Transportasi: mobil listrik

  • MIND ID Pacu Hilirisasi Bauksit, Smelter SGAR Fase II Diperluas

    MIND ID Pacu Hilirisasi Bauksit, Smelter SGAR Fase II Diperluas

    Bisnis.com, JAKARTA — Holding Industri Pertambangan Indonesia, MIND ID memperkuat hilirisasi bauksit sebagai bahan baku aluminium untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok industri energi bersih dunia.

    Salah satu proyek hilirisasi bauksit yang akan diperluas yakni Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat yang merupakan kerja sama antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). 

    Fasilitas pemurnian tersebut memiliki kapasitas produksi 1 juta ton alumina per tahun dari hasil pemanfaatan cadangan bauksit dalam negeri. Produk alumina yang dihasilkan SGAR menjadi bahan utama untuk memproduksi aluminium oleh Inalum di Kuala Tanjung. 

    MIND ID juga disebut akan memperluas proyek SGAR Fase II dengan kemampuan produksi tambahan 1 juta ton alumina per tahun, dan fasilitas Smelter Aluminium Baru di Mempawah dengan kapasitas 600.000 ton per tahun.

    Corporate Secretary MIND ID Pria Utama mengatakan pihaknya terus berkomitmen menjadi penggerak utama hilirisasi bauksit yang tidak hanya memperkuat industri nasional, tetapi juga mendukung pencapaian target transisi energi Indonesia.

    Sebagai pengelola mineral strategis nasional, dari total cadangan bauksit sebesar 198,43 juta ton, Grup MIND ID memproduksi 1,33 juta ton pada 2024.

    “Kami berupaya konsisten untuk mendukung terwujudnya kemajuan peradaban masa depan yang lebih baik. Hilirisasi bauksit yang dijalankan secara terintegrasi ini menjadi salah satu kunci percepatan transisi energi di Indonesia,” kata Pria dalam keterangan resminya, Minggu (16/11/2025).

    Apalagi, aluminium merupakan material kunci dalam teknologi transisi energi berkat sifatnya yang ringan, tahan korosi, dan dapat didaur ulang. Dalam satu fasilitas panel surya berkapasitas 1 MW dibutuhkan sekitar 21 ton aluminium untuk rangka dan sistem pemasangan.

    Selain itu, aluminium juga berperan penting dalam produksi turbin angin, membentuk struktur bilah dan kerangka utama, serta menyusun hingga 30% dari total bobot baterai kendaraan listrik (EV) dan komponen bodi mobil listrik.

    “MIND ID berkomitmen tidak hanya mengeksplorasi sumber daya alam, tetapi juga memastikan peningkatan nilai tambahnya hingga menjadi produk bernilai strategis. Kami percaya, industrialisasi yang berkelanjutan akan menjadi fondasi kemajuan peradaban masa depan Indonesia,” pungkasnya. 

  • Penjualan Mobil Listrik Bisa Melesat di Indonesia, Segini Banyak Calon Konsumennya

    Penjualan Mobil Listrik Bisa Melesat di Indonesia, Segini Banyak Calon Konsumennya

    Jakarta

    Mobil listrik memiliki potensi penjualan melesat lebih jauh di Indonesia. Apalagi jika melihat profil konsumennya, Indonesia diuntungkan karena memiliki bonus demografi.

    Badan Pusat Statistik mencatat pada 2021 Indonesia memiliki 272,7 juta jiwa. Di mana komposisi mayoritas berasal dari penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 69,3% dari total penduduk atau sekitar 188,9 juta jiwa. Gen Z (kelahiran 1997-2012) dan Milenial (kelahiran 1981-1996) adalah dua generasi paling dominan saat ini.

    Dua generasi itu juga tidak sulit untuk menerima teknologi baru. Berdasarkan Survei Deloitte pada 2023 yang melibatkan Gen Z dan Milenial dari 44 negara, sebanyak 44 persen Milenial dan Gen Z berencana membeli electric vehicles (EV).

    detikcom Leaders Forum Foto: Rifkianto / detikcom

    Hal senada juga tercermin saat diskusi detikcom Leaders Forum dengan tema “Masa Depan Kendaraan Listrik Indonesia”. Pengamat otomotif Yannes Pasaribu mengungkapkan, mayoritas mobil listrik yang dijual saat ini sudah dibekali fitur-fitur canggih. Generasi Milenial, Gen Z, dan generasi setelahnya, secara natural mahir dan nyaman menggunakan teknologi digital yang terkini untuk berbagai aktivitas.

