Transportasi: mobil listrik

  • Mobil China di RI Boleh Lebih Murah, tapi Mobil Jepang Masih Kuat soal Ini

    Mobil China di RI Boleh Lebih Murah, tapi Mobil Jepang Masih Kuat soal Ini

    Jakarta

    Harga yang lebih terjangkau menjadi salah satu keunggulan mobil China di Indonesia. Kendati demikian, mobil China belum bisa menyaingi mobil Jepang dalam hal ini.

    Kalau menyebut mobil China, mungkin hal pertama yang terbersit di pikiran adalah harganya yang murah. Ya, kalau dibandingkan dengan mobil dari Jepang hingga Eropa, harga mobil China memang lebih terjangkau. Namun pabrikan China kebanyakan bermain di segmen mobil listrik sedangkan produsen Jepang, Korea Selatan, hingga Eropa, masih didominasi mobil bermesin konvensional.

    Harga terjangkau itu nyatanya bikin popularitas mobil China di Indonesia makin menanjak. Pengamat otomotif sekaligus akademisi ITB Yannes Martines Pasaribu bahkan mengungkap pangsa pasar mobil listrik China mencapai 12-15 persen pada tahun ini.

    “Sebuah capaian signifikan untuk pemain baru,” ujar Yannes saat dihubungi detikOto, Selasa (12/11/2025).

    Kendati demikian, kata Yannes, hal itu belum cukup untuk merebut pangsa pasar mobil Jepang secara keseluruhan. Soalnya, ada beberapa hal yang belum bisa dipenuhi oleh para produsen mobil China. Misalnya seperti layanan purnajual dan juga ketersediaan suku cadang yang lengkap.

    “Mereka (produsen Jepang) sudah memiliki keunggulan struktural yang belum dimiliki oleh para pendatang baru dari China tersebut ya, seperti loyalitas merek tinggi dari kelompok lama loyalis brand Jepang, jaringan purnajual serta ketersediaan parts yang sudah sangat luas di pasar Indonesia,” lanjut Yannes.

    Urusan layanan purnajual, para produsen Jepang memang jauh lebih unggul. Bengkel resminya sudah tersebar di banyak wilayah Indonesia. Hal ini tentu memudahkan bagi pemilik mobil untuk melakukan perawatan.

    Pun untuk ketersediaan suku cadang juga lebih mudah didapat lantaran produksi sudah dilakukan di dalam negeri. Sementara mobil China sebagai pendatang baru masih dalam tahap pengembangan layanan purnajual di sejumlah daerah. Selain membangun jaringan dealer yang luas, beberapa di antara produsen China itu juga mendirikan pabrik di dalam negeri.

    “China masih menghadapi tantangan seperti persepsi kualitas dan keterbatasan jaringan purnajual masih menjadi hambatan utama mereka,” tutur Yannes.

    (dry/rgr)

  • Kijang Innova Ketinggalan Jauh, BYD Atto 1 Mobil Terlaris di Indonesia Oktober 2025

    Kijang Innova Ketinggalan Jauh, BYD Atto 1 Mobil Terlaris di Indonesia Oktober 2025

    Jakarta

    Kijang Innova ketinggalan jauh. BYD Atto 1 menjadi mobil terlaris di Indonesia periode Oktober 2025. Berikut ini catatan penjualannya.

    Kehadiran BYD Atto 1 memang cukup fenomenal. Terlebih saat harganya diumumkan, banyak publik terkejut. Sebab, harga jualnya di bawah Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB). Padahal umumnya harga jual itu di atas NJKB.

    Harga BYD Atto 1 itu mulai dari Rp 195 juta, hingga yang termahal Rp 235 juta. Harganya bersaing dengan mobil-mobil di segmen LCGC (Low Cost Green Car). Tampaknya strategi harga tersebut berhasil.

    BYD Atto 1 melesat jadi mobil terlaris di Indonesia sepanjang Oktober 2025. Dalam data wholesales yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, pada bulan kesepuluh itu, ada 9.396 unit BYD Atto 1 yang distribusikan ke dealer-dealer. Distribusi tersebut paling banyak di antara model lainnya. Bahkan Kijang Innova yang biasanya bertengger di posisi pertama pun harus mengalah lantaran distribusinya ‘hanya’ 4.913 unit untuk periode yang sama.

