, yang memungkinkan mereka menggunakan baterai tanpa memikirkan biaya penggantian atau perawatan.

    Fleksibilitas Baterai Tanpa Beban Biaya Besar

    Sistem ini memberikan keleluasaan kepada pemilik mobil listrik VinFast untuk mengganti baterai saat diperlukan, baik karena kapasitasnya menurun ataupun seiring perkembangan teknologi. Ketika ada inovasi baru atau pembaruan baterai dengan teknologi lebih maju, konsumen dapat melakukan penggantian tanpa beban biaya besar yang biasanya dibebankan untuk membeli baterai baru. Hal ini menjadikan pengalaman kepemilikan kendaraan listrik lebih mudah dan menguntungkan dalam jangka panjang.

    Dampak Baterai Berlangganan bagi Pasar Indonesia

    Indonesia, dengan populasi besar dan kebijakan transisi ke kendaraan listrik, menjadi salah satu negara yang sangat potensial bagi VinFast. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah meningkatkan investasi dan membangun infrastruktur kendaraan listrik, seperti pengembangan stasiun pengisian daya di kota-kota besar. Langkah ini sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai netralitas karbon.

    Namun, transisi ini masih menghadapi beberapa tantangan, terutama terkait dengan harga mobil listrik yang masih tinggi. Oleh karena itu, inovasi dari VinFast dapat menjadi solusi untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Dengan adanya opsi berlangganan baterai, harga kendaraan menjadi lebih terjangkau, sehingga mampu menjangkau masyarakat yang lebih luas.

    Kehadiran VinFast dengan model bisnisnya yang revolusioner diharapkan dapat membuka jalan bagi merek-merek otomotif lain untuk menawarkan opsi serupa, menciptakan kompetisi yang sehat dan mendorong percepatan penggunaan kendaraan listrik.

    Foto: Dok. VinFast

    Komitmen VinFast untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

    Inovasi baterai berlangganan ini bukan sekadar strategi bisnis, tetapi juga wujud dari komitmen VinFast terhadap keberlanjutan lingkungan. Kendaraan listrik dikenal sebagai solusi lebih ramah lingkungan karena mampu mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar fosil. Dengan menghadirkan produk yang ramah lingkungan dan terjangkau, VinFast mengambil peran penting dalam transisi menuju lingkungan yang lebih bersih.

    Tidak hanya menawarkan kendaraan listrik yang lebih mudah dijangkau, VinFast juga terus berinovasi dalam hal teknologi dan keberlanjutan. Salah satu contohnya adalah fokus mereka pada bahan daur ulang dan teknologi produksi yang lebih efisien untuk mengurangi jejak karbon di setiap tahap produksi kendaraan. Dengan pendekatan ini, VinFast menunjukkan komitmennya untuk menjadi pelopor kendaraan listrik yang tidak hanya inovatif, tetapi juga peduli terhadap lingkungan.

    Masa Depan VinFast dan Revolusi Mobil Listrik

    Dengan semua inovasi yang ditawarkan, VinFast siap memimpin revolusi mobil listrik di Indonesia dan kawasan lainnya. Inovasi baterai berlangganan hanyalah salah satu dari banyak upaya VinFast untuk mendekatkan kendaraan listrik ke masyarakat. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya beralih ke kendaraan ramah lingkungan, VinFast siap menjadi pilihan utama bagi konsumen yang mencari kendaraan yang ekonomis, efisien, dan fleksibel.

    Ke depannya, VinFast berencana untuk terus mengembangkan teknologi baru yang dapat meningkatkan pengalaman berkendara serta memberikan nilai tambah bagi konsumen. Dengan visi jangka panjang untuk mendukung keberlanjutan, VinFast tidak hanya berusaha menjadi produsen kendaraan listrik, tetapi juga agen perubahan dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi generasi mendatang.

    VinFast telah membuka jalan bagi solusi inovatif dalam kepemilikan mobil listrik di Indonesia. Pertanyaannya, seberapa cepat kita dapat beralih ke era kendaraan listrik dengan dukungan inovasi seperti ini? Waktu akan membuktikan, namun VinFast telah membuktikan bahwa masa depan mobil listrik lebih dekat dan lebih terjangkau dari yang kita bayangkan.

