Transportasi: mobil listrik

  • VinFast Bakal Rakit Motor Listrik di Pabrik Subang

    VinFast Bakal Rakit Motor Listrik di Pabrik Subang

    Jakarta

    Pabrik VinFast di Subang, Jawa Barat, resmi beroperasi. Selain untuk memproduksi mobil listrik, pabrik ini juga diproyeksikan untuk memproduksi motor listrik VinFast.

    “Selain merakit kendaraan roda empat, fasilitas ini juga akan merakit atau memproduksi e-Scooter. Itu yang akan kita perkenalkan pada periode berikutnya,” bilang CEO VinFast Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto di lokasi peresmian pabrik VinFast, Subang (15/12/2025).

    Sebagai informasi, pada pembangunan pabrik fase pertama ini VinFast telah mengucurkan dana sekitar 300 juta USD atau kurang lebih Rp 4,8 triliun. Di tahap ini, pabrik memiliki kapasitas produksi terpasang sebanyak 50 ribu unit per tahun.

    VinFast pun berkomitmen untuk terus mengembangkan pabriknya ini ke fase selanjutnya. Total komitmen hingga selesai seluruh lahan ini terutilisasi mencapai 1 juta USD, sekitar Rp 16 triliun.

    “Jika keseluruhan fase telah dikembangkan untuk produksi mobil, bisa meningkat kapasitasnya, dari 50 ribu hingga menjadi 350 ribu unit per tahun,” tambah Kariyanto.

    Adapun model kendaraan yang akan dirakit di pabrik tahap pertama ini meliputi VF3, VF5, VF6, VF7, dan tentunya MPV Limo Green yang akan dikembangkan karena merek asal Vietnam itu sadar betul potensi MPV yang sangat besar di Indonesia.

    Jika nantinya pabrik ini juga merakit motor listrik, maka ada beberapa opsi modelnya. Menilik situs VinFast Vietnam, merek yang didirikan oleh Vingroup ini memiliki merek motor listrik yang beragam. Dari segmen entry level ada model Motio, Evo Grand, lalu Evo200, Evo Neo, Evo200 Lite, dan Evo Lite Neo.

    Kemudian di segmen menengah ada model Feliz 2025, Feliz S, Feliz Neo, Klara S2, dan Klara Neo. Lanjut di versi atas terdapat model Theon S, Vento S, dan Vento Neo. Pihak VinFast mengatakan masih melakukan kajian untuk membawa model motor listrik apa saja yang kira-kira bakal sesuai pasar Indonesia.

    (lua/dry)

  • Dulu Mobil Hybrid Lebih Laris, Sekarang Mobil Listrik Meroket 113%!

    Dulu Mobil Hybrid Lebih Laris, Sekarang Mobil Listrik Meroket 113%!

    Jakarta

    Mobil hybrid electric vehicles (HEV) mengalami pertumbuhan penjualan dari tahun ke tahun. Di sisi lain, mobil listrik justru menunjukkan ledakan peminat yang lebih signifikan, kenaikannya menyentuh 113 persen!

    Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil hybrid sepanjang Januari-November menyentuh angka 57.311 unit dan mobil listrik tembus 82.525 unit.

    Menengok data lima tahun sebelumnya, penjualan mobil hybrid selalu lebih tinggi dari mobil listrik. Misalnya tahun 2020, mobil hybrid menjadi raja kecil segmen elektrifikasi. Pada tahun tersebut, mobil hybrid terdistribusi sebanyak 1.191 unit, mobil listrik cuma 125 unit.

    Kenaikan penjualan mobil listrik langsung signifikan pada 2022, tembus 10.327 unit. Meski begitu, mobil hybrid masih unggul tipis dengan torehan penjualan 10.344 unit.

    Angka penjualan mobil hybrid melonjak pada tahun 2023, totalnya menyentuh 54.179 unit. Munculnya produk-produk baru yang sangat populer di segmen pasar “gemuk” menjadi faktor utama penjualan mobil hybrid melonjak ketimbang tahun 2022.

    Dalam periode tahun yang sama, mobil listrik juga mengalami pertumbuhan, angkanya jadi 17.051 unit.