    “Generasi milenial, Gen Z ini, terutama Z itu digital native, electric vehicles itu mewakili needs,” kata Yannes saat memberikan paparan di Jakarta Selatan, Kamis (13/11/2025).

    “Hampir 90 juta generasi muda yang dalam 15 tahun ke depan, itu yang akan mendorong ekonomi Indonesia. Generasi muda needs-nya bicara experience, dan EV bisa menjawab,” jelas dia.

    Peran pelaku industri internasional seperti VinFast, yang kini turut berinvestasi di Indonesia, juga menjadi sorotan penting dalam mendorong percepatan adopsi kendaraan listrik. CEO VinFast Indonesia, Kariyanto Hardjosoemarto juga melihat tren pertumbuhan EV di Indonesia bakal semakin pesat.

    VinFast memboyong si mungil VF3 dalam Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025. Mobil listrik mungil itu akan dibanderol mulai Rp 220 jutaan. Foto: Rifkianto Nugroho

    “Pertumbuhan di Indonesia sangat menjanjikan karena mobil listrik baru hadir di Indonesia baru 2020, saat itu baru 125 unit satu tahun. Tapi berkembang pesat terus, tahun lalu itu full year kontribusi mobil listrik di Indonesia kurang lebih 4,9 persen,” ujar Kariyanto.

    “Tahun ini kalau kita bicara total industri volume turun kurang lebih 10,9 persen. Tapi di tengah penurunan itu, kontribusi mobil listrik atau pertumbuhan mobil listrik tumbuh 112 persen, year on year, Januari-Oktober.”

    “Itu menunjukkan potensi mobil listrik berkembang pesat. Kami memprediksi mungkin sampai akhir tahun bisa tutup 14-15 persen. Kami yakin bisa lebih tinggi lagi,” kata Kariyanto lagi.

    Potensi ini menegaskan modal kuat Indonesia untuk mendorong hilirisasi nikel sebagai bahan baku utama baterai EV. Tidak hanya dari sisi sumber daya, adopsi kendaraan listrik di Indonesia juga terus tumbuh.

    Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat populasi kendaraan listrik melonjak 78 persen menjadi 207 ribu unit pada 2024, naik signifikan dari 116 ribu unit pada 2023. Pertumbuhan ini menunjukkan meningkatnya minat masyarakat sekaligus kesiapan industri dan infrastruktur pendukung.

    (riar/lua)

  • Hilirisasi dan Industrialisasi Bersimpang Jalan, Tak Menambah Lapangan Kerja

    Hilirisasi dan Industrialisasi Bersimpang Jalan, Tak Menambah Lapangan Kerja

    Bisniscom, JAKARTA – Hilirisasi dan industrialisasi adalah duet maut bagi pertumbuhan ekonomi maupun pembukaan lapangan kerja. Tidak heran jika pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menjadikan hilirisasi dan industrialisasi sebagai salah satu dari Asta Cita, bagaimana nasibnya kini?

    Pemerintah berkomitmen untuk mempercepat program hilirisasi. Dalam rapat terbatas dengan sejumlah menteri Kabinet Merah Putih pada Kamis (6/11/2025) lalu, Presiden Prabowo Subianto kembali menekankan pentingnya program hilirisasi di berbagai sektor strategis. Baik itu sektor perikanan, pertanian, hingga energi dan sumber daya mineral.

    Pemerintah pun menargetkan prastudi kelayakan 18 proyek hilirisasi dengan nilai investasi hampir mencapai Rp600 triliun rampung pada tahun ini. Bahkan, DataIndonesia yang merupakan tim riset Bisnis Indonesia Group, mencatat potensi nilai investasi penghiliran mineral dan batu bara (minerba) menjadi yang paling tinggi.

    Data Editor DataIndonesia Gita Arwana Cakti menjabarkan sektor minerba mencapai Rp321,8 triliun, sedangkan ketahanan energi sebesar Rp232 triliun, disusul transisi energi senilai Rp40 triliun. 

    “Kelautan dan perikanan Rp17,22 triliun dan yang terakhir, yang paling kecil itu pertanian, padahal dia yang di posisi kedua [kontribusi terhadap PDB], tapi potensi nilai investasinya Rp7,11 triliun,” ungkap Gita dalam siniar Factory Hub yang dikutip pada Minggu (16/11/2025).