    (akn/ega)

  • Neta Dikabarkan Stop Produksi Mobil dan Potong Gaji Karyawan di China

    Neta Dikabarkan Stop Produksi Mobil dan Potong Gaji Karyawan di China

    Jakarta

    Neta dikabarkan menyetop produksi mobilnya di China. Tak cuma itu, gaji karyawan juga dipotong.

    Produsen mobil listrik asal China Neta yang berada di bawah naungan Hozon Auto dilaporkan menghentikan produksinya di pabrik Zhejiang. Gaji karyawan juga ikut dipangkas imbas dari penurunan penjualan di Negeri Tirai Bambu tersebut.

    Diberitakan Car News China, Neta sejatinya masih terhitung sebagai pendatang baru. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2018 oleh Hozon Auto. Neta diposisikan untuk memproduksi mobil listrik dengan harga terjangkau seperti Neta V. Lewat strategi itu, Neta rupanya sukses melampaui produsen mobl lain sekelas Li Auto, Nio, dan Xpeng pada tahun 2022. Kala itu volume penjualannya mencapai lebih dari 150.000 unit mobil.

    Neta kemudian memutuskan untuk naik ke segmen yang lebih tinggi lagi. Diketahui saat ini di China ada enam model yang terdiri dari Neta V-II, Neta X, Neta GT, Neta L, Neta S, dan Neta S Hunting.

    Entah cara yang ditempuh sudah tepat atau justru sebaliknya. Pasalnya, volume penjualan Neta justru terpantau terus menurun. Untuk tahun ini, tepatnya pada Januari-September 2024, Neta baru mengirimkan 53.583 unit mobilnya atau kurang dari 30 persen dari total penjualan tahunan. Sementara untuk penjualan bulan Oktober belum diungkap. Padahal sebelumnya Neta kerap mengumumkan penjualan pada hari pertama bulan berikutnya.

    Berdasarkan informasi dari sumber di industri kendaraan energi terbarukan China, Neta mengirimkan 4.500 unit mobil pada Oktober. Angka ini merosot 40 persen dibandingkan periode sebelumnya. Ada beberapa hal yang disinyalir jadi penyebab merosotnya pengiriman Neta itu. Neta memang dikabarkan tengah mengalami masalah dengan pengiriman Neta S Hunting wagon. Hal itu diketahui dari banyaknya komentar pada akun Weibo CEO Neta Zhang Yong.

    Menurut sumber lainnya, masalah pengiriman itu terkendala karena ada aksesori yang hilang. Di sisi lain, model Neta lainnya juga menunjukkan penurunan penjualan. Media DoNews juga menyebutkan bahwa pabrik Neta di Tongxiang, Zhejiang, menghentikan produksi selama setengah bulan. Pabrik ini merupakan pabrik utama Neta dengan kapasitas produksi sebanyak 200.000 unit. Pabrik ini utamanya memproduksi Neta L.

    Neta juga dilaporkan memotong gaji karyawannya. Pada Oktober, karyawan Neta mengungkap perusahaan gagal membayar gaji bulan sebelumnya tepat waktu karena berutang kepada pemasok. Pada saat yang sama, gaji karyawan di level atas dipotong hingga 30 persen. Neta pada 31 Oktober sempat mengeluarkan pernyataan resmi soal rencana pemberian insentif ekuitas untuk seluruh karyawan. Perusahaan akan mengambil sekitar lima persen saham sebagai insentif bagi karyawan. Rencana soal gaji baru ini dimumumkan di kalangan internal.

    Perusahaan induk Neta, Hozon Auto juga tercatat mengalami kerugian sejak 2021 hingga 2023. Semula kerugiannya ditaksir sebesar Rp 4,84 miliar, namun pada tahun 2023 kerugian meningkat menjadi Rp 6,87 miliar.

    (dry/din)

  • Banyak yang Takut, Ramal Trump Menang Tanda Malapetaka Umat Manusia

    Banyak yang Takut, Ramal Trump Menang Tanda Malapetaka Umat Manusia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Donald Trump terpilih kembali jadi Presiden Amerika Serikat. Namun, hal tersebut membuat banyak ilmuwan iklim khawatir.

    Ketidakpedulian Trump terhadap malapetaka perubahan iklim bisa membahayakan masa depan Planet Bumi dan umat manusia di dalanya. Dalam beberapa kesempatan Trump tak segan menyebut perubahan iklim adalah hoax dan salah satu penipuan terbesar sepanjang masa.

    Ia juga berencana menghapus pengeluaran energi bersih, menghapuskan insentif yang ia sebut “gila” bagi orang AS untuk mengendarai mobil listrik.