    Pertumbuhan mobil elektrifikasi makin menjanjikan pada tahun 2024. Mobil hybrid masih jadi yang terlaris dengan membukukan angka sebesar 59.903 unit. Sementara mobil listrik mengekor dengan angka 43.188 unit.

    Bagaimana penjualan Januari-November 2025? mobil hybrid mengalami pertumbuhan 5 persen jika dibandingkan tahun lalu, sekarang sudah menyentuh 57.311 unit. Tapi mobil listrik jauh lebih tinggi lagi, sebanyak 82.525 unit terdistribusi, atau naik 113 persen dibanding tahun lalu yang mencapai angka 38.677 unit.

    Penjualan Mobil Listrik vs Mobil Hybrid

    Berikut ini data wholesales penjualan mobil hybrid vs listrik dalam 5 tahun terakhir

    2020

    Hybrid: 1.191 unit
    Battery Electric Vehicles: 125 unit

    2021

    Hybrid: 2.472 unit
    Battery Electric Vehicles: 687 unit

    2022

    Hybrid: 10.344 unit
    Battery Electric Vehicles: 10.327

    2023

    Hybrid: 54.179 unit
    Battery Electric Vehicles: 17.051 unit

    2024

    Hybrid: 59.903 unit
    Battery Electric Vehicles: 43.188 unit

    2025 (Januari-November)

    Hybrid: 57.311 unit
    Battery Electric Vehicles: 82.525 unit

    (riar/dry)

  • GAC Kembangkan Baterai Solid State, Bikin Mobil Listrik Bisa Tempuh Jarak 1.000 Km

    GAC Kembangkan Baterai Solid State, Bikin Mobil Listrik Bisa Tempuh Jarak 1.000 Km

    Jakarta

    GAC Group (Guangzhou Automobile Group Co., Ltd.), sedang mengembangkan teknologi all-solid-state battery (ASSB) untuk kendaraan listrik (EV). Teknologi terbaru baterai ini bisa membuat mobil listrik melaju hingga jarak lebih dari 1.000 km dalam sekali pengecasan.

    Pengembangan teknologi ASSB oleh GAC yang menggantikan elektrolit cair dengan material padat yang lebih stabil merupakan lompatan besar dalam peningkatan keamanan, kepadatan energi, dan efisiensi kendaraan listrik di dunia. Hal ini juga didukung dengan pembangunan lini produksi ASSB berkapasitas besar pertama di Panyu, Guangzhou, China. Produksi saat ini tengah memasuki uji coba sel 60 Ah ke atas.

    Teknologi ini berpotensi langsung meningkatkan performa model-model mobil listrik GAC, termasuk memperpanjang jarak tempuh dari sekitar 500 km hingga lebih dari 1.000 km. Produksi massal yang ditargetkan mulai pada 2027 hingga 2030 ini menandai langkah menuju integrasi penuh ASSB dalam kendaraan GAC di masa depan.

    Tak hanya itu, lini produksi baru ini memanfaatkan teknologi manufaktur terkini, termasuk proses anoda kering yang menyederhanakan tahapan produksi menjadi alur terpadu. Pendekatan ini meningkatkan efisiensi dan konsistensi kualitas, sekaligus menunjukkan kesiapan GAC memproduksi sel baterai padat berkapasitas besar dalam skala industri.

    Dengan kepadatan energi yang berpotensi melampaui 400 Wh/kg atau hampir dua kali lipat baterai lithium-ion konvensional, ASSB menghadirkan peningkatan signifikan pada performa dan jarak tempuh. Stabilitas termal dan struktur sel yang lebih kokoh juga memastikan pengalaman berkendara yang lebih halus, aman, dan konsisten di berbagai kondisi.

    Pertumbuhan pesat pasar EV di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menjadikan ASSB sebagai elemen strategis dalam ekspansi GAC. Teknologi ini akan mulai diterapkan pada model-model baru, termasuk HYPTEC mulai 2026, guna menghadirkan EV berdaya jelajah panjang yang memenuhi kebutuhan konsumen Indonesia.

    Dengan keunggulan energi, jangkauan, dan kenyamanan berkendara, ASSB semakin memperkuat daya saing GAC sekaligus membuka peluang kolaborasi lokal dan riset jangka panjang untuk mendukung ekosistem EV nasional.