    Dari sisi investasi, sektor penyerap terbesar adalah industri logam dengan nilai investasi Rp62,02 triliun pada kuartal III/2025.  Pada posisi kedua terdapat sektor pertambangan sebesar Rp55,87 triliun. 

    Lebih rinci lagi, realisasi investasi hilirisasi diserap paling besar oleh komoditas nikel yakni senilai Rp42 triliun. Untuk komoditas nikel, pemerintah sebelumnya berharap hilirisasi itu bisa menopang pengembangan produksi kendaraan listrik (electric vehicle/EV). 

    Hanya saja, hingga kini proses itu belum tersambung, sebab mobil listrik yang dipasarkan justru lebih banyak menggunakan baterai jenis lithium ferro phosphate (LFP). Para produsen menilai LFP relatif lebih murah dibandingkan baterai berbasis nikel.

    LAPANGAN KERJA

    Lebih lanjut, investasi jumbo proyek hilirisasi juga tidak berjalan beriringan dengan penyerapan tenaga kerja yang optimal. Hingga periode kuartal III/2025, tercatat penyerapan  tenaga kerja mencapai 696.478 orang. Posisi tersebut naik dari periode yang sama pada 2024 sebanyak 650.172 orang. 

    Namun, jika melihat data lebih dekat, pada 2024 sendiri jenis industri dengan proporsi pekerja manufaktur terbesar adalah industri makanan dengan persentase 4% disusul dengan industri pakaian jadi atau tekstil sebanyak 2%. 

    Berbanding terbalik dengan kucuran investasinya, industri barang logam bukan mesin dan peralatannya serta industri logam dasar hanya berkontribusi masing-masing 0,43% dan 0,16%.

    Industri produk dari batu bara dan pengilangan minyak bumi juga tidak lebih baik, sektor ini mencatat proporsi tenaga kerja manufaktur sebanyak 0,03%. Hal ini menunjukkan hilirisasi yang ada bersifat padat modal tetapi minim rangsangan terhadap industri padat karya lainnya.

    Padahal, hilirisasi diharapkan bisa mewujudkan indonesia sebagai negara industri mengingat hilirisasi dan industrialisasi saling berkaitan. Industrialisasi, jelas Gita, merupakan proses transformasi ekonomi dari sektor agraris ke sektor manufaktur yang menghasilkan barang produksi massal.

    Oleh karena itu, penghiliran menjadi salah satu prasyarat negara industri karena mengolah sumber daya mentah menjadi produk bernilai tambah lebih tinggi. “Nah jadi penghiliran itu langkah awal menciptakan industrialisasi, keduanya saling berkaitan,” ujar Gita.

    Lebih jauh, data menunjukkan hilirisasi di Indonesia tidak menambah geliat industri sebagaimana yang diharapkan. Kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada kuartal II tahun 2023–2025 masih datang dari industri pengolahan. 

    Pada Kuartal II/2025, industri pengolahan menyumbang kontribusi sebesar 18,67%. Pencapaian ini menurun dari tren kontribusi manufaktur terhadap PDB pada awal 2000-an yang bisa mencapai 30%.  

    “Itu sekitar awal 2000-an tapi sekitar 2020-an sampai sekarang itu [kontribusi industri manufaktur] masih di bawah 20% gitu,” terang Gita. 

    Berdasarkan laporan S&P Global Market, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia terus mengalami fluktuasi selama setahun terakhir.

    DataIndonesia memaparkan PMI manufaktur Indonesia tercatat 51,2 poin pada Oktober 2025. Sebelumnya, sempat mengalami kontraksi dari 51,5 poin pada Agustus 2025 menjadi 50,4 poin di September 2025.

    “Satu tahun terakhir PMI Manufaktur ini juga cukup dinamis sih. Sempat kontraksi terus naik ke ekspansif, tapi turun lagi dan baru Agustus kemarin naik ke ekspansi. Tapi, kemudian Septembernya turun lagi,” jelas Gita.

    Persoalannya, berdasarkan data yang sama, manufaktur Indonesia cukup tertinggal dibandingkan negara-negara kawasan Asia Tenggara lainnya. Thailand, misalnya, tercatat PMI berada di level 56,6 poin dan Vietnam 54,5 poin pada Oktober 2025.