    Rencana tersebut akan dilakukan selama periode empat tahun Trump menjabat sehingga waktu tersebut merupakan dekade penting bagi para ilmuwan.

    Dalam masa tersebut, ahli menyatakan AS dan dunia harus memangkas polusi yang memanaskan planet hingga setengahnya untuk menghindari kerusakan iklim yang membawa bencana.

    Saat ini, penghasil emisi utama seperti AS sangat tertinggal dalam komitmen untuk memangkas emisi yang cukup untuk menghindari kenaikan suhu global sebesar 1,5 derajat Celcius di atas era pra-industri.

    Dengan pemanasan rata-rata hanya lebih dari 1 derajat Celcius sejauh ini, dunia telah mengalami gelombang panas yang memecahkan rekor, kebakaran hutan, badai dahsyat, punahnya satwa liar dan ancaman lainnya.

    “Kita harus menghentikan penggunaan bahan bakar fosil secepat mungkin,” kata Michael Mann, seorang ilmuwan iklim di Universitas Pennsylvania. “Sulit untuk melihat hal itu terjadi jika Trump menang,” imbuhnya.

    Jadi saat nanti memimpin, AS bisa saja kembali keluar dari perjanjian iklim Paris dan tidak mematuhi rencana PBB untuk menangani krisis iklim yang dinilai makin parah.

    Para analis memperkirakan kedua langkah tersebut melemahkan pengaruh AS dalam perundingan iklim PBB, membatasi tindakan negara itu sendiri terhadap perubahan iklim, dan mengurangi tekanan pada penghasil gas rumah kaca besar lainnya seperti China untuk menyerahkan rencana iklim yang ambisius kepada PBB tahun depan.

    Ini berarti negara dengan emisi terbesar kedua di dunia tidak perlu lagi menyerahkan rencana aksi iklim nasional kepada PBB setiap lima tahun.

    Namun, karena semua negara diharapkan menerbitkan rencana terbarunya tahun depan sebelum AS di bawah kepemimpinan Trump, Washington tetap diharapkan untuk menyerahkannya.

    (dem/dem)

  • Sepi Peminat, Hyundai Tak Berencana Suntik Mati Ioniq 6 di Indonesia

    Sepi Peminat, Hyundai Tak Berencana Suntik Mati Ioniq 6 di Indonesia

    Jakarta

    Hyundai Ioniq 6 tidak begitu laris di segmen mobil listrik Tanah Air. Pasar mobil sedan di Indonesia memang tak sebesar model lain. Apalagi Ioniq 6 menyasar kalangan atas dengan banderolan di atas Rp 1 miliar.

    Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) wholesales September 2024, Ioniq 6 hanya laku 8 unit. Secara total dari Januari-September, mobil itu terdistribusi sebanyak 39 unit.

    Di segmen yang sama, BYD justru unggul. BYD Seal menempati urutan empat dalam daftar mobil listrik terlaris selama September 2024. Mobil ini sama-sama mengisi segmen sedan listrik.

    “Ioniq 6 belum ada rencana untuk menghentikan,” kata Chief Marketing Officer Hyundai Motors Indonesia, Budi Nur Mukmin di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (6/11).

    “Kita berbicara pasar sedan di level premium, memang tidak sebesar kategori Ioniq 5 di pasar SUV yang sekarang ini mungkin sekitar 30 persenan segmen otomotif di Indonesia dikuasai SUV,” tambahnya lagi.

    Meski sama-sama sedan listrik, namun harga Ioniq 6 dan BYD Seal sangat berbeda. Jika BYD Seal hanya Rp 600-700 jutaan, sementara Hyundai Ioniq 6 tembus Rp 1,2 miliar.

    Chief Operating Officer HMID Fransiscus Soerjopranoto mengungkapkan Ioniq 6 menyasar segmen menengah atas. Di sisi lain menjual mobil listrik di atas Rp 1 miliar punya pendekatan berbeda dibandingkan mobil listrik ‘murah’. Sebab, target market-nya sangat terbatas dan hanya menyentuh kalangan tertentu saja.

    “Ioniq 6 karena styling, dia enggak begitu besar penjualannya. Intinya, dia memenuhi segmen pasar tertentu yang ingin punya mobil EV dengan high performance, baik itu interior, eksterior ataupun teknologinya. Itu yang kita dapatkan di situ. Sehingga kita memperkenalkan namanya Ioniq 6,” jelas Frans.