    “ASSB merupakan langkah besar menuju mobilitas yang lebih maju dan berkelanjutan. Dengan jelajah lebih panjang dan pengalaman berkendara yang premium, teknologi ini akan mempercepat adopsi EV di Indonesia. Didukung kehadiran fasilitas manufaktur GAC di Tanah Air, kami berkomitmen menghadirkan inovasi global sekaligus memperkuat industri otomotif nasional,” ujar Andry Ciu, CEO GAC Indonesia, dalam keterangan resminya.

    Saat ini, di Indonesia juga sudah tersedia beberapa line up dari GAC. Di antaranya, AION V sebagai model global yang sukses dengan pilihan jarak tempuh 505 km dan 602 km serta fitur in vehicle refrigerator dengan tiga mode pengaturan, mendinginkan, membekukan dan menghangatkan. Selanjutnya, AION Y Plus 410 km dan terjauh 490 km yang dibekali dengan LED DRL Angel Wings.

    Model baru AION UT juga hadir sebagai hatchback listrik dengan jarak tempuh 500 km atau paling jauh di kelasnya di Indonesia. Sementara untuk model premium hadir pada Hyptec HT dengan segudang fitur yang tidak ada di kelasnya hingga jarak tempuh lebih dari 600 kilometer dan filosofi private jet.

    (lua/dry)

  • Sudah Bisa Dipesan, Begini Spesifikasi SUV Gagah Seharga Rp 210 Jutaan

    Sudah Bisa Dipesan, Begini Spesifikasi SUV Gagah Seharga Rp 210 Jutaan

    Jakarta

    Produsen roda empat asal India, Tata Motors, resmi membuka pemesanan untuk SUV terbarunya, Tata Sierra. Nah, dengan banderolnya yang mulai dari Rp 210 jutaan, bagaimana spesifikasi kendaraan tersebut?

    Dilansir dari Gaadiwaadi, Rabu (17/12), Tata Sierra telah meluncur di India sejak bulan lalu. Namun, keran pemesanannya baru dibuka sekarang. Konsumen yang mau membelinya, cukup menyiapkan dana booking sebesar 21 ribu rupee atau Rp 3,8 jutaan.

    Di India, Tata Sierra tersedia dalam beberapa varian berbeda, yakni Pure, Smart dan Adventure. Sementara banderolnya mulai dari 11.49 lakh rupee atau sekira Rp 210,3 jutaan.

    Tata Sierra Foto: Doc. Tata Motors

    Nah, dengan harganya yang semurah itu, Tata Sierra diprediksi akan menjadi buruan konsumen setempat. Lantas, bagaimana spesifikasinya?

    Spesifikasi Tata Sierra

    Tata Sierra punya tampilan gagah dan futuristis. Bahkan, di bagian depan atau muka, kendaraan tersebut mengingatkan kita dengan mobil-mobil listrik yang belakangan ramai di Indonesia.

    Secara umum, Tata Sierra punya desain yang serba tajam dan mengotak. Detailnya diracang minimalis, namun tetap memikat mata. Meski demikian, tetap saja, ada detail minor yang auranya agak ke-India-India-an, terutama di area bumper depan.

    New Tata Sierra. Foto: Doc. Tata Motors

    Tata Sierra tersedia dalam dua opsi mesin, yakni bensin dan diesel. Mesin bensinnya berkapasitas 1,5 liter turbocharged dengan tenaga maksimum 160 PS dan torsi puncak 255 Nm.

    Sementara mesin dieselnya berkapasitas 1,5 liter dengan semburan tenaga 120 PS dan torsi hingga 280 Nm. Seluruhnya tersedia dalam pilihan transmisi DCT serta manual dan AT enam percepatan.

    Tata Sierra menggunakan platform ARGOS yang baru dan modular. Bahkan, saking tangguhnya, kendaraan gagah tersebut ditargetkan mendapat lima bintang dalam pengujian NCAP yang akan digelar sebentar lagi.

    Interior Tata Sierra benar-benar terlihat modern berkat penggunaan layar tiga panel, sistem audio buatan JBL dengan teknologi Dolby Atmos dan material jok serta dasbor yang memang dirancang kekinian. Kemudian ada ADAS Level 2 dengan 20 kamera 360 derajat, enam airbags, pengisian daya ponsel nirkabel dan masih banyak lagi.