    Itu membuat Kijang Innova kini bertengger di posisi kedua daftar mobil terlaris pada bulan kesepuluh. Ini juga menjadi kali pertama mobil listrik mengisi posisi puncak daftar mobil terlaris di Indonesia. Sebelumnya kalaupun masuk daftar mobil terlaris, mobil listrik hanya berada di posisi 10 besar.

    Berlanjut di tempat ketiga ada Daihatsu Gran Max pikap dengan catatan distribusi 4.214 unit. Di posisi keempat masih dihuni keluarga Toyota yakni Avanza. Mobil sejuta umat itu pada Oktober mencatatkan distribusi sebanyak 3.087 unit. Menutup posisi lima besar ada mobil Toyota Calya. Toyota mendistribusikan 3.057 unit Calya ke dealer-dealernya pada Oktober. Untuk tahu lengkapnya, berikut ini 20 mobil terlaris di Indonesia pada bulan kesepuluh.

    20 Mobil Terlaris di Indonesia Oktober 2025

    1. BYD Atto 1: 9.396 unit
    2. Toyota Kijang Innova (Reborn dan Zenix): 4.913 unit
    3. Daihatsu Gran Max pikap: 4.214 unit
    4. Toyota Avanza: 3.087 unit
    5. Toyota Calya: 3.057 unit
    6. Suzuki Carry Pikap: 2.968 unit
    7. Mitsubishi Xpander (termasuk Xpander Cross): 2.751 unit
    8. Daihatsu Gran Max (Blind Van dan Minibus): 2.492 unit
    9. Honda Brio (Satya dan RS): 2.175 unit
    10. Toyota Rush: 2.014 unit
    11. Toyota Hilux pikap: 1.919 unit
    12. Mitsubishi Destinator: 1.772 unit
    13. Daihatsu Sigra: 1.689 unit
    14. Daihatsu Terios: 1.349 unit
    15. Toyota Agya: 1.330 unit
    16. Mitsubishi Pajero Sport: 1.081 unit
    17. Mitsubishi L300: 912 unit
    18. Daihatsu Ayla: 851 unit
    19. Toyota Fortuner: 746 unit
    20. Suzuki XL7: 725 unit

    (dry/din)

  • Perang Harga Mobil China di Indonesia: Merek Lain Dibikin Ketar-ketir

    Perang Harga Mobil China di Indonesia: Merek Lain Dibikin Ketar-ketir

    Jakarta

    Strategi perang harga yang diterapkan produsen mobil China di Indonesia cukup berhasil bikin rival jadi kelimpungan. Mau tak mau rival jadi ikutan menyesuaikan harga produknya.

    Produsen mobil China kian ramai menjejali pasar otomotif Indonesia dengan mobil-mobilnya. Kebanyakan menjual mobil listrik. Lebih menariknya lagi harga jualnya bersaing dengan mobil bensin diiringi dengan fitur lebih canggih. Contohnya bisa dilihat saat BYD meluncurkan Atto 1 yang banderolnya setara dengan mobil-mobil di segmen Low Cost Green Car (LCGC) sekelas Brio Satya, Ayla, dkk.

    Belum habis sampai di situ, terbaru ada Jaecoo yang mengumumkan harga SUV listrik J5 di bawah Rp 300 juta meski hanya untuk konsumen tertentu. Harga Jaecoo J5 itu cukup membuat publik terkejut. Strategi perang harga yang diterapkan produsen China itu pun tampaknya cukup efektif. Selain bisa menjegal para pemain lama, perang harga ini juga disebut membuka segmentasi pasar baru.

    “China yang menyamakan harga EV dengan ICE LCGC terbukti berhasil menarik perhatian segmen middle income class pengguna ICE dan terlihat mulai memaksa semua kompetitor yang ada untuk menyesuaikan strategi harga mereka dengan benchmark baru yang dibuat,” terang pengamat otomotif sekaligus akademisi dari ITB Yannes Martinus Pasaribu kepada detikOto, Rabu (12/11/2025).