    (riar/dry)

  • Genjot Penjualan Akhir Tahun, Beli Mobil Cuma DP Rp 16 Juta

    Genjot Penjualan Akhir Tahun, Beli Mobil Cuma DP Rp 16 Juta

    Jakarta

    Bukan rahasia umum, banyak dari pabrikan otomotif bakal menggelar promo menarik pada akhir tahun. Seakan mencuri start, Wuling Motors ingin langsung menggoda pecinta otomotif dengan memberikan berbagai program menarik.

    Marketing Operation Director Wuling Motors, Ricky Christian dalam siaran resmi menyampaikan, melalui program promo Wuling Year End Sale, Wuling Motors ingin memberikan kesempatan kepada para konsumen yang ingin memiliki mobil Wuling impiannya dengan beragam promo yang dihadirkan.

    “Selain itu kami pun menjalankan strategi ‘jemput bola’ dengan mengadakan pameran di berbagai kota di Indonesia. Tidak hanya menampilkan lini produk namun juga menyediakan test drive dan promo berhadiah langsung saat pemesanan,” Ricky menambahkan.

    Melalui program “Year End Sale” (YES), Wuling menawarkan ragam penawaran mulai dari Worry-Free Bersama Wuling EV, Berani Lebih Bersama Wuling SUV, Lucky Dip, Voucher Belanja, DP Ringan, Gratis Asuransi sampai dengan total benefit senilai Rp 72 Juta untuk BinguoEV. Selain itu Wuling juga menggelar pameran di berbagai kota di sepanjang bulan November hingga awal bulan Desember mendatang.

    Menariknya, promo Wuling ‘YES’ ini menawarkan DP rendah mulai dari Rp16 Juta untuk pembelian model ICE. Bunga ringan 0% hingga 2 tahun yang berlaku pada model Almaz dan BinguoEV.

    Ilustrasi Wuling Motors Foto: dok. Wuling Motors

    Belum lagi gratis asuransi untuk pembelian Air ev dan BinguoEV Premium Range. Tersedia paket YES dengan total benefit hingga Rp 72 Juta untuk Wuling BinguoEV.

    Beralih ke promo untuk mobil listrik Wuling yakni promo ‘Worry-Free Bersama Wuling EV’. Promo ini berlaku bagi konsumen yang melakukan pembelian Wuling EV ABC Stories memperoleh Free Lifetime Core EV Component Warranty yakni garansi seumur hidup yang mencakup tiga komponen utama mobil listrik, Extensive Free Maintenance yakni gratis biaya jasa dan suku cadang hingga 15,5 tahun atau 155.000 km (mana yang lebih dahulu tercapai), gratis charging 7kW AC dan instalasi, dan khusus pembelian Air ev mendapatkan voucher listrik untuk 1 tahun senilai Rp2 Juta.

    Sedangkan untuk pembelian Wuling SUV yang terdiri dari Alvez dan New Almaz RS juga tersedia promo ‘Berani Lebih Bersama Wuling SUV’ yang terdiri dari 70% Resale Value Guarantee di tahun ketiga kepemilikan, gratis biaya jasa perawatan berkala 8 tahun atau 100.000 kilometer (mana yang lebih dahulu tercapai) dan garansi seumur hidup untuk komponen utama mobil hybrid.

    Jadwal Wuling Yes November-Desember 2024

    – Jakarta Mall Kota Kasablanka 6-10 November
    – Jakarta Mall Kelapa Gading 20-24 November
    – Bekasi Summarecon Mall Bekasi 20-24 November
    – Jakarta Puri Indah Mall 27 Nov -1 Desember
    – Bandung Trans Studio Mall Bandung 6-10 November
    – Medan Deli Park Mall 6-10 November
    – Manado Manado Town Square 13-17 November
    – Samarinda Big Mall 20-24 November
    – Semarang Pollux Mall 20-24 November
    – Palembang Palembang Icon Mall 4-8 Desember
    – Makassar Trans Studio Mall Makassar 4-8 Desember
    – Surabaya Pakuwon Mall Surabaya 4-8 Desember

    (lth/rgr)

  • Kalau Masih Begini, Manfaat Pengurangan Emisi Mobil Listrik di RI Takkan Terasa

    Kalau Masih Begini, Manfaat Pengurangan Emisi Mobil Listrik di RI Takkan Terasa

    Jakarta

    Pakar mewanti-wanti terkait transisi energi di Indonesia, termasuk dari sektor transportasi. Pemerintah memang gencar soal peralihan dari mobil bensin ke mobil listrik, namun sumber utama pembangkitnya juga perlu menjadi perhatian.