    (sfn/dry)

  • Segini Penjualan Mobil Polytron, Unggul dari 6 Merek Ini

    Segini Penjualan Mobil Polytron, Unggul dari 6 Merek Ini

    Jakarta

    Polytron ikut meramaikan pasar mobil listrik Indonesia yang masih bertumbuh. Melirik data penjualan per November 2025, Polytron sudah bisa unggul di antara beberapa merek lainnya.

    Polytron baru menjual model G3 dan G3+. SUV itu merupakan kerja sama dengan perusahaan asal China Skyworth.

    Sejak Mei 2025, Polytron G3 dan G3+ menyapa masyarakat Indonesia. Distribusi wholesales (pabrik ke dealer) dilakukan per Juli 2025. Sepanjang tahun 2025 ini sudah sudah 286 unit mobil listrik Polytron terdistribusi.

    G3 menjadi varian yang paling banyak dibeli dengan capaian 170 unit, sisanya model G3+.

    Kendati demikian, capaian tersebut belum bisa membuat Polytron tembus 10 besar mobil listrik terlaris di Indonesia. Penjualan mobil listrik di Indonesia mengalami pertumbuhan. Data wholesales (distribusi pabrik ke dealer) menunjukkan sebanyak 82.525 unit mobil listrik terjual sepanjang Januari-November 2025 dari total penjualan 710.084 unit.

    BYD menjadi model yang paling populer di Indonesia dengan capaian 40.151 unit. Sementara sub brand mewahnya, Denza mendistribusikan sebanyak 7.176 unit. Posisi tiga besar ditutup oleh Chery dengan penjualan 7.065 unit.

    Jika dilihat secara bulanan, Polytron mendistribusikan 81 unit per November 2025, angka ini lebih tinggi dari merek lain yang juga menjual mobil listrik, antara lain Neta (61 unit), Toyota (5 unit), Mitsubishi (1 unit), Morris Garage (27 unit), Maxus (15 unit), dan VinFast (68 unit).

    Polytron merakit mobil listrik G3+ dan G3 di fasilitas milik PT Handal Indonesia Motor (HIM) di Purwakarta, Jawa Barat. Perakitan mobil listrik Polytron masih dalam tahap semi knocked down (SKD).

    Soal kemampuannya, dua varian itu memiliki jarak tempuh 402 kilometer (CLTC). Kecepatan tertingginya 150 km/jam. Di atas kertas dari titik nol ke 100 km per jam bisa berlari selama 9,6 detik.

    Polytron mengandalkan baterai Lithium Ferro Phospate (LFP) berkapasitas 51,916 kWh dan power 150 kW. Sementara torsinya 320 Nm, khas mobil listrik yang punya akselerasi instan.

    Menyoal harga, Polytron ini tersedia dalam opsi sewa baterai atau termasuk baterai. Berikut ini daftar harganya:

    Opsi berlangganan baterai

    Polytron G3 Rp 299 jutaPolytron G3+ Rp 339 jutaBiaya langganan baterai: Rp 1,2 juta.

    Opsi termasuk beli baterai:

    Polytron G3 Rp 419 jutaPolytron G3+ Rp 459 juta

    (riar/dry)

  • Harga Mepet Brio RS-Agya GR, Berapa Banyak Penjualan Jaecoo J5?

    Harga Mepet Brio RS-Agya GR, Berapa Banyak Penjualan Jaecoo J5?

    Jakarta

    Harga mobil listrik Jaecoo J5 mepet mobil hatchback Honda Brio RS dan Toyota Agya GR. Seberapa laris Jaecoo J5 sejak harganya diumumkan pada awal November 2025?

    Sebelum beranjak ke penjualan, strategi harga yang ditawarkan Jaecoo J5 hanya selisih tipis di antara varian tertinggi mobil-mobil hatchback terpopuler seperti Honda Brio RS dan Toyota Agya GR Sport. Konsumen bisa mendapatkan SUV listrik lima penumpang dengan harga setara hatchback bensin.

    Jaecoo J5 saat ini dibanderol mulai Rp 249,9 juta (tipe terendah). Sementara tipe tertingginya dibanderol Rp 299,9 juta.