    Menurut Yannes, hal itu terlihat dari pangsa pasar mobil listrik China yang meningkat cukup signifikan mencapai 12-15 persen pada tahun ini. Meski begitu kata Yannes, hal tersebut belum cukup untuk menjegal laju para produsen mobil Jepang di Tanah Air.

    “Mereka (produsen Jepang) sudah memiliki keunggulan struktural yang belum dimiliki oleh para pendatang baru dari China tersebut ya, seperti loyalitas merek tinggi dari kelompok lama loyalis brand Jepang, jaringan purna jual serta ketersediaan parts yang sudah sangat luas di pasar Indonesia,” ungkap Yannes lagi.

    Urusan jualan, merek Jepang memang masih belum bisa tergusur. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, Toyota, Daihatsu, Honda, Mitsubishi, hingga Suzuki masih unggul dalam penjualan pada periode Januari-Oktober 2025.

    Meski begitu, para produsen Jepang itu sudah sepatutnya waspada lantaran produsen China seperti BYD dan juga Chery mulai merangkak ke posisi atas daftar mobil terlaris. Wuling juga tak bisa dikesampingkan lantaran kerap menghuni daftar terlaris tersebut.

    (dry/din)

  • Ini Dia Mobil Listrik Pertama Volkswagen Hasil Kolaborasi dengan Xpeng

    Ini Dia Mobil Listrik Pertama Volkswagen Hasil Kolaborasi dengan Xpeng

    Jakarta

    Volkswagen akhirnya memperlihatkan wujud mobil listrik pertamanya hasil kolaborasinya dengan Xpeng, bernama ID. Unyx 08. Mobil ini awalnya menjalani debut di Shanghai Auto Show 2025 dengan nama ID.EVO.

    Langkah ini menandai babak baru strategi elektrifikasi Volkswagen di China, pasar kendaraan listrik terbesar di dunia. Dengan kehadiran Unyx 08, merek Jerman itu berusaha mengimbangi laju produsen lokal di China yang kian agresif dalam menguasai segmen SUV listrik.

    Mengutip Carscoops, model ini dikembangkan oleh Volkswagen Anhui, perusahaan patungan antara Volkswagen dan JAC Motors, dan menjadi proyek perdana hasil kerja sama dengan Xpeng, salah satu pemain EV ternama di Tiongkok. Kolaborasi ini akan melahirkan lebih banyak model listrik dalam waktu dekat, termasuk sedan listrik full baterai.

    Secara tampilan, ID. Unyx 08 masih identik dengan konsep ID.EVO. Eksteriornya futuristis dengan pintu tanpa bingkai, pilar A hitam, pilar belakang kekar, serta logo serigala menyala di lampu rem ketiga yang menjadi ciri khas uniknya.

    Mobil listrik pertama Volkswagen hasil kolaborasi dengan Xpeng Foto: Carscoops

    Beberapa revisi kecil dilakukan pada versi produksi, seperti desain lampu depan dan belakang baru, sensor ADAS yang lebih mencolok, serta handle pintu rata yang membuat tampilannya semakin bersih dan aerodinamis.

    SUV listrik ini berdimensi panjang 5.000 mm, lebar 1.954 mm, dan tinggi 1.688 mm, dengan jarak sumbu roda 3.030 mm alias lebih panjang dari Tiguan, tetapi sedikit lebih pendek dari Atlas. Di balik tampilannya yang elegan, Unyx 08 dibangun di atas arsitektur 800V dan hanya akan dijual sebagai mobil listrik murni (BEV) tanpa versi hybrid atau range extender.

    Tenaganya berasal dari dua motor listrik – 308 dk di belakang dan 188 dk di depan, menghasilkan total 496 dk untuk versi all-wheel drive. Baterai LFP dari CATL menjanjikan jarak tempuh lebih dari 700 km (CLTC) dalam sekali pengisian.

    Volkswagen juga menyiapkan fitur canggih seperti asisten AI dan sistem bantuan pengemudi L2++, serta kabin modern dengan layar infotainment besar dan panel instrumen digital.

    Saat mulai dijual pada 2026, ID. Unyx 08 akan melengkapi jajaran Unyx 06 dan Unyx 07, sekaligus memperkuat ambisi Volkswagen yang menargetkan 20 model listrik baru di China hingga akhir dekade ini.