    “Penelitian ERIA yang kami lakukan (di) lembaga saya bekerja, menunjukkan kalau energi bauran, energi pembangkit masih seperti sekarang, jadi 60 persen masih batu bara, lalu EBT masih di bawah 20 persen, itu walaupun penjualan mobil listrik kita bisa mencapai 100 persen pun, pengurangan (gas rumah kacanya) masih di bawah satu persen,” ujar Dr. Alloysius Joko Purwanto, Energy Economist dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) saat berbincang bersama detikOto di Jakarta Selatan, beberapa waktu yang lalu.

    Manfaat mobil listrik untuk menurunkan emisi semakin sulit dicapai jika pembangkit energi yang dipakai berasal dari energi kotor, seperti PLTU batu bara, yang sedang terjadi di Indonesia.

    “Memang ada efeknya. Impor bensin berkurang, atau polusi udara di kota berkurang. Tapi CO2 secara total nyaris tidak efektif,” sambung Joko.

    Mobil hybrid terbukti bisa menyedot perhatian masyarakat Indonesia. Tapi pakar mewanti-wanti jangan terlena lama-lama demi mengejar target NZE 2060.

    Mobil hybrid itu bisa memangkas penggunaan konsumsi BBM. Emisi yang dikeluarkan juga lebih ramah lingkungan.

    “Hybrid electric vehicles lebih optimum dari carbon dioxide yang dikeluarkan dan juga konsumsi bahan bakar. Jadi nilai ekonomisnya terbentuk,” kata Guru Besar Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Deendarlianto dalam kesempatan yang sama.

    “Saran saya jangan sampai kita tidak punya target kapan berhentinya, kapan kita switch-nya. Karena jangan sampai transisi terus, akhirnya tidak pernah berubah,” jelas dia.

    Kenapa emisi hybrid bisa lebih baik dari mobil listrik untuk saat ini?

    Keunggulan mobil listrik bisa buat udara perkotaan yang bersih dari emisi gas buang. Namun sumber pembangkit listrik Indonesia mayoritas masih mengandalkan batu bara. Jika kondisinya demikian, mobil hybrid berfungsi untuk jadi transisi menuju kendaraan ramah lingkungan, meskipun di satu sisi hybrid juga sudah jauh lebih unggul dari mobil internal combustion engine.

    “Kalau dari studi kami sendiri, pertama kami melihat HEV ini punya potensi yang besar untuk mengurangi gas rumah kaca dan konsumsi. Kalau bauran pembangkit listrik kita seperti saat ini (60 persen masih batu bara). HEV ini lebih bersih dibandingkan listrik yang full (battery). Itu lebih bersih,” jelas Joko.

    “Karena istilahnya emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan listrik itu terutama di pembangkit begitu besar.”

    “HEV konsumsi bahan baker lebih efisien dibandingkan ICE. Itu potensinya besar untuk mengurangi GRK (Gas Rumah Kaca) dan konsumsi energi. Kalau kita 2040 sampai 2060 bauran kita (masih) 60 persen batu bara, EBT kita masih di bawah 20 persen, mendingan HEV saja daripada BEV. Hybrid saja daripada mobil listrik yang full EV,” kata Joko.

    Joko menambahkan ekonomi Indonesia masih tergantung dengan pembangkit batu bara karena harganya paling murah.

    “Masih menempatkan prioritaskan ekonomi di atas tujuan iklim,” kata Joko.

    “Masih kurang mengubah tantangan itu menjadi peluang. Dampaknya apa? Salah satunya adalah penetrasi mobil listrik jadi kurang efisien dalam mengurangi gas emisi rumah kaca,” jelasnya lagi.

    Pemerintah menargetkan produksi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) pada tahun 2030 sebesar 600 ribu unit untuk roda empat atau lebih dan 2,45 juta unit untuk roda dua.

    Dengan target tersebut diharapkan akan mampu mengurangi emisi CO2 sebesar 2,7 juta ton untuk roda empat dan lebih dan sebesar 1,1 juta ton untuk roda dua.