    Sebagai pembanding, Honda Brio RS tipe termurah saat ini Rp 248,2 juta, dan tipe tertingginya Rp 258,2 juta. Sementara Agya GR termurah Rp 239,4 juta, termahalnya dibanderol Rp 265,3 juta.

    Kehadiran Jaecoo J5 EV dengan banderol harga yang ‘mengganggu’ segmen lain ini mengindikasikan bahwa teknologi mobil listrik kini sudah bisa menyentuh segmen harga yang sebelumnya dianggap mustahil.

    Jaecoo J5 EV, yang secara dimensi masuk kategori SUV, menawarkan tenaga yang jauh lebih besar (210 PS dan 288 Nm) dan klaim jarak tempuh hingga 461 km (WLTC), menjadikannya tawaran yang sulit diabaikan.

    Lantas bagaimana penjualannya?

    Dikutip dari laporan wholesales (distribusi pabrik ke dealer) Gaikindo, Jaecoo J5 sudah terdistribusi sebanyak 653 unit. Angka tersebut jumlah dari capaian Oktober dan November 2025.

    Jaecco pernah menyebut sejak pertama diumumkan pada awal November lalu, SUV listrik itu diklaim sudah dipesan 6.000 unit lebih.

    Pencapaian Jaecoo J5 belum sefenomenal kehadiran BYD Atto 1 yang bisa tembus di atas 8 ribu unit per bulan.

    Di sisi lain, pasar mobil listrik di Indonesia masih bertumbuh, data menunjukkan sebanyak 82.525 unit mobil listrik mengambil pangsa pasar sepanjang Januari-November 2025.

    Total penjualan wholesales selama 11 bulan ini mencapai 710.084 unit. Artinya pangsa pasar mobil listriknya sepanjang tahun ini sudah 11,62 persen.

    (riar/dry)

  • Mau Disetop, Ini Daftar Insentif yang Didapat Mobil Listrik di Indonesia

    Mau Disetop, Ini Daftar Insentif yang Didapat Mobil Listrik di Indonesia

    Jakarta

    Insentif untuk mobil listrik di RI bakal disetop. Berikut ini daftar insentif yang tengah dinikmati oleh sejumlah pabrikan mobil listrik di dalam negeri.

    Sinyal pemerintah tak melanjutkan insentif mobil listrik makin kuat. Baru-baru Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap bahwa insentif yang kini dinikmati sejumlah produsen itu tak bakal berlanjut pada tahun 2025. Kata Airlangga, anggaran yang tadinya diberikan untuk insentif mobil listrik itu bakal dialihkan buat pengembangan mobil nasional.

    “Anggaran insentif mobil listrik mau dialihkan ke mana? Anggarannya tentu kita punya perencanaan mobil nasional (fokus pada mobil nasional-Red), sehingga kita bisa belajar sebetulnya dari VinFast,” kata Airlangga.

    Daftar Insentif Mobil Listrik di Indonesia

    Untuk diketahui, saat ini mobil listrik memang menikmati sejumlah insentif yang diberikan ke pemerintah. Alhasil, harga jualnya pun jadi lebih murah dan bersaing dengan mobil bermesin konvensional. Pemberian insentif tersebut sebelumnya ditujukan untuk mendorong percepatan adopsi mobil listrik dalam negeri. Lalu apa saja insentif yang ada pada mobil listrik dan bakal disetop?

    1. Bebas PPnBM

    Pertama ada insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 135 Tahun 2024 tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterai Roda Empat Tertentu yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2025.

    Tertulis pada pasal 2 PMK No. 135 Tahun 2024, PPnBM yang terutang atas impor KBL Berbasis Baterai CBU Roda Empat tertentu oleh Pelaku Usaha ditanggung Pemerintah untuk tahun anggaran 2025. Selanjutnya, PPnBM yang terutang atas penyerahan KBL Berbasis Baterai Roda Empat tertentu yang diproduksi dari KBL Berbasis Baterai CKD Roda Empat oleh Pelaku Usaha ditanggung Pemerintah untuk tahun anggaran 2025. Kendaraan listrik yang mendapat fasilitas PPnBM Ditanggung Pemerintah tersebut merupakan kendaraan listrik roda empat yang telah memenuhi persyaratan yang diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang investasi dan suburusan pemerintahan hilirisasi yang merupakan lingkup urusan pemerintahan di bidang investasi. Kendaraan listrik yang memenuhi persyaratan itu merupakan KBL Berbasis Baterai Roda Empat yang tercantum dalam surat persetujuan pemanfaatan insentif yang diterbitkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang investasi dan suburusan pemerintahan hilirisasi yang merupakan lingkup urusan pemerintahan di bidang investasi.