    Berdasarkan pengamatan data-data tersebut, maka pemerintah perlu menggenjot agar hilirisasi bisa mendongkrak industri. Hanya saja, keduanya juga dibutuhkan bagi pembukaan luas lapangan kerja, agar Indonesia Emas bisa diwujudkan. Bukan sebaliknya, malah terjadi deindustrialisasi dini!

  • Intip Spesifikasi Mobil Terlaris di Indonesia Oktober 2025, Harga Mulai Rp 195 Juta

    Intip Spesifikasi Mobil Terlaris di Indonesia Oktober 2025, Harga Mulai Rp 195 Juta

    Jakarta

    Bukan Toyota Avanza, bukan pula Honda Brio, tapi BYD Atto 1 lah yang berhasil menjadi mobil terlaris di Indonesia pada Oktober 2025. Mobil listrik buatan China itu terjual sebanyak 9.396 unit bulan lalu. Ini menjadi bukti bahwa mobil listrik bisa juga laris asal harganya kompetitif. Seperti apa spesifikasi mobil listrik yang dijual mulai Rp 195 jutaan itu?

    Desain dan Dimensi

    Dari segi desain, BYD Atto 1 memiliki tampang modern dan sporty ala hatchback kekinian. Bahkan siluet di bagian muka acap disamakan dengan supercar Lamborghini asal Italia. Coba lihat lampu depan Atto 1, punya tarikan garis tajam yang mengingatkan pada Lamborghini Huracan.

    Selain itu, desain modern Atto 1 juga mengalir ke bagian samping hingga ke bagian belakang. Tambahan spoiler belakang dan antena bergaya shark fin makin menegaskan kesan modern. Detail-detail kecil inilah yang membuatnya punya daya tarik ekstra bagi pemilik pertama yang ingin tampil beda di jalan.

    Secara dimensi, BYD Atto 1 menghadirkan desain yang kompak dan efisien, menjadikannya ideal buat mobilitas perkotaan yang dinamis. Mobil ini punya panjang 3.925 mm, lebar 1.720 mm, tinggi 1.590 mm, dengan jarak sumbu roda 2.500 mm dan ground clearance 155 mm.

    Interior BYD Atto 1 Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Bagasi dan Akomodasi

    Sebagai mobil yang dirancang untuk pembeli mobil pertama, Atto 1 tentunya harus memiliki kapasitas bagasi yang baik dan kabin yang luas. Atto 1 mempunyai banyak cup holder di bagian pintu dan konsol tengah depan.

    Bagasi belakang mobil ini bisa menampung kapasitas 230 liter, cukup untuk menaruh tiga tas besar. Selain itu, ketika kursi baris dua dilipat, kapasitas bagasi mobil ini bisa bertambah menjadi 930 liter.

    Baterai dan Performa

    BYD Atto 1 mempunyai dua pilihan baterai dan jarak tempuh. Atto 1 tipe Dynamic punya kapasitas baterai 30,08 kWh dengan jarak tempuh 300 km, sementara Atto 1 tipe Premium punya kapasitas baterai 38,88 kWh dengan jarak tempuh hingga 380 km.

    Untuk pengecasan, versi Dynamic dibekali sistem DC charging 30 kW, sementara versi Premium dilengkapi DC charging 40 kW. Sistem pengisian cepat ini bisa bikin Atto 1 dicas dari 30-80% hanya dalam 30 menit.

    Di atas kertas, BYD Atto 1 punya tenaga 55 kW dan torsi 135 Nm. Mobil ini diklaim bisa berakselerasi 0-50 km/jam dalam 4,9 detik, serta kecepatan maksimal hingga 130 km/jam. Performa tersebut tentunya sudah lebih dari cukup untuk sebuah mobil perkotaan.

    BYD Atto 1 Foto: Dok. BYD Motor Indonesia

    Fitur dan Safety

    Meski harganya relatif terjangkau, BYD Atto 1 sudah dilengkapi banyak fitur. Contohnya seperti pengaturan elektrik kursi pengemudi di varian Premium. Masih di varian itu, terdapat fitur wireless charging, juga fitur kaca depan auto up down. Mobil ini juga sudah dilengkapi headunit touchscreen dengan fitur Apple Car Play dan Android Auto.