    Indonesia memiliki potensi sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang besar. Jumlahnya mencapai 3,6 terawatt (TW) yang sebagian besar berasal dari tenaga surya 3,3 TW.

    Plt Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman Parada Hutajulu mengungkap jumlah EBT yang sudah dimanfaatkan Indonesia belum mencapai 1%.

    “Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah lebih dari 3,6 TW, yang sebagian besar berasal dari energi matahari yaitu 3,3 TW namun baru dapat dimanfaatkan kurang dari 1%,” ucap Jisman di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Selasa (5/3/2024).

    Bauran energi di Indonesia masih didominasi energi fosil yang berasal dari minyak, gas, dan batu bara. Padahal, pemerintah sudah menargetkan bauran EBT mencapai 23% pada 2025.

    (riar/rgr)

  • Mobil Listrik Maxus Mifa 7 dan 9 Mendarat di Indonesia, Berapa Harganya?

    Mobil Listrik Maxus Mifa 7 dan 9 Mendarat di Indonesia, Berapa Harganya?

    Jakarta

    Maxus Mifa 7 dan 9 resmi mendarat di Indonesia, Kamis (7/11). Meski sudah dikenalkan, namun dua MPV listrik tersebut belum benar-benar diluncurkan. Lantas, berapa bocoran harganya?

    Yudhy Tan selaku Chief Operating Officer (COO) Maxus Indonesia mengatakan, Maxus Mifa 7 dan 9 secara resmi akan meluncur di pameran Gaikindo Jakarta Auto Week atau GJAW 2024. Konsumen bisa melakukan pemesanan unit di acara tersebut.

    “Kedua mobil listrik ini akan meluncur secara resmi di GJAW 2024 akhir bulan ini. Tapi kami memberikan kesempatan ke teman-teman media sebagai pihak pertama yang melihat unitnya,” ujar Yudhy Tan saat pengenalan produk di Menteng, Jakarta Selatan, Kamis (7/11).

    Maxus Mifa 7 dan 9. Foto: Septian Farhan Nurhuda / detikOto

    Ini merupakan kali pertama Maxus Mifa 7 menampakkan wajahnya di Indonesia. Sementara Maxus Mifa 9 sempat muncul di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2023. Namun, unit yang muncul di Indonesia hari ini merupakan model terbaru.

    Maxus Mifa 9 kemungkinan besar akan dibanderol Rp 1,1 miliar dengan status on the road Jakarta. Sedangkan Maxus Mifa 7 masih rahasia dan belum ada bocoran. Kedua kendaraan ramah lingkungan tersebut sama-sama berstatus impor utuh atau completely built up (CBU) dari China.

    “Tapi dalam waktu dekat kami berencana merakit lokal unitnya di pabrik Purwakarta, Jawa Barat,” kata Yudy.

    Maxus Mifa 7 dan 9. Foto: Septian Farhan Nurhuda / detikOto

    Disitat dari laman resmi Maxus, Maxus Mifa 9 punya nilai keamanan ENCAP bintang lima. Kendaraan listrik tersebut menggunakan baterai 90 kWh dengan jarak tempuh 435 km dalam kondisi penuh. Sementara lama pengecasan dari 30 ke 80 persen hanya 30 menit dengan fitur fast charger.

    Teknologi yang tertanam di dalamnya cukup lengkap, misalnya seperti kursi captain seat dengan fitur pijat, pengecasan nirkabel, layar hiburan sentuh berukuran 12,3 inch, pengeras suara buatan JBL, driver assistance, tujuh airbags, kamera 360 dan masih banyak lagi.

    Sementara Maxus Mifa 7 diposisikan sebagai adik kandung Mifa 9. Kendaraan tersebut juga punya nilai keamanan ENCAP bintang lima. Baterainya sama dengan Mifa 9, yakni 90 kWh. Namun, ukurannya yang lebih mungil membuat jarak tempuh kendaraan lebih jauh, yakni 480 km!

    Mifa 7 juga menggunakan kursi model captain seat. Hanya saja, tak ada fitur pijat seperti kakak kandungnya. Meski demikian, hal tersebut tak mengurangi tingkat kenyamanannya.

    Kendaraan itu sudah dibekali panel instrumen yang dibuat terhubung dengan layar hiburan, punya delapan pengeras suara premium, driver assistance, kamera 360 dan masih banyak lagi.

    (sfn/rgr)

  • Hyundai Santa Fe Hybrid Belum Pakai Baterai Rakitan Lokal, Apa Alasannya?