    Mobil listrik pertama Volkswagen hasil kolaborasi dengan Xpeng Foto: Carscoops

    (lua/rgr)

  • VinFast dan Pertaruhan Konglomerasi Terkaya Vietnam di Indonesia

    VinFast dan Pertaruhan Konglomerasi Terkaya Vietnam di Indonesia

    Jakarta

    “Too big to fail,” itulah pernyataan tegas CEO VinFast Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto kepada detikOto terkait sepak terjang mobil listrik asal Vietnam itu di pasar electric vehicle (EV) Indonesia.

    Prestasi ‘dilarang gagal’ itu memang selalu dipegang Kerry — sapaan akrabnya. Maklum, mungkin bagi banyak orang, nama VinFast belum memiliki histori melegenda layaknya Toyota dan Honda di industri otomotif. VinFast tercatat baru tahun 2017 masuk ke pasar industri otomotif.

    Namun sebagai ‘anak baru’ mereka terbilang sukses unjuk gigi, dan menjadi ‘mobil nasional’ Vietnam hingga akhirnya menguasai pasar otomotif ‘Negeri Naga Biru’ dalam hitungan tahun berselang menggeser Toyota dan Hyundai.

    Di industri EV tentu inovasi harga mati. Namun ketika berbicara VinFast tentu tak bisa dilupakan pula soal siapa yang berada di balik perusahaan otomotif ini. Adalah Vingroup, konglomerasi swasta terbesar di Vietnam yang didirikan oleh Pham Nhat Vuong, orang terkaya di negara tersebut dan salah satu tokoh bisnis paling berpengaruh di Asia Tenggara, yang menjadi penyokong utama VinFast.

    Didirikan lebih dari 30 tahun lalu, Vingroup awalnya bergerak di sektor real estat dan properti melalui merek VinHomes. Seiring waktu, grup ini berkembang pesat membentuk ekosistem bisnis mencakup berbagai sektor penting. Mulai dari otomotif, teknologi, energi, pendidikan, kesehatan, pariwisata, hingga filantropi.

    Madam Le Thi Thu Thuy, Vice Chairwoman of Vingroup dan Chairwoman VinFast menyebut bahwa mereka tak mau main-main untuk berinvestasi di industri EV. Bahkan secara global, USD 20 miliar sudah dikucurkan!

    “Di mana India, Filipina dan Indonesia jadi fokus pasar EV VinFast di luar Vietnam,” lanjutnya saat berdiskusi dengan sejumlah media dari Indonesia di Hanoi, Vietnam, awal November 2025 ini.

    Khusus untuk Indonesia, Madam Thuy bercerita, sejatinya baru mulai tertarik berekspansi sekitar 2 tahun lalu saat hajatan KTT APEC yang berlangsung di Jakarta. Di mana dalam sesi forum bisnis yang diikutinya, ia hadir sebagai bagian dari delegasi dan bertemu dengan banyak pihak — para menteri dan pejabat pemerintah pada saat itu.

    “Kami melihat potensi besar dari pasar yang unik ini. Sebelumnya, kami belum begitu serius melihat Indonesia, tetapi setelah pertemuan itu, kami mulai mengerahkan seluruh sumber daya kami ke Indonesia. Dan hari ini, kami sudah mulai – bahkan telah mengirim kendaraan kami ke Indonesia,” imbuhnya.

    Pada tahun 2024, mobil VinFast pun resmi diperkenalkan di Indonesia lewat seri VF e34, VF 5 dan berlanjut VF 3 yang merupakan SUV mini dan menjadi motor penjualan untuk brand tersebut. Kini total sudah ada lima seri — tambahan VF 6 dan 7 — yang teranyar dirilis.

    Namun selain urusan jualan mobil, yang paling penting adalah realisasi komitmen investasi untuk membangun ekosistem EV yang dijanjikan VinFast di Indonesia. Sebab inilah yang menjadi value VinFast dibandingkan dengan brand lainnya.

    Investasi USD 300 Juta di Subang

    Investasi senilai USD 300 juta sudah digelontorkan VinFast untuk membangun pabriknya di Subang, Jawa Barat. Kembali ke ⁠Kariyanto Hardjosoemarto, CEO VinFast Indonesia, pabrik dengan luas 70 hektar tersebut nantinya akan selesai di akhir tahun 2025. Dimana tahap awal produksi diestimasi berjalan pada bulan Maret 2026 untuk membuat VinFast seri VF 3.