    Soal safety, mobil listrik ini sudah dilengkapi 4 airbag untuk pengemudi dan penumpang di versi Dynamic. Kalau mau yang lebih lengkap, versi Premium siap memberikan proteksi ekstra lewat 6 airbag, termasuk tirai samping yang melindungi kepala saat ada benturan dari arah samping.

    Atto 1 juga dibekali sederet fitur keselamatan aktif. Ada ABS yang bikin mobil tetap bisa dikendalikan saat rem mendadak, ditambah EBD untuk distribusi pengereman yang lebih merata. Selain itu masih ada fitur Traction Control, Electronic Stability Control, hingga Hill-Start Assist.

    Harga

    BYD Atto 1 dibanderol dengan harga yang sangat kompetitif. Atto 1 versi Dynamic dijual Rp 195.000.000. Sedang versi Premium dipasarkan dengan harga Rp 235.000.000. Harga tersebut berstatus OTR Jakarta.

    (lua/riar)

  • Komitmen VinFast di Indonesia, Gandeng dan Berdayakan Sekolah di Sekitar Pabrik

    Komitmen VinFast di Indonesia, Gandeng dan Berdayakan Sekolah di Sekitar Pabrik

    Jakarta

    VinFast siap menggandeng sekolah dan universitas di Indonesia untuk bersama-sama belajar mengembangkan mobil listrik. VinFast bakal memberdayakan sekolah-sekolah di sekitar pabrik baru mereka yang berlokasi di Subang, Jawa Barat.

    Produsen mobil listrik asal Vietnam terus menegaskan komitmennya di Indonesia. Tidak hanya membangun pabrik dan ekosistem listrik terpadu, VinFast juga siap melakukan transfer pengetahuan kepada sumber daya lokal Indonesia.

    “Untuk transfer teknologi, kami akan menjalin kerjasama dengan istilahnya sekolah-sekolah vokasional ataupun dengan universitas di sekitar pabrik kami, nanti ke depannya,” ungkap CEO VinFast Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto dalam acara detikcom Leaders Forum di Jakarta, Kamis (13/11/2025).

    “Kami sudah merekrut tenaga-tenaga yang kerja sudah tersedia. Tapi, kami juga mempersiapkan istilah yang dari fresh, yaitu misalnya dari sisi sekolah kejuruan, atau misal dari sebuah jurusan dari universitas yang terkait dengan bidang yang kami butuhkan,” tambah dia.

    “Kami juga sudah mengirim beberapa SDM, misalnya di level tertentu itu untuk belajar dulu ke Vietnam, untuk mempelajari, sehingga pada saat nanti kembali ke sini, sudah langsung siap, istilahnya menjalankan proses produksi di pabrik kami. Dan itu akan terus kami kembangkan,” terang Kariyanto lagi.

    Kariyanto juga menegaskan bahwa kolaborasi dengan lokal ini nantinya juga akan terus dikembangkan ke ekosistem-ekosistem yang lain, termasuk dengan para stakeholder lainnya.

    Diberitakan sebelumnya, pabrik VinFast di Subang dibangun sejak pertengahan tahun 2024 lalu. Kapasitas pabrik VinFast di Indonesia mencapai 50 ribu unit per tahun dengan target penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.000 hingga 3.000 orang.

    Fasilitas pabrik VinFast di Subang ini akan mencakup beberapa area produksi utama, seperti Body Shop, General Assembly Shop, Paint Shop, area pengujian, dan masih banyak lainnya. Adapun model mobil listrik pertama yang akan diproduksi di sini adalah mobil listrik mungil VF 3.

    (lua/din)

  • Jangan Tawarin Mobil Listrik ke Generasi Tua!

    Jangan Tawarin Mobil Listrik ke Generasi Tua!

    Jakarta

    Pengamat otomotif senior dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu mengingatkan produsen-produsen otomotif di Indonesia tak menjual mobil listrik ke generasi tua. Sebab, menurutnya, mereka bukan target pasar kendaraan tersebut.

    Yannes menegaskan, captive market mobil listrik merupakan generasi-generasi muda seperti milenial atau Gen Z. Selain karena melek teknologi, mereka juga punya daya beli yang lebih baik.

    “Generasi Baby Boomer ke Gen X jangan pernah ditarget oleh APM untuk menjadi captive market mobil listrik. Captive-nya adalah the next generation dimulai dari Milenial karena dia platform untuk ekosistem masa depan,” ujar Yannes Pasaribu di detikcom Leaders Forum, Kamis (13/11).