    Lanjut pada pasal 3 PMK No. 135 Tahun 2024 menyatakan, PnBM atas impor mobil listrik CBU ditanggung Pemerintah sebesar 100 dari jumlah PPnBM yang terutang. Lalu, PPnBM atas penyerahan mobil listrik yang diproduksi CKD ditanggung pemerintah sebesar 100 persen.

    “PPnBM yang ditanggung Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diberikan untuk Masa Pajak Januari 2025 sampai dengan Masa Pajak Desember 2025,” demikian pasal 3 ayat (3) PMK No. 135 Tahun 2024.

    Adapun PPnBM ini berlaku untuk semua mobil listrik di Indonesia.

    2. PPN

    Selanjutnya ada insentif PPN sebesar 10 persen. Pemerintah memberikan insentif PPN DTP atas mobil listrik melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025. Kendaraan listrik produksi lokal dengan TKDN tertentu berhak mendapatkan PPN DTP. Jadi, PPN yang ditanggung pembeli lebih kecil.

    Insentif ini bisa dimanfaatkan sejumlah produsen yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Syaratnya, mobil listrik tersebut harus diproduksi lokal dan memiliki TKDN minimal 40 persen. Jika memenuhi syarat, mobil listrik itu hanya akan dikenakan PPN sebesar 2 persen dari normalnya 12 persen. Karena PPN 10 persennya akan ditanggung pemerintah. Alhasil berkat insentif PPN tersebut harga mobil listrik jadi lebih murah. Insentif ini sudah dirasakan beberapa produsen seperti Chery, Hyundai, Wuling, MG, dan Neta.

    3. Bea Masuk 0 Persen

    Pemerintah juga memberikan karpet merah berupa bea masuk 0 persen kepada sejumlah produsen mobil listrik yang melakukan importasi CBU. Harusnya kalau normal, mobil yang didatangkan dengan skema importasi CBU akan dikenai tarif bea masuk 50 persen. Tapi berkat insentif, maka tarifnya dibebaskan. Kendati demikian, produsen yang ingin mendapatkan fasilitas tersebut, maka harus melakukan komitmen produksi 1:1 dengan spesifikasi minimal sama dengan melampirkan bank garansi sebagai jaminan. Perusahaan juga wajib memproduksi mobil di Indonesia mulai 1 Januari 2026 hingga 31 Desember 2027 dengan jumlah setara kuota impor CBU atau 1:1. Tak cuma itu, produsen juga harus menyesuaikan aturan TKDN yang sudah ditetapkan.

    Tercatat ada enam pabrikan yang menyanggupi komitmen investasi tersebut yaitu PT National Assemblers (Citroen, AION, Maxus, VW), PT BYD Auto Indonesia , PT Geely Motor Indonesia, PT VinFast Automobile Indonesia, PT Era Industri Otomotif (Xpeng), dan Inchcape Indomobil Energi (Great Wall Motor).

    Bila insentif tersebut tak dilanjut, dapat dipastikan harga mobil listrik bakal terkerek. Penjualan mobil listrik pun diprediksi bakal anjlok.

    (dry/din)

  • Penjualan Mobil Listrik di RI Tembus 82.525 Unit, Ini 10 Model Terlaris

    Penjualan Mobil Listrik di RI Tembus 82.525 Unit, Ini 10 Model Terlaris

    Jakarta

    Penjualan mobil listrik di Indonesia mengalami pertumbuhan. Data wholesales (distribusi pabrik ke dealer) menunjukkan sebanyak 82.525 unit mobil listrik terjual sepanjang Januari-November 2025 dari total penjualan 710.084 unit. Artinya pangsa pasar mobil listriknya sepanjang tahun ini sudah 11,62 persen.