    “Estimasi kami untuk tahap awal nantinya bisa menyerap sampai 900 tenaga kerja. Adapun kapasitas produksinya bisa mencapai 50 ribu kendaraan tiap tahunnya. Untuk sementara pastinya untuk memenuhi kebutuhan market di Indonesia dulu. Namun kita tidak tahu ke depannya, bisa saja jadi basis produksi mobil VinFast setir kanan,” lanjut Kerry, demikian ia biasa disapa.

    Yang pasti, Indonesia merupakan salah satu pasar otomotif terbesar di ASEAN, dengan target penjualan 1,1 juta unit per tahun — meski sudah beberapa tahun belakangan tidak tercapai. Tetapi pemerintah menargetkan dua juta kendaraan listrik pada tahun 2030. Dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa dan kebijakan pro-EV yang kuat, Indonesia adalah pilihan strategis bagi VinFast.

    “Kalau kita bicara mobil listrik di Indonesia, pada tahun 2021-2022, proporsi EV itu baru 0,1% dari total industri otomotif. Tahun lalu (2024-red.) itu sudah 5% proporsinya. Tahun ini (2025-red.) sampai September udah 10%. Menurut saya, sampai akhir tahun ini bisa 15%, dan itu masih terus tumbuh. Bahkan tahun depan mungkin proporsinya bisa mencapai 20-25% dari total industri otomotif,” Kerry menambahkan.

    Selain pabrik, komitmen investasi VinFast juga coba ditunjukkan dengan investasi di charging station. Dimana mereka bekerja sama dengan V-Green, jaringan pengisian global yang didirikan oleh Chairman Vingroup, Pham Nhat Vuong. Sebagai insentif bagi pengguna awal, VinFast menawarkan pengisian daya gratis hingga 1 Maret 2028.

    Ada pula Green SM, perusahaan taksi listrik yang juga bagian dari Vingroups. Selanjutnya bakal muncul lini motor listrik hingga wacana membawa unit bisnis Vingroups lainnya ke Indonesia.

    Nah, dengan investasi ‘dilarang gagal’ yang sudah mereka gelontorkan, VinFast tentu punya harapan lebih kepada pemerintah Indonesia. Namun jika harus diringkas, ekspektasi mereka hanya satu, yakni konsistensi kebijakan!

    “Saya pikir hal yang paling penting bagi kami – dan yang diharapkan dari pemerintah – adalah memastikan kebijakan yang sudah ditetapkan bisa berjalan secara konsisten. Misalnya, arah pengembangan bisnis kendaraan listrik (EV) kami sangat bergantung pada kebijakan yang ada, termasuk peta jalan masa depan, regulasi, dan dukungan infrastruktur,” kata Kerry.

    “Itu sangat penting bagi kami, karena kami telah berinvestasi cukup besar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Jadi kepastian kebijakan adalah faktor yang sangat penting untuk memastikan keberlanjutan bisnis dan industri ini,” tutupnya.

    (ash/din)

  • Harga Rp 100 Jutaan, Pakai Battery Swap Mirip Motor Listrik Ojol

    Harga Rp 100 Jutaan, Pakai Battery Swap Mirip Motor Listrik Ojol

    Jakarta

    Pabrikan mobil listrik asal China, GAC, meluncurkan AION UT Super, mobil listrik terbaru yang mengusung teknologi battery swap. Mobil ini ditawarkan dengan harga mulai dari 45.400 yuan atau sekitar Rp 106 jutaan aja.

    Penggunaan teknologi battery swap ini mirip seperti mekanisme motor listrik yang dipakai ojek online (ojol) di Indonesia. Jadi baterai yang sudah kosong ditukar dengan baterai yang sudah terisi penuh, mirip seperti membeli gas elpiji atau air minum kemasan galon.

    Dikutip CNEV Post, GAC Aion mengatakan model tersebut merupakan kreasi bersama antara JD.com, GAC Group, dan CATL. JD.com menyediakan sumber daya dalam wawasan pengguna, penjualan kendaraan, dan pemeliharaan. Sedangkan CATL menyediakan baterainya.