    Hyundai Santa Fe Hybrid Belum Pakai Baterai Rakitan Lokal, Apa Alasannya?

    Jakarta

    Hyundai Santa Fe menjadi produk pertama elektrifikasi jenis hybrid Hyundai di Indonesia. Kendati sudah dirakit secara lokal, namun baterainya masih diimpor utuh dari Korea Selatan.

    Hyundai sudah memiliki ekosistem yang lengkap di Indonesia, termasuk industri baterai. Seperti diketahui PT HLI Green Power merupakan perusahaan joint venture antara Hyundai Motor Company, LG Energy Solution, dan PT Indonesia Battery Corporation (IBC).

    PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power berdiri di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7/2024). Hyundai Kona Electric jadi mobil listrik pertama yang menggunakan baterai produksi PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power.

    Hyundai Santa Fe Hybrid belum menggunakan baterai buatan lokal.

    “Belum, untuk yang hybrid kita masih impor dari Korea (Selatan),” kata Tony Hadiyanto, Head of Parts Department Hyundai Motors Indonesia.

    Lebih lanjut dijelaskan Fransiscus Soerjopranoto sebagai Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia, potensi penggunaan baterai buatan lokal untuk Hyundai Santa Fe terbuka lebar. Namun semua ini diputuskan oleh prinsipal, Hyundai Motor Corporation.

    “Kalau keputusan lokalisasi CKD itu HMMI akan memutuskan biasanya dalam waktu satu tahun mereka akan studi dalam volume tertentu,” kata Frans.

    “Waktu Chairman datang meresmikan pabrik baterai di Karawang. Kami diberikan arahan berhak untuk memperkenalkan local supplier, jadi bukan joint partner antara misalnya perusahaan asing dengan lokal tapi betul-betul local partner,” jelas dia.

    Diketahui pabrik sel baterai itu beroperasi di atas lahan seluas 330.000 meter persegi dengan dana investasi fase pertama mencapai USD 1,2 miliar. Fasilitas ini bisa menghasilkan sel baterai lithium-ion dengan total kapasitas 10 GWh per tahun untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 150.000 unit Battery Electric Vehicle (BEV).

    Secara umum, All New Hyundai Santa Fe tersedia dalam dua opsi mesin. Pertama, ada mesin bensin 2.497 cc bersilinder empat dengan muntahan tenaga 194 PS dan torsi 246 kgm. Sementara transmisinya otomatis delapan-percepatan.

    Kedua, ada mesin turbo hybrid berkapasitas 1.598 cc bersilinder empat yang jika dikombinasikan dengan motor listrik mampu menghasilkan tenaga 235 PS. Sedangkan transimisinya otomatis enam-percepatan. Untuk opsi hybrid menggunakan baterai berkapasitas 1,49 kWh (Li-Ion).

    (riar/rgr)

  • Kalau Masih Begini, Manfaat Pengurangan Emisi Mobil Listrik di RI Takkan Terasa

    Mobil Listrik Bukan Satu-satunya Solusi, Banyak Jalan Menuju Dekarbonisasi

    Jakarta

    Mobil listrik bukan menjadi satu-satunya solusi untuk menekan emisi karbon atau dekarbonisasi. Upaya dekarbonisasi ternyata juga bisa dilakukan melalui mobil-mobil mesin konvensional (ICE) zaman sekarang yang rendah emisi.

    “Secara global saat ini hampir semua sepakat bahwa teknologi otomotif ramah lingkungan tak semata mobil listrik. Ini tergantung dari masing-masing negara. Norwegia yang listriknya dikatakan hampir 100 persen hijau, karena menggunakan pembangkit tenaga air (hydro power), bisa benar-benar ramah lingkungan,” ungkap penulis buku ‘Multi-pathway for Car Electrification’, Cyrillus Harinowo, dalam keterangannya.

    Mobil LCGC Toyota Calya Foto: Dok. Toyota Astra Motor

    Namun sebaliknya bagi Indonesia, justru kondisi saat ini menyajikan banyak pilihan yang sesuai. “Saya awalnya tidak aware dan dogmatis, pokoknya mobil listrik adalah mobil yang ramah lingkungan. Namun akhirnya menjadi paham bahwa mobil LCGC bisa menjadi ramah lingkungan dibandingkan mobil listrik yang ada. Begitu pula mobil hybrid dan mobil flexy,” sambung Cyrillus.