    “Makanya marketing-nya harus diubah. Jangan tawarin mobil listrik ke orang sepuh, kasih ke yang lebih muda. Yang muda daya beli dan semangat juga masih bagus,” tambahnya.

    Yannes Pasaribu di detikcom Leaders Forum. Foto: Rifkianto Nugroho

    Berbeda dengan generasi tua, generasi muda lebih mementingkan teknologi dan kenyamanan saat berkendara. Bagi mereka, selagi kendaraan benar-benar dibutuhkan, harga jual kembali bukan menjadi soal.

    “Generasi muda ini nggak bicara lagi soal harga jual kembali (mobil), mereka bicara soal experience dan EV lah yang bisa menjawabnya,” tuturnya.

    Kini, pembeli mobil di Indonesia rata-rata didominasi konsumen dari kalangan milenial dan generasi Z. Menurut Yannes, konsumen dengan karakteristik tersebut menjadikan mobil sebagai ‘moving gadget’. Itulah mengapa, banyak yang akhirnya beralih ke mobil listrik.

    “Milenial dan Gen Z ini menjadi digital native dan electric vehicle mewakili needs dan wants mereka sebagai ‘moving gadget’. Kemudian kalau dihitung ada sekitar 90 juta generasi muda yang dalam 15 tahun ke depan yang akan memegang ekonomi Indonesia,” kata dia.

    (sfn/dry)

  • Harga Mobil Listrik di Indonesia Masih Bisa Turun Lagi

    Harga Mobil Listrik di Indonesia Masih Bisa Turun Lagi

    Jakarta

    Tren harga mobil listrik makin murah diperkirakan masih terus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan, termasuk di Indonesia. Jika Indonesia punya mobil listrik yang makin kompetitif, adopsi mobil tanpa asap knalpot ini makin cepat.

    Potensi perubahan peta persaingan mobil listrik makin komptetitif. Baterai adalah komponen termahal dari kendaraan listrik, namun diperkirakan bakal terjadi penurunan biaya dalam pembuatan baterai. Hal ini secara langsung memungkinkan produsen menjual mobil listrik dengan harga yang lebih terjangkau.

    “Diperhitungkan sekitar 4-5 tahun lagi, which is mendekati 2030, dia (biaya produksi baterai) akan sliding lagi menjadi sekitar 67 USD (per Kwh). Saat mencapai itu, sepertinya semua industri kendaraan fossil fuel, kecuali untuk hobbies yang petrol head, kayaknya harus pindah usaha, karena biaya produksinya jadi lebih murah, karena baterai ini harganya 20 sampai 40 persen dari harga kendaraan,” kata Pengamat Otomotif Yannes Pasaribu saat memberikan paparan di detikcom Leaders Forum, Jakarta Selatan, Rabu (12/11/2025).

    Sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia berada dalam posisi penting untuk menguasai rantai pasok baterai kendaraan listrik, komponen vital dalam ekosistem ini. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat cadangan bijih nikel sebesar 5,9 miliar ton dan logam nikel 62,02 juta ton pada 2024, disertai produksi 173,6 juta ton bijih nikel sepanjang tahun tersebut.

    Indonesia bakal memiliki pabrik baterai lithium terbesar se-Asia Tenggara. Pabrik itu digarap oleh PT Industri Baterai Indonesia (IBC) bekerja sama dengan Brunp dan Lygend (CBL), anak perusahaan Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL).

    Pabrik yang dibangun di Karawang dengan nilai investasi hingga US$ 5,9 miliar atau sekitar Rp 95,5 triliun (kurs Rp 16.192) baru saja diresmikan groundbreaking oleh Presiden Prabowo Subianto pada 29 Juni 2025 yang lalu.

    “Jangan lupa di Indonesia ini, mudah-mudahan IBC cepat produksi,” kata Yannes.

    “Kalau baterai yang harganya 20-40 persen ini bisa mulai diproduksi (lokal) ini akan mempercepat turunnya harga baterai, dan mempercepat turunnya harga mobil listrik. Jangan lupa di Indonesia akan menjadi hub untuk kawasan ASEAN,” tambah dia.

    Soal penurunan biaya produksi baterai yang makin turun dari tahun ke tahun juga tercermin dari data Department of Energy (DOE) Amerika Serikat. Biaya tersebut telah turun dari sekitar $1.415 per kilowatt-hour (kWh) pada tahun 2008 menjadi hanya $139 per kWh pada tahun 2023. Terjadi penurunan sekitar 90% dalam kurun waktu 15 tahun. Laporan tersebut sudah disesuaikan dengan laju inflasi.