    Mobil listrik ini dibangun dengan teknologi battery swap Choco-SEB (swapping electric block) dari CATL. AION UT Super hadir dengan paket baterai 54 kWh dengan daya jangkau 500 km.

    GAC Aion UT Super Foto: Dok. GAC Aion

    Aion UT Super adalah model yang dilengkapi dengan teknologi battery swap CATL pertama yang menargetkan pasar kendaraan penumpang umum. Sebelumnya, mobil listrik dengan teknologi battery swap sudah jamak digunakan di China sebagai taksi. GAC AION mengklaim, model tersebut dapat menyelesaikan penukaran baterai dalam 99 detik.

    GAC Aion UT Super Foto: Dok. GAC Aion

    Stasiun penukaran baterai CATL di China saat ini tersebar di 800 lokasi. CATL menargetkan 1.000 stasiun penukaran baterai hingga akhir tahun ini. Raksasa baterai China itu berencana untuk memperluas jaringannya ke lebih dari 2.500 stasiun di lebih dari 120 kota di China pada tahun 2026.

    GAC Aion UT Super Foto: Dok. GAC Aion

    Aion UT Super adalah model lima kursi dengan panjang 4.270 mm, lebar 1.850 mm, dan tinggi 1.575 mm, dengan jarak sumbu roda 2.750 mm. Aion UT Super dijual mulai dari 89.900 yuan (Rp 211 juta) termasuk paket baterai, atau 49.900 yuan (Rp 117 juta) dengan sistem sewa baterai.

    Dalam waktu terbatas, GAC Aion menawarkan insentif. Dengan paket baterai harganya menjadi 85.900 yuan atau Rp 201 juta dan sewa baterai menjadi 45.400 (Rp 106 jutaan).

    (rgr/dry)

  • Penjualan Mobil Listrik Xiaomi Salip Tesla di China

    Penjualan Mobil Listrik Xiaomi Salip Tesla di China

    Jakarta

    Penjualan mobil Xiaomi di China sukses melampaui Tesla. Model YU7 menjadi andalan Xiaomi untuk menyaingi Tesla Model Y. Tentunya ini bisa jadi alarm bagi Tesla di pasar otomotif terbesar di dunia itu. Sebab sebelumnya Tesla telah dikalahkan merek asal China juga, BYD.

    Mengutip Carnewschina, dalam laporan terbaru Asosiasi Mobil Penumpang China (CPCA) penjualan retail mobil listrik Xiaomi mencapai 48.654 unit pada Oktober 2025. Capaian itu menyalip penjualan Tesla di domestik untuk pertama kalinya.

    Tesla Model Y Foto: dok. Tesla

    Model andalan Xiaomi, YU7, menjadi bintang utama dengan 33.662 unit penjualan selama Oktober. Angka itu melampaui penjualan domestik Tesla Model Y, yang menurut data dari ECC Intelligence Bureau hanya mencatatkan sekitar 26.100 unit di Oktober.

    Meski baru memulai pengiriman sejak Juli 2024, performa penjualan Xiaomi YU7 memang luar biasa. Berdasar perhitungan CPCA, distribusi kumulatif YU7 kini telah melampaui 70.000 unit, menandai pencapaian penting bagi merek teknologi yang baru menjejak dunia otomotif itu.

    Secara keseluruhan, pasar kendaraan penumpang di China mencatat 2,24 juta unit penjualan di bulan Oktober dengan sebagian besar merek mengalami fluktuasi karena faktor musiman. Dalam kategori kendaraan energi baru (NEV), BYD masih memimpin dengan angka 436.856 unit dan Xiaomi menjual 48.654 unit kendaraan.

    Para analis menilai kebangkitan Xiaomi di pasar mobil listrik tidak lepas dari integrasi sistem elektronik dan perangkat lunak khas ekosistem Xiaomi. Ini membikin pengalaman berkendara terasa seperti menggunakan ‘smartphone raksasa di atas roda’.

    Pendekatan itu terbukti menarik minat konsumen muda di China, yang kini semakin condong ke mobil listrik cerdas dan terhubung. Dengan momentum ini, Xiaomi bukan lagi sekadar pemain baru, tapi sudah menjadi penantang serius bagi Tesla di pasar mobil listrik terbesar di dunia.