    Di sisi lain, kata Cyrillus, mobil listrik full baterai atau BEV tak sepenuhnya ‘ramah lingkungan’. Ini lantaran sumber energi yang digunakan untuk mengisi daya listrik dihasilkan dari sistem pembangkit yang tak ramah lingkungan.

    “Kalau kita bicara mengenai penggunaan BEV (mobil listrik) saat ini, mobil listriknya mungkin zero emission. Namun ketika ingin men-charging baterainya, bauran energi dari sumber listriknya 80 persen berasal dari pembangkit listrik yang digerakkan bahan bakar fosil (fossil fuel). Berarti mobil listrik itu sebetulnya masih mengeluarkan emisi karbon 87 persen,” jelas Cyrillus lagi.

    Toyota Yaris Cross Hybrid Foto: 20detik

    Maka dari itu, penerapan paradigma bahwa mobil listrik bukan satu-satunya solusi dekarbonisasi, menurut Cyrillus semakin mendesak, sebab Indonesia dihadapkan dengan target Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030 sebelum beranjak mencapai visi NZE di 2060.

    “Kalau kita bicara mengenai NDC 2030, kembali lagi berkaitan dengan pembangkit energinya, itu tinggal lima hingga enam tahun lagi. Jadi dari situ sebetulnya mobil non-listrik yang ramah lingkungan masih menjadi pilihan yang harusnya preferable untuk pencapaian NDC 2030, karena bisa 50 persen carbon free, tetapi gagasan ini seperti melawan arus,” sambung Cyrillus yang menulis buku tersebut bersama Ika Maya Sari Khaidir.

    “Pada kenyataannya, upaya dekarbonisasi sektor otomotif memang serempak dilakukan secara global. Hanya saja, transisi menuju mobil listrik memang tak mudah, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Infrastruktur pengisian baterai masih terbatas, sementara tuntutan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca semakin meningkat,” kata dia lagi.

    Sebagai respons, banyak produsen mobil global, termasuk yang beroperasi di Indonesia, mulai mengembangkan Hybrid Electric Vehicle (HEV) dan juga Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) sebagai langkah awal sebelum beralih sepenuhnya ke mobil listrik, hingga mesin fleksibel. Langkah ini dianggap sebagai solusi dari stagnasi dekarbonisasi jika selalu mengandalkan penetrasi mobil listrik. Terlebih dengan perang dagang sengit antara Barat versus China yang memicu pengembangan multiteknologi.

    (lua/rgr)

  • Karyawan Tesla Naik Gaji Saat Banyak Perusahaan PHK, Bikin Iri!

    Karyawan Tesla Naik Gaji Saat Banyak Perusahaan PHK, Bikin Iri!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tesla mengumumkan menaikkan semua gaji karyawan mereka di pabrik Jerman. Kenaikan upah tersebut mencapai 4% dan sudah dilakukan sejak awal November.

    “Berita ini disambut baik tenaga kerja kami, khususnya saat banyak industri otomotif Jerman berbicara soal pemutusan hubungan kerja dan penutupan pabrik,” jelas direktur sumber daya manusia, Erik Demmler, dikutip dari Reuters, Rabu (6/11/2024).

    Sebenarnya Tesla juga telah memangkas karyawan. Ini dilakukan pada satu-satunya pabrik raksasanya di Eropa, Gruenheide.

    PHK dilakukan pada staf yang tidak memiliki status karyawan pasti. Tesla juga tidak memperpanjang kontrak pada sejumlah subkontraktor.

    Keputusan menaikkan gaji karyawan dilakukan tak lama setelah Tesla mengumumkan pemberian status pekerja tetap pada 500 karyawan sementara di Jerman. Pengumuman itu dilakukan bulan lalu dan terjadi pada 1 November 2024.

    Keputusan itu, Tesla mengatakan sebagai upaya penilaian optimis pada pengembangan produksi mobil listrik.

    Pada sebuah rapat, kepala dewan pekerja Michaela Schmitz meminta manajemen memangkas pekerja kontrak. Termasuk membuat lebih banyak staf menjadi pekerja tetap.

    Kondisi produsen mobil memang tengah mengkhawatirkan di Jerman. Raksasa Eropa Volkswagen diketahui melakukan upaya efisiensi pada perusahaannya.

    Upaya tersebut mencakup program pemotongan biaya. Salah satunya memotong 10% gaji para pekerjanya.

    (fab/fab)