    (riar/dry)

  • Pabrik VinFast di Subang Tuntas Akhir Tahun, Rakit Mobil Listrik Mulai Maret 2026

    Pabrik VinFast di Subang Tuntas Akhir Tahun, Rakit Mobil Listrik Mulai Maret 2026

    Jakarta

    Pabrik VinFast yang berlokasi di Subang, Jawa Barat, dijadwalkan selesai dibangun akhir tahun 2025 ini. Produsen mobil listrik asal Vietnam itu pun siap merakit mobil listrik di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.

    “Jadi pabrik kami saat ini sudah 95%. Kita akan technical trial di Desember 2025.Tahun depan kita mulai test istilahnya regional production itu di Maret tahun 2026,” ujar CEO VinFast Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto dalam acara detikcom Leaders Forum di Jakarta, Kamis (13/11/2025).

    VinFast mulai produksi mobil listrik di Indonesia tahun depan Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Kariyanto menjelaskan, pada tahap awal, pabrik VinFast di Subang yang berdiri di atas lahan seluas 120 hektare itu akan merakit beberapa model mobil listrik andalan VinFast. “Dan tentu harapannya makin ke depan, teknologi akan semakin ditingkatkan, pada suatu saat bisa menjadi juga based production,” sambung Kariyanto.

    Sebagai informasi, pabrik VinFast di Subang dibangun sejak pertengahan tahun 2024 lalu. Kapasitas pabrik VinFast di Indonesia mencapai 50 ribu unit per tahun dengan target penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.000 hingga 3.000 orang.

    Fasilitas pabrik VinFast di Subang ini akan mencakup beberapa area produksi utama, seperti Body Shop, General Assembly Shop, Paint Shop, area pengujian, dan masih banyak lainnya.

    detikcom Leaders Forum Foto: Rifkianto / detikcom

    Adapun model mobil listrik pertama yang akan diproduksi di sini adalah mobil listrik mungil VF 3. Dan nantinya, bakal terus ditambah model-model mobil listrik VinFast lainnya.

    Setelah sukses di negara asalnya, VinFast memang gencar melakukan ekspansi ke berbagai negara. Selain Indonesia, VinFast juga telah membangun pabrik di India. Tak hanya itu, VinFast juga bakal membangun pabrik mobil listrik di salah satu negara dengan pasar otomotif terbesar dunia, yaitu Amerika Serikat.

    (lua/dry)

  • Harga Wuling Air ev Terbaru, Paling Murahnya Segini

    Harga Wuling Air ev Terbaru, Paling Murahnya Segini

    Jakarta

    Harga Wuling Air ev per November 2025 belum berubah. Mobil listrik mungil itu paling murah bisa dimiliki dengan modal Rp 184 jutaan.

    Wuling Air ev bisa dilirik buat kamu yang lagi cari mobil listrik tapi budgetnya di bawah Rp 200 juta. Ya, Air ev memang punya banderol yang cukup terjangkau. Lebih lagi ukurannya mungil jadi mudah untuk wara-wiri di jalan sempit. Kamu yang kepincut Air ev, bisa membawa pulang dengan mahar mulai Rp 180 jutaan. Kalau mau yang paling mahal banderolnya Rp 250 jutaan. Berikut ini harga lengkap Wuling Air ev terbaru.

    Harga Wuling Air ev TerbaruWuling Air ev Lite Standard Range: Rp 184 jutaanWuling Air ev Lite Long Range: Rp 195 jutaanWuling Air ev Pro Long Range: Rp 252 jutaan

    Spesifikasi Wuling Air ev

    Perlu dicatat harga itu berlaku untuk OTR Jakarta. Harga bisa jadi berbeda di wilayah lainnya. Sebagai informasi tambahan, Wuling Air ev punya ukuran yang mungil. Panjangnya 2.974 mm, lebar 1.505 mm, dan tinggi 1.631 mm. Jarak sumbu rodanya 2.010 mm. Mobil ini hanya memiliki kapasitas empat tempat duduk dengan ban berukuran 12 inch. Setirnya sudah mengusung electric power steering.