    (lua/din)

  • Ancaman Nyata Buat Honda Datang dari Mobil China

    Ancaman Nyata Buat Honda Datang dari Mobil China

    Jakarta

    Honda menurunkan proyeksi laba tahunannya dan menyoroti tekanan dari tarif impor AS serta kelangkaan chip global. Namun ancaman lebih nyata justru datang dari produsen mobil listrik China.

    Produsen mobil terbesar kedua di Jepang itu belum lama ini memangkas proyeksi laba tahunannya hingga seperlima. Alasannya berkaitan dengan biaya kendaraan listrik dan kelangkaan komponen yang menggunakan chip dari perusahaan berbasis di Belanda, Nexperia. Diketahui pemerintah Belanda mengambil alih perusahaan yang dimiliki oleh Wingtech, China, pada 30 September 2025.

    Diberitakan Reuters, Honda juga memperkirakan akan mengalami kerugian sebesar 385 miliar yen akibat penerapan tarif impor AS. Angka tersebut sejatinya lebih rendah dari yang diperkirakan pada awal tahun sebesar 450 miliar yen.

    Saham Honda tercatat anjlok 4,7 persen pada Senin. Namun ancaman yang patut diwaspadai Honda dan secara tidak langsung para produsen Jepang lainnya adalah penurunan pangsa pasar di kawasan Asia Tenggara. Padahal dulu mereka mendominasi tanpa tantangan berarti di pasar Asia.

    “Di pasar seperti Thailand, persaingan sangat ketat dan secara keseluruhan kami telah kehilangan keunggulan secara kompetitif dari sisi harga,” urai Executive Vice President Honda Motor Co., Ltd Noriya Kaihara.

    Kaihara menyebut para produsen itu meningkatkan pemberian insentif dan memangkas harga untuk menarik pembeli. Hal itu berarti margin keuntungan yang didapat lebih tipis. Honda kini menargetkan bisa menjual 925.000 unit mobil di Asia, termasuk China, pada tahun fiskal ini. Proyeksi tersebut mengalami penurunan 10 persen dari target sebelumnya yang mencapai 1,09 juta unit.

    Sebelumnya, Honda memperkirakan akan menjual 5.000 unit mobil lebih sedikit di Asia di luar China dibandingkan tahun lalu. Tapi angkanya justru melonjak menjadi 75.000 unit lebih sedikit.

    Tak bisa dipungkiri, produsen China memang kian masif masuk ke pasar Asia Tenggara, termasuk Thailand dan juga Indonesia. Ini kian menyulitkan bagi para produsen Jepang.

    “Asia Tenggara mulai merasakan dampak signifikan dari para pemain China. Pertumbuhan mobil listrik China di Thailand selama dua tahun terakhir sangat luar biasa,” kata seorang sumber yang enggan disebutkan namanya sebelum Honda mengumumkan kinerja keuangannya.

    Di Indonesia pun demikian, penjualan Honda mengalami penurunan yang cukup signifikan. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat pada tahun 2024 misalnya, Honda per bulannya bisa menjual 8.500-an unit secara retail. Namun pada tahun 2025, sepanjang Januari-Oktober, rata-rata per bulannya Honda menjual 5.800-an unit mobil. Pada tahun lalu, pangsa pasar Honda mencapai 11,6 persen sedangkan tahun ini menurun menjadi 8,9 persen. Perusahaan kabarnya tidak menyiapkan model baru untuk Asia Tenggara di tahun fiskal ini dan tahun berikutnya, kecuali pembaruan pada sedan. Ini justru memicu perusahaan kian kehilangan pangsa pasar terhadap para produsen China.

    Pabrikan Jepang kini mulai beralih ke pasar India. Di Negeri Bollywood itu, mobil listrik China masih sulit untuk masuk. Honda pada bulan lalu mengumumkan akan menjadikan India sebagai basis produksi dan ekspor untuk salah satu mobil listriknya.