    BYD menjadi model yang paling populer di Indonesia dengan capaian 40.151 unit. Sementara sub brand mewahnya, Denza mendistribusikan sebanyak 7.176 unit. Posisi tiga besar ditutup oleh Chery dengan penjualan 7.065 unit.

    BYD Atto 1 sudah bisa ditebak menjadi model terlaris. BYD Atto 1 sudah mengumpulkan angka 17.729 unit. Padahal mobil ini baru didistribusikan per Oktober 2025. Mobil city car ini diketahui model paling murah yang ditawarkan dari BYD.

    MPV M6 masih menjadi magnet bagi orang Indonesia. Buktinya sebanyak 9.926 unit M6 terdistribusi sepanjang Januari-November 2025. Hasil ini membuat M6 menjadi mobil listrik terlaris kedua.

    Posisi ketiga ditempati Denza D9. MPV premium listrik itu membukukan angka 7.176 unit.

    Jaecoo J5 yang sempat bikin heboh gara-gara harganya mepet Low Cost Green Car (LCGC) tapi modelnya SUV belum bisa tembus 10 besar. Jaecoo J5 sudah mengumpulkan angka 653 unit.

    Merek asal Korea Selatan, Hyundai masih kesulitan tembus 10 besar. Total penjualan seluruh model mobil listrik Hyundai hanya 1.622 unit.

    Berikut ini daftar penjualan mobil listrik terlaris sepanjang Januari-November 2025:

    1. BYD Atto 1 – 17.729 unit
    2. BYD M9 – 9.926 unit
    3. BYD Sealion 07 – 7.916 unit
    4. Denza D9 – 7.176 unit
    5. Chery iCar 03 (J6 + J6T) – 5.753 unit
    6. Wuling BinguoEV – 4.062 unit
    7. Wuling Air EV – 3.410 unit
    8. GAC Aion V – 2.852 unit
    9. BYD Atto 3 – 2.556 unit
    10. Geely EX5 – 2.342 unit

    Itu tadi mobil listrik terlaris selama 11 bulan tahun 2025. Adapun jika melihat tren bulanan, penjualan mobil listrik mengalami penurunan jika dibandingkan bulan lalu. Mobil listrik terdistribusi 13.862 unit pada Oktober 2025, kemudian turun menjadi 13.390 unit pada 13.390 unit.

    (riar/dry)

  • Segini Penjualan Mobil VinFast di RI

    Segini Penjualan Mobil VinFast di RI

    Jakarta

    VinFast, merek asal Vietnam mencatatkan sejarah baru dengan beroperasinya pabrik di Subang, Jawa Barat. VinFast menjadi penantang serius bagi merek Jepang, Korea Selatan, dan China di Indonesia, seberapa banyak penjualannya?

    Saat ini VinFast hanya memasarkan mobil listrik. Berdasarkan data wholesales Gaikindo, sebanyak 82.525 unit mobil listrik terjual sepanjang Januari-November 2025. VinFast mengambil 3,78 persen dari total penjualan mobil listrik secara nasional.

    Bila dirinci lebih jauh, sebanyak 3.118 unit mobil listrik VinFast sudah terdistribusi sepanjang tahun ini di Indonesia. Model terlarisnya, VF 3 dengan capaian 1.562 unit, disusul VF e34 sebesar 1.452 unit, VF 5 sebanyak 75 unit, dan VF 6 laku 29 unit.

    Melihat capaian tersebut, VinFast perlu kerja keras lagi untuk bisa tembus tiga besar penjualan mobil listrik terlaris di Indonesia. Merek-merek China masih mendominasi penjualan.

    Di lain sisi, VinFast memiliki komitmen besar di Indonesia. Pabrik VinFast Subang berdiri di atas lahan seluas 171 hektare dan dikembangkan bertahap dengan total investasi lebih dari USD 1 miliar. Pada fase lanjutan, kapasitas produksi dapat ditingkatkan hingga 350.000 unit kendaraan per tahun. Tak hanya buat memenuhi permintaan pasar domestik, pabrik ini juga berpeluang dijadikan sebagai basis produk ekspor.

    Pada Fase 1, VinFast menginvestasikan lebih dari USD 300 juta dengan kapasitas produksi awal 50.000 unit per tahun. Fasilitas ini juga dilengkapi lini produksi terintegrasi berstandar internasional dengan tingkat otomasi tinggi dan teknologi canggih. Area produksi mencakup body welding (pengelasan bodi), painting (pengecatan), assembly (perakitan), pusat inspeksi kualitas, serta gudang logistik.