    Wuling Air ev varian Lite 200 km mengandalkan baterai tipe LFP berkapasitas 17.3 kWh yang memiliki jarak tempuh hingga 200 km. Baterainya dipadukan dengan motor listrik bertenaga 30 kW dan torsi 110 Nm. Bicara fitur, Air ev termurah ini sudah dilengkapi dengan airbag di sisi pengendara, sistem pengereman ABS dan ABD, Isofix, tire pressure monitoring system, hingga immobilizer.

    Selanjutnya untuk versi Lite 300 km, baterai yang diusung kapasitasnya lebih besar yaitu 26.7 kWh dengan jarak tempuh hingga 300 km. Baterainya juga dipadukan dengan motor listrik bertenaga 30 kW dan torsi 110 Nm. Fiturnya tak jauh berbeda dengan Air ev Lite 200 km.

    Terakhir ada Wuling Air ev Pro 300 km yang merupakan varian tertinggi. Fiturnya lebih lengkap dari seluruh varian Air ev. Pertama airbag tersemat di dua titik yaitu sopir dan penumpang. Selanjutnya ada pengereman ABS dan EBD, electronic stability control, electric parking brake with automatic vehicle holding, hill hold control, isofix, tire pressure monitoring system, hingga immobilizer.

    (dry/din)

  • Anak Muda di Indonesia Tak Peduli Harga Jual Kembali Kendaraan, Ini Sebabnya

    Anak Muda di Indonesia Tak Peduli Harga Jual Kembali Kendaraan, Ini Sebabnya

    Jakarta

    Pakar otomotif senior dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu mengklaim, anak muda di Indonesia sudah tak peduli harga jual kembali kendaraan. Sebab, kata dia, mereka lebih mengutamakan experience atau pengalaman berkendara.

    Berbeda dengan generasi tua, generasi muda lebih mementingkan teknologi dan kenyamanan saat berkendara. Bagi mereka, selagi benar-benar dibutuhkan, harga jual kembali bukan menjadi soal.

    “Generasi muda ini nggak bicara lagi soal harga jual kembali (mobil), mereka bicara soal experience dan EV lah yang bisa menjawabnya,” ujar Yannes Pasaribu di detikcom Leaders Forum yang digelar di Ampera, Jakarta Selatan, Kamis (13/11).

    detikcom Leaders Forum Foto: Rifkianto / detikcom

    Kini, pembeli mobil di Indonesia rata-rata didominasi konsumen dari kalangan milenial dan generasi Z. Menurut Yannes, konsumen dengan karakteristik tersebut menjadikan mobil sebagai ‘moving gadget’. Itulah mengapa, banyak yang akhirnya beralih ke mobil listrik.

    “Milenial dan Gen Z ini menjadi digital native dan electric vehicle mewakili needs dan wants mereka sebagai ‘moving gadget’. Kemudian kalau dihitung ada sekitar 90 juta generasi muda yang dalam 15 tahun ke depan yang akan memegang ekonomi Indonesia,” ungkapnya.

    Bicara soal mobil listrik, di tempat yang sama, VinFast menegaskan, pasar kendaraan nonemisi di Indonesia benar-benar menjanjikan. Sebab, penjualannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, mereka memprediksi, mobil listrik punya market share 14-15 persen tahun ini.

    “Kalau bicara di Indonesia pertumbuhan mobil listrik di Indonesia menjanjikan. Karena mobil listrik baru hadir di Indonesia pada 2020. Pada saat itu hanya 125 unit setahun, tapi berkembang terus tahun lalu itu market share-nya 4,9 persen,” kata Kariyanto Hardjosoemarto selaku Chief Executive Officer (CEO) Vinfast Indonesia.

    “Itu menunjukkan potensi mobil listrik sangat pesat. Kami prediksi tutup tahun bisa 14-15 persen. Kami yakin tahun depan penjualannya lebih tinggi lagi,” tambahnya.

    Kariyanto menegaskan, mobil listrik merupakan salah satu harapan di tengah penurunan pasar. Sebab, ketika penjualan Januari-Oktober 2025 secara umum turun 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, permintaan mobil listrik justru meningkat 100 persen lebih.

    “Di Vietnam itu (mobil listrik) market share-nya 32,5 persen year to date September. Indonesia punya potensi besar karena acceptance sangat tinggi kedua secara total volume besar karena populasi besar dan dukungan pemerintah juga sangat baik ntah itu fiscal dan nonfiskal,” kata dia.

    (sfn/dry)