    (dry/din)

  • Video: Maret 2026, Pabrik Vinfast di RI Bakal Produksi Massal

    Video: Maret 2026, Pabrik Vinfast di RI Bakal Produksi Massal

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pabrik mobil listrik asal Vietnam membangun pabriknya di Subang, Jawa Barat. Pabrik seluas 170 hektar dengan investasi awal USD 200 Juta Dolar, diperkirakan bisa menyerap hingga 3.000 tenaga kerja.

    Selengkapnya dalam program Autobizz CNBC Indonesia, Selasa (11/11/2025).

  • Makin Banyak Orang Indonesia Beli Mobil Polytron, Ini Buktinya

    Makin Banyak Orang Indonesia Beli Mobil Polytron, Ini Buktinya

    Jakarta

    Makin banyak orang Indonesia kepincut mobil Polytron. Buktinya pada Oktober, penjualan mobil Polytron mengalami peningkatan cukup signifikan.

    Polytron sudah terkenal dengan produk-produk elektroniknya. Tapi tak berhenti sampai di situ, Polytron juga mengembangkan sayapnya ke industri otomotif Tanah Air dengan meluncurkan mobil listrik. Mobil listrik Polytron itu perdana mengaspal pada Mei 2025 dan distribusi baru dimulai pada Juli.

    Semakin ke sini, tampaknya mobil Polytron itu kian memikat. Buktinya penjualannya meningkat nyaris lima kali lipat. Mengutip data penjualan yang dihimpun Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) periode Oktober 2025, ada 103 unit mobil Polytron yang terjual.

    Angka itu meningkat signifikan karena pada September, distribusi secara retail itu hanya mencapai 29 unit. Secara total sejak Juli, Polytron sudah mengirimkan 150 unit mobilnya ke konsumen di Tanah Air. Namun itu masih belum cukup untuk bersaing sekaligus merebut pangsa pasar konsumen Indonesia.

    Spesifikasi Mobil Polytron

    Kendati demikian, Polytron bukan tangan hampa bermain di pasar otomotif dalam negeri. Polytron membekali mobil listriknya itu dengan berbagai fitur dan juga opsi kepemilikan terjangkau.

    Mobil Polytron merupakan buah kerja sama antara produk Skyworth K EV dan dirakit lokal di PT Handal Indonesia Motor. Mobil listrik pertama Polytron ini punya dimensi yang cukup bongsor: panjang 4.720 milimeter (mm), lebar 1.908 mm, tinggi 1.696 mm, dan jarak poros roda depan ke belakang 2.800 mm.

    Dengan dimensi yang luas, mobil ini memiliki kapasitas hingga 1.141 liter yang dilengkapi dengan Electronic Tail Gate with Kick Sensor. Mobil Polytron punya jarak tempuh 402 kilometer (CLTC). Kecepatan tertingginya 150 km/jam. Di atas kertas dari titik nol ke 100 km per jam bisa berlari selama 9,6 detik.

    SUV tanpa asap itu menggendong baterai Lithium Ferro Phospate (LFP) berkapasitas 51,916 kWh dan power 150 kW. Sementara torsinya 320 Nm, khas mobil listrik yang punya akselerasi instan. Polytron membekali beberapa fitur yang lebih advance untuk mobil listrik pertamanya ini. Ada fitur ADAS Level 2 untuk menunjang keselamatan:

    1. Auto Parking Assistance
    2. Autonomuos Emergency Braking
    3. Traffic Sign Recognition
    4. 360 Around View Camera + Reversing with Dynamic Guide
    5. Adaptive Cruise Control
    6. Emergency Lane Keeping Assit
    7. Safe Exit Warning
    8. Hill Start & Descent Assist
    9. Lane Departure Warning
    10. Rear Cross Traffic Alert & Braking Assist
    11. Driver Fatigue Reminder
    12. Blind Spot Detection
    13. Auto Brake Hold
    14. Sound Generator at Low Speed

    Harga Mobil Polytron

    Menyoal harga, Polytron ini tersedia dalam opsi sewa baterai atau termasuk baterai. Berikut ini daftar harganya:

    Opsi berlangganan

    Polytron G3 Rp 299 JutaPolytron G3+ Rp 339jutaBiaya langganan: Rp 1,2 juta.

    Opsi termasuk beli baterai:

    Polytron G3 Rp 419 jutaPolytron G3+ Rp 459 juta

    (dry/rgr)