    VinFast juga menyiapkan area khusus untuk supplier park (kawasan industri pemasok), yang akan menjadi pusat pengembangan pemasok dan pelaku industri lokal. Kawasan ini direncanakan terus diperluas untuk mendukung lokalisasi yang mendalam dan berkelanjutan.

    Saat beroperasi penuh, pabrik VinFast di Subang diproyeksikan menciptakan 5.000 hingga 15.000 lapangan kerja langsung, serta ribuan lapangan kerja tidak langsung di sektor rantai pasok dan layanan pendukung

    Pada tahap awal, pabrik akan memproduksi model EV strategis VinFast untuk pasar Indonesia, yakni VF 3, VF 5, VF 6, dan VF 7 dengan setir kanan.

    Ke depannya, pabrik Subang juga akan merakit model-model baru yang dijadwalkan meluncur pada 2026, termasuk sepeda motor listrik (e-scooter) dan MPV listrik yang dioptimalkan untuk kebutuhan komersial dan layanan.

    (riar/dry)

  • Baru 2 Bulan, Penjualan BYD Atto 1 di Indonesia Tembus 17 Ribu Unit!

    Baru 2 Bulan, Penjualan BYD Atto 1 di Indonesia Tembus 17 Ribu Unit!

    Jakarta

    Penjualan BYD Atto 1 membludak meski baru didistribusikan dalam dua bulan. Total sudah lebih dari 17.000 unit Atto 1 yang terjual di Indonesia.

    Terlahir sebagai pendatang baru, BYD Atto 1 sukses membetot perhatian publik Tanah Air. Penjualannya membludak, bahkan melampaui model-model ternama sekelas Kijang Innova hingga Avanza. BYD mencatat, penjualan Atto 1 sudah lebih dari 17.700 unit dalam kurun waktu dua bulan. Berkat torehan itu juga, Atto 1 sudah memuncaki daftar mobil terlaris di RI pada periode Oktober dan November 2025. Untuk pertama kalinya juga di Indonesia, mobil listrik menjadi yang terlaris ketimbang mobil bensin.

    Di grup BYD, Atto 1 juga menjadi yang terlaris meski didatangkan paling akhir. Penjualannya juga melampaui M6 yang sebelumnya menjadi tulang punggung bagi pabrikan asal Shenzhen tersebut. Sebaagai perbandingan, penjualan M6 baru menyentuh 9.900 unit sepanjang Januari-November 2025.

    Fenomena ini dipercaya bisa bertahan lama. Pengamat otomotif sekaligus akademisi ITB Yannes Pasaribu menilai fenomena BYD Atto 1 memuncaki penjualan justru menjadi sinyal kuat persaingan baru di industri otomotif dalam negeri.

    “Keberhasilan Atto 1 menunjukkan bahwa hambatan utama adopsi EV selama ini bukan soal minat atau penerimaan teknologi, melainkan semata-mata terbuktinya ada affordability gap di masyarakat terkait capex terhadap EV,” ujar Yannes belum lama ini.

    Tak bisa dipungkiri, faktor harga menjadi salah satu pemikatnya. Untuk diketahui, BYD Atto 1 hadir dalam dua varian dengan harga Rp 199 juta dan Rp 235 juta. Dari komposisi harga, terlihat menantang langsung deretan mobil di segmen LCGC (Low Cost Green Car) sekelas Agya, Ayla, dkk.

    Ditambah lagi, pajak tahunannya juga amat ringan. Tak ada PKB (Pajak Kendaraan Bermotor) yang dibebankan terhadap BYD Atto 1. Setiap tahun, pemilik Atto 1 hanya perlu membayar SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan) sebesar Rp 143 ribu. INi tentunya makin meringankan bagi mereka yang mau beli mobil tapi tak dikenai pajak tinggi tiap tahun.

    “Begitu BYD berani menempatkan Atto 1 di rentang harga yg menyenggol LCGC dan city car konvensional (di bawah Rp 250 jutaan), resistensi konsumen terhadap EV langsung runtuh,” tambahnya lagi.

    (dry